Orang Jawa dan Perkutut


Orang Jawa terutama para lelaki memiliki pandangan yang unik terhadap burung perkutut. Burung ini dianggap membawa keberuntungan dan sebagai sarana prestise bagi pemiliknya. Laki-laki jawa menggandrungi perkutut karena dua sebab yaitu karena suara dan bentuk ciri khas yang menjadi daya tarik tersendiri untuk memelihara perkutut.

Secara filosofis menurut Hastabrata lelaki Jawa dapat dikatakan menjadi lelaki sejati apabila memiliki lima modal. Yaitu wisma, curiga, turangga, gangsa, wanita, waranggana, dan pradangga. Lima modal utama dimaksud adalah: Wisma, bahwa seorang laki-laki sebelum menikah harus benar-benar siap menjadi tempat berteduh, berlindung dan mengayomi calon istri. Curiga berasal dari Ca = catur, Ra = rasa, dan Ga = gaib. Maksudnya, manunggaling sipat kandeling urip. Sebelum melamar seorang wanita, seorang lelaki harus mampu melindungi setiap bahaya dan ancaman dari luar. Turangga (tuturiang angga), artinya sebelum mempunyai istri dan mengatur kehidupan rumahtangga, seorang lelaki harus bisa nuturi awake dhewe. Sedangkan Kukila berarti manggung atau manuk anggung-anggungan. Namun kalau kita berbicara tentang kukila, biasanya sudah identik dengan burung perkutut.Gangsa merupakan simbol bahwa beberapa unsur dan jenis gamelan bila ditabuh bareng akan menimbulkan irama yang laras dan harmonis. Itu merupakan wejangan simbolis, bahwa sebelum hidup berumah tangga, seorang lelaki harus siap mendengarkan berbagai saran dari orangtua, mertua, istri, dan suara tangis anak.

Perkutut dapat memberikan kepuasan batin bagi lelaki terutama ketika mendengar suaranya dan mengikuti proses tumbuh kembang dari anakan sampai menjadi perkutut yang dewasa. Perkutut melatih manajemen waktu dan menumbuhkan kesabaran untuk memperlakukan makhluk ciptaan Tuhan dengan baik.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Orang Jawa dan Perkutut"

Post a Comment