Ngartun dan Kuliah (Ngartun part 13)

Ngartun untuk kuliah atau kuliah untuk ngartun adalah penyataan dan pertanyaan yang kerap ada dibenak saya ketika masa kuliah. Sejak mulai sadar ada daya tarik besar pada dunia kartun maka saya percaya kalau suatu saat dengan kartun kita bisa hidup. Banyak yang mengatakan semakin kita fokus maka semakin bisa kita menemukan apa yang kita mau dan apa yang kita harus lakukan. Sejak kecil saya memang suka kartun, kalau ada majalah baik itu anak-anak sampai dewasa maka yang saya pelototin pertama kali adalah kartun. Sejak saat itu saya mempunyai pikiran tidak ada salahnya untuk menekuni dunia ngartun suatu hari kelak. Setelah bisa masuk Antropologi Unair pada tahun 2003, hobi ngartun saya mulai terasa setelah bertemu dengan komunitas seniman lukis yang memberi banyak petuah akan pentingnya berkarya dan kepuasan batin yang ada di dalamnya. Maka ngartun adalah hal yang tidak bisa dipisahkan saat itu, kapanpun dan dimanapun saya sempat-sempatin buat ngartun.
Berikut adalah gambaran aktivitas belajar di Universitas yang saya selipin dengan berkarya, dan ini adalah jadwal harian saya setiap hari:


Diawali dengan bangun tidur, yang biasa jam lima pagi sudah berangkat, apalagi saat itu banyak kuliah pagi jadi harus prepare lebih awal. Walaupun kadang-kadang malamnya tidak tidur karena belajar atau ngartun yang jelas kuliah pagi tetap terpenting. Sarapan agak siang meski kata Pak Budi pernah berujar "Utamakan Sarapan Pagi Sebelum Kuliah" namun kadangkala aku mematuhinya. Masalah keuangan adalah menyebabkan tidak bisa menuruti seenaknya nafsu untuk makan. 

Setelah bangun biasanya langsung mandi, walau tidak selalu langsung mandi. Kadang kalau sedang kesiangan atau lagi mau sakit pantag bagiku untuk mandi pagi maupun sore bahkan tidak mandi sama sekali. Antri di kamar mandi sudah tentu barang yang lumrah, ini berbeda saat tinggal di SC bisa mandi sepuasnya menggunakan fasilitas kampus khususnya hari Senin-Jumat dan Khusus Sabtu-Minggu berpindah mandi di Mushola atau Fakultas Sastra. 
Lebih baik menunggu dari pada terlambat, itu kuterapkan jika mau kuliah pagi. 10 menit sebelum bel berbunyi kuusahakan untuk hadir di kelas. Tidak berbeda dengan waktu mau kuliah sambil nggowes, biasanya beberapa menit sebelum bel aku sudah sampai di kampus. Meskipun penuh peluh keringat akibat mengayuh sepeda selama 45 menit. Waktu tinggal di SC berangkat seenaknya bisa, bahkan setengah menit sebelum atau setelah bel bisa masuk kelas dengan mudah karena letaknya yang sangat dekat dengan kampus. 
Kebiasaan tidur siang kulakukan setelah bisa kos sendiri, sebelumnya tidak pernah pulang pada jam itu, nunggu malam hari dan waktu tinggal di SC jam sore adalah jam untuk menghilang sejenak setelah petang baru kembali ke rumah singgah. Tidur siang walau sebentar dapat menyegarkan tubuh, membuat lebih produktif pada malam harinya. 
Ibarat menyelam sambil minum air, kebiasaan yang kulakukan waktu malam hari tiba, membaca-belajar-ngartun. Tiga aktivitas dalam satu langkah derap. Kendala utama adalah membagi aktivitas tersebut dengan proporsi yang pas, sering lebih mengutamakan baca akhirnya ada gambar yang seharusnya di eksekusi jadi terbengkalai dan sebaliknya kalau lagi asyik ngartun, sering tugas kuliah dan buku yang seharusnya aku baca jadi tertunda.
Well, akhirnya setelah 3,8 tahun bergelut dengan buku pada tahun 2007 segala jerih paya bisa terbayar dengan menjadi seorang sarjana Sosial dan dapat tambahan nama menjadi Roikan S,Sos. Nexttime terus mendalami ilmu sampai menjadi pakar di bidang kajian ngartun dalam perspektif antropologi.

Mentari pagi sudah membumbung tingi, Bangunlah putra putri Ibu pertiwi. Selamat Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2011. Salam Ngartun

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Ngartun dan Kuliah (Ngartun part 13)"

Post a Comment