Refleksi 3 Tahun menjadi Motorist Teacher (Introduction)

Mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia..itulah kutipan kalimat sakral yang terngiang sejak aku masih kecil. Mengajar adalah suatu kegiatan yang mengasyikan, kita dituntut untuk menjadi seseorang yang serba bisa dan selalu siap sedia. Pada masa kuliah, pernah ada salah satu dosen yang menanyakan visi misi dan cita-cita setelah kita lulus dari universitas. Jika rata-rata menjawab untuk menjadi karyawan swasta, PNS dan pengusaha. Saat itu dengan lantang saya menjawab "Pingin jadi dosen Bu". Sejak saat semakin mantap jika mengajar adalah panggilan hati. 
Jaman Kuliah Masa Memperkaya Wacana
Pernah juga pada masa kuliah, menjadi 'dosen' dadakan, waktu itu ada kuliah Antropologi Agama dan kebetulan punya buku tentang masalah fundamentalisme. Hingga suatu pagi saya diperkenankan untuk meminpin kuliah dengan mempresentasikan isi dari buku tersebut dan yang istimewa: duduk di depan kelas tepatnya di kursi dosen. Sebuah sensasi yang keren jika harus memimpin kuliah sementara Dosen aslinya (Pak Budi S.) bergabung dengan mahasiswa. 
Sebelum lulus, saya sudah mengajar tepatnya mengajar lukis atau privat menggambar untuk anak kecil, pekerjaan yang menyenangkan dan santai namun bisa memantau perkembangan anak dan menguak sisi psikologis anak kecil. Lulus kuliah selama Februari 2008 sampai Agustus 2008 menjadi guru gambar anak untuk lembaga franchise yang sebetulnya menarik, namun karena buruknya manajemen dan profesionalisme yang ancur-ancuran, awal bulan saya memutuskan untuk berhenti dan naik gunung bersama Trio Sigung. 

Pada akhir Oktober 2008, setelah berbagai lamaran tersebar kemana-mana dan gagal berulang kali karena masalah negoisasi gaji yang kurang beradab, saya mendapat berita dari iklan kecil bahwa Bimbel GO membutuhkan pengajar. Sebetulnya tahun 2005 saya pernah menanyakan ke kantor GO apakah membutuhkan tenaga pengajar dari mahasiswa. Ternyata yang dicari adalah yang telah lulus kuliah dan harus negeri, kebetulan saat itu pengajar baru belum tersedia lowongannya. 
Pertengahan November 2008, dengan diantar Danang yang kebetulan menyerahkan lamaran juga untuk menjadi guru IPS. Waktu menyerahkan lamaran terjadi peristiwa yang cukup menggelikan kebetulan saat itu lagi pilek dan waktu di meja CS (Customer Service) pilek, maka hampir saja air keluar dari hidung hehehe. Untung dengan segenap tenaga dan kesigapan segera bisa mengatasi masalah.
Setelah menunggu beberapa hari, siang itu saya mendapat telepon untuk datang ke kantor GO Jimerto dan saya datang diantar oleh Danang untuk tes tulis. Setelah tes tulis dan mikroteaching (praktek mengajar di depan kelas), beberapa hari kemudian saya mendapat telepon kembali untuk datang dalam tes wawancara.
Pagi itu saya menghadiri tes wawancara dan pada saat itu yang menjadi pewawancara adalah Pak Elbi dan Mbak Noni yang mempersilahkan saya duduk di kursi panas. Dalam wawancara tersebut saya menyampaikan kalau misal harus mengajar di luar kota saya siap. Kebetulan pada saat itu, tahun 2008 akhir sedang dibuka unit baru di Kota Jember.
Wawancara telah usai dan tahap selanjutnya adalah tes observasi dan orang pertama yang menjadi obyek observasi saya adalah begawan IPS GO Surabaya Pak PU alias Drs. Putut D. Pada saat itu saya mengobservasi beliau pada saat mengajar di kelas SMP pelajaran sejarah (Agresi Militer Belanda pasca kemerdekaan beserta upaya diplomatisnya). Itulah awal saya mulai menjadi pengajar bermotor (Motorist Teacher). 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Refleksi 3 Tahun menjadi Motorist Teacher (Introduction)"

Post a Comment