Arus Mudik-Balik 2013

Etnokartunologi (Kos Tamantirto). Ramadhan tahun 2013 menjadi bulan puasa yang tidak biasa buat, karena tinggal di lingkungan yang baru yaitu Ngayogjakarta Hadiningrat. Sebuah provinsi atau lebih tepatnya disebut kota yang menjadi kawah candradimukha untuk menimbah ilmu sampai kelak menjadi antropolog tangguh. Sudah menjadi tradisi di Indonesia jika mendekati akhir bulan puasa terjadi fenomena yang disebut sebagai mudik (pulang kampung).Mudik-Pemudik menjadi dua kata yang kerap terdengar saat bulan puasa akan berakhir, kata tersebut berasal dari kata udik yang artinya adalah kampung, desa. Sangat menarik jika melakukan penelitian tentang fenomena tahunan ini dari segala aspek mulai historis, diaspora, urbanisasi, gaya hidup sampai budaya. Saya membuat kata pemudik menjadi mudikawan (pemudik laki-laki) dan Mudikawati (pemudik perempuan), biar nampak aspek gender di antara para pemudiknya.
Mudik
Gambar diatas merupakan karya klasikku pada tahun 2009 yang menjadi salah satu bahan untuk bagaimana merefleksikan fenomena tahunan yang bukan hanya ajang pulang kampung, tetapi pertarungan gengsi sampai pertaruhan nama baik. Logikanya mudik luar kota bisa membawa uang banyak dan barang dibeli di kota tujuan, kecuali oleh-oleh khas. Namun atas nama gengsi (prestise) muncul anggapan jika membawa barang banyak pada arus mudik menandakan yang bersangkutan telah makmur di perantauan. 
Mudik menjadi ajang pertemuan tahunan dalam suatu keluarga atau komunitas setelah sekian lama tidak terpisah karena mencari hidup dan penghidupan di perantauan. Fenomena ini menjadi tradisi yang telah mengakar dan di lain pihak berdampak pada pembacaan peluang oleh beberapa pihak untuk memanfaatkan ajang tahunan yang identik dengan orang bepergian dengan membawa beraneka ragam bawaan. Jika kita menyaksikan layar televisi pada jeda waktu tertentu ada laporan arus mudik terkait kondisi aktual dari jalan raya khususnya jalan utama (provinsi) yang sering dilalui pemudik, dari sana akan terdapat atribut produk tertentu yang berkaitan dengan perputaran uang sponsor kepada stasiun televisi serta pihak-pihak yang terkait. Pihak kepolisian menjadi pihak yang dibuat sibuk selain pihak dinas perhubungan. Mudik berpengaruh pada harga angkutan umum yang cenderung naik karena banyaknya penumpang. Tahun ini berbagai ajang mudik gratis diselenggarakan, namun mudik bermotor menjadi pilihanku, sebuah pengalaman pertama bersepeda motor jarak jauh dalam suasana yang rindu keluarga sebagaimana pemudik motor yang lain. Berikut adalah ceritaku terkait arus mudik dan arus balik 2013 dengan bermotor dari Jogjakarta sampai Lamongan:  Hal yang perlu disiapkan dalam bermotor jarak jauh adalah kondisi motor itu sendiri, untuk itu Revo merah kuservis total di bengkel langganan yang terletak di sebelah barat pasar Gamping.
Mempersiapkan kuda merahku
 Motor sudah siap tinggal mental dan badan yang perlu kusiapkan, untuk urusan mental rutinitas mengajar bermotor sejak tahun 2008 turut membentuk nyali untuk bermotor jarak jauh sedangkan untuk persiapkan badan ada terapi khusus dari Mr. Sujar. Di sela-sela mengajar di kantor wates Kulon Progo kuminta tolong Mr. Sujar, seorang petugas keamanan kantor GO Wates untuk melakukan refleksi badan yang akan dibawah 'bertempur' menaklukan medan aspal. 
Sujar siatsu
Badan, mental dan motor sudah siap dan kusempatkan untuk beristirahat secara cukup di kantor GO Kridosono karena selepas sahur adalah waktu yang tepat untuk mudik.


Arus Mudik, 3 Agustus 2013
Meskipun ada anjuran untuk menaiki angkutan umum dalam  arus mudik tahun ini, namun rasa penasaran akan fenomena tahunan ini menjadi alasan utama menjadi pemudik bermotor. Istilah ngantronya, melakukan observasi partisipasi sepanjang jalan. Pagi buta selepas makan sahur segalanya sudah disiapkan dan dari kridosono dengan semangat 45 motor kugeber menuju arah timur pukul 05:30 WIB.
Bismillah tawakaltu Allaha
Cuaca cerah di pagi yang hangat menjadi teman melaju keluar dari kota Jogja, sarung tangan yang baru kubeli di Wates belum terpakai karena alasan ingin menyerap vitamin D. Jika dalam perjalanan rutin mingguan Jogja-Malang melewati jalur Jogja-Solo menjadi hal yang sudah biasa, dengan bermotor sendiri menjadi hal yang luar biasa. Jalanan lurus dan tidak sedikit kutemui sesama pemudik motor yang melintas bersamaan. Hal yang paling menyenangkan adalah bertemu dengan motor atau mobil yang bernopol sesama provinsi, serasa bertemu saudara. Sepanjang perjalanan bertemu dengan Bus kesayangan yang menjadi teman setia dalam rutinitas Jogja-Malang yaitu Si biru alias armada Sumber Group. Sayangnya motor Revoku tidak dilengkapi dengan fasilitas lampu Viper yang menjadi media sesama awak kru Bus untuk berinteraksi secara simbolis di tempat kerja yaitu jalan raya. 
Teman Sejati
Lintasan yang agak membingungkan adalah saat memasuki kota Solo, jalanan yang rumit membuatku agak lebih cermat dalam memilih tujuan akan berbelok kemana. Jika salah sedikit tidak mungkin bisa sampai Ngawi namun lepas haluan sampai Wonogiri atau Purwodadi. Selepas Solo perjalanan ramai lancar pada arah Sragen sampai Ngawi. 
Welcome home
Tiba pada etape pertama, yaitu gerbang tapal batas Jateng-Jatim yang menjadi tempat peristirahatan pertama dalam rangka mendinginkan mesin motor dan pantat. Teringat kata teman yang mahir dalam mesin pernah bilang tentang bahaya overheat atau panas berlebih pada mesin motor. Segala yang berlebih memang tidak mengenakan dan dapat mencelakakan. 
Aktivitas di tapal batas
Ketika istirahat melepas lelah tanpa konsumsi apapun, maklum bulan puasa dan sedang menguatkan iman untuk terus puasa sampai rumah, jika tidak kuat maka warung atau minimarket akan menjadi sasaran utama, ternyata sampai tulisan ini dibuat puasa pada arus mudik kemarin tetap penuh. Kebetulan di area tapal batas ini terdapat miniatur candi khas Jawa Timur yaitu Penataran (dengan relief lambang kabupatan se-Jatim), aku duduk di dekat motor sambil mengamati apapun yang lalu lalang. Terdapat dua hal yang menarik, sebagaimana foto di atas, pada sebelah kiri terdapat seorang pemuda yang juga mudik namun ke arah barat. Tidak hanya istirahat melepas lelah, namun dia juga melakukan pemotretan mandiri, motret diri sendiri dengan latar belakang candi. Kemudian pada foto di atas nampak seorang bapak berkaos hijau garis hitam dan hijau. Sebenarnya bapak  ini tidak sendiri, bertolak belakang dengan pemuda di seberangnya, bapak ini datang serombongan dengan keluarganya. Begitu mobilnya melintas tapal batas dari arah barat, langsung menepi dan keluarga tersebut menuju arah candi dan berfoto ria di sana. Dengan menggunakan kamera yang lebih canggih (DSLR) mereka foto keluarga di sekitar candi. Yang menjadi perhatianku adalah ketika sesi pemotretan salah satu anak kecil perempuannya bersikukuh untuk memotret dengan kamera ayahnya. Begitu memotret nampak anak menguatkan diri untuk memegang kamera berlensa yang beratnya mungkin separuh berat badannya sendiri. 
Perjalanan di lanjut kembali dengan tujuan menuju Bojonegoro via Ngawi, Saat melintas hutan mantingan teringat pada kelompok pengamen yang biasa ngamen di bus SK dengan formasi satu perempuan sebagai vokal dan dua laki-laki pada ketimpung dan gitar. Seandainya pada perjalanan bertemu mereka antara Mantingan-Ngawi maka kuupayakan untuk salaman dengan mereka. Bagitu masuk Ngawi nampak kebingungan melanda saat melintas kota. Walau sempat tersesat memasuki kota lebih jauh akhirnya bisa kembali ke jalan besar dan melihat plang jalan Bojonegoro belok ke kiri. Dari jalan besar melintas menuju Jalan kecil bertemu medan yang cenderung sepi dengan jalan berkelok-kelok diantara pepohonan jati. 
Gapura bersama
Tibalah pada kabupaten tempat Pak Tani dibesarkan Bumi Angling Dharma, Bojonegoro. Sebuah kawasan yang kaya jati dan minyak bumi, menyimpan kenangan saat kuliah lapangan pedesaan di Ngambon dan tersesat di belantara jati sampai lintas kecamatan. Kecamatan pertama yang kulintasi sebelum menuju Padangan adalah Ngraho. Bertemu jalan berkelok dan semakin lama semakin banyak yang mulai rusak. Ternyata melintasi kawasan ini kita akan dihadapkan pada masalah stabilitas kecepatan kendaraan, maklum banyak jalanan yang diperbaiki dengan cara pergantian aspal menjadi jalan beton, sebagai metode menghadapi penurunan tanah. 
Aspal putih
Ketika melintas Kecamatan Padangan, kusempatkan berkunjung ke Mr. Amir atau akrab di panggil dengan nama Pak Tani untuk bertukar pendapat, kabar dan aspirasi. Selepas siang perjalanan dilanjut kembali dengan tujuan akhir rumah. Selepas Kota Bojonegoro perjalanan sempat mengalami kejenuhan namun keadaan berubah ketika memasuki perbatasan Bojonegoro-Lamongan. Stamina dan semangat seakan balik kembali dan akhirnya pukul 14:30 WIB sampai rumah dengan disambut seluruh anggota keluarga tercinta. 

Arus Balik, 17 Agustus 1945
Lebaran pun berlalu, silaturahmi dan melepas rindu terlampaui, tiba saat untuk kembali kepada rutinitas dan kembali ke kota tempat belajar Jogjakarta. Ketika pulang kampung tidak sedikit orang yang heran kok bersusah payah naik motor Jogja-Lamongan, jika tidak menggunakan motor maka akan kesulitan jika akan mengunjungi kerabat di manapun, semuanya demi prinsip efisiensi. Malam kemerdekaan kupaksakan diri untuk tidur lebih awal agar dapat bermotor dengan konsentrasi ekstra. Pagi itu Revo kembali melaju seiring anak-anak sekolah maupun PNS yang akan menuju tempat upacara bendera. Perjalanan di awali dengan berkunjung di kerabat yang mempunyai rumah ke kota Lamongan, dan bertemu dengan teman SMA yang sedang menimang anaknya yaitu Dani teman IPS dari kelas sebelah. Perjalanan lanjut kembali sampai di daerah Babat dan terdapat hal yang kurang nyaman ketika mengisi bahan bakar di SPBU,baterai cadangan untuk Nokia E 51 yang mempunyai kekuatan super tahan lama ketinggalan di rumah. Otomatis perjalanan akan menjadi kurang khidmat karena tidak ada hiburan musik yang sudah di Playlist khusus untuk mudik dengan komposisi Dangdut Koplo, Reggae, Pop sampai Rock. Ketika melintas barat kota Bojonegoro nampak jalanan beraspal putih dan terdapat berbagai aktivitas mulai dari arus balik, kecelakaan di jalan raya sampai masuk sungai hingga aktivitas proyek dengan aset dana yang melimpah karena melibatkan negara asing yang sadar akan potensi minyak di Bojonegoro. Tibalah saat untuk istirahat bersama di warung kopi bersama Mr. Amir dengan menikmati secangkir kopi kotok khas Cepu. 
Kopi Kotok khas Cepu, Padangan District
Selepas bercengkrama dengan Pak Tani dan mengamati aktivitas di warung kopi perjalanan dilanjut pada siang hari dengan santai karena tidak ada target waktu dan berupaya untuk selalu menjaga stabilitas perut dan kerongkongan. Melintasi jalan berkelok dengan rerimbunan pohon jati tiba saat istirahat sesaat di kawasan Watujago. 
Hutan Watujago
Berbeda saat arus mudik yang cenderung kesepian, pada arus balik kali ini kendaraan yang mempunyai misi arus balik kerap kujumpai. Sehingga aktifitas bermotor menjadi lebih bersemangat, tujuan berikutnya adalah hutan Mantingan. Ketika melintas Ngawi motorku berada diantara rombongan pemudik motor lainnya, begitu masuk hutan kuputuskan untuk istirahat sejenak di wana wisata RM Soerjo. Seorang tokoh penting di Jawa Timur sebagai gubernur pertama Provinsi Jawa Timur. Karena di peristirahatan ini terlampau ramai, maka motor kugeber kembali untuk mencari tempat yang cocok untuk beristirahat dan makan siang. 
Nasi spesial masakan Mak
Tiba saat makan siang, dengan sebungkus nasi masakan Mak dengan lauk ayam goreng dan bersambal petis asin kunikmati makan dengan sebutir kelapa muda yang dijual di pinggir jalan alas Mantingan. Penjual kelapa muda ini merangkap berjualan burung yang biasanya di beli oleh pelintas jalan yang lalu lalang.
Toko NukSorBesi
Tempat makan siang kunamakan Toko NukSorBesi, toko Manuk Ngisor Trembesi (tempat jualan burung di bawah pohon Trembesi), sebuah tempat yang asri dan representatif untuk mengamati sesama pemudik. Kusempatkan untuk bertanya-tanya mengenai burung yang dijual, ada berbagai jenis dan rata-rata jenis kicauan. Tenyata burung ini tidak hanya didatangkan dari kawasan sekitar Ngawi. Khusus burung yang berpostur besar di datangkan dari Kalimantan dan burung yang berpostur kecil lebih banyak diperoleh di kawasan Ngawi maupun Jawa Timur lainnya. Ketika menanyakan harga, burung tersebut dijual mulai dari ratusan ribu sampai jutaan rupiah. Terdapat seorang pemudik yang melihat lapak burung, ternyata orang tersebut adalah pemudik yang berasal dari Lumajang dengan tujuan Jogjakarta yang bekerja sebagai tukang batako di Bantul. 
Perjalanan terus berlajut, hingga sampai kota sejuta lampu merah yaitu Sragen. Dalam perjalanan ini kujumpai bermacam jenis pemudik dari yang bermotor standar sampai yang cerdas dengan modifikasi agar dapat membawa barang lebih. Ada yang menarik saat melihat pemudik motor dengan menggunakan rengkek yang dikendarai oleh sepasang akhwat-ikhwat beserta anaknya. Ketika melintas jalan Sragen-Solo sengaja kudekatkan laju motor dengan orang tadi, teryata kecepatannya lumayan kencang hingga harus berjibaku dengan gas dan pengatur gigi. Tiba saat lampu merah dan mendekat rengkek dari kayu, nampak tulisan: "Kembalilah ke jalan Allah". Etape selanjutnya adalah Solo-Klaten, dengan matahari tepat bersinar masuk ke muka. Keluar dari Solo menuju Klaten ada wanita bermotor matic yang kencang jalannya. Adegan Fast Farious terjadi sepanjang Sukaharjo-Klaten dan berakhir saat kubelokan motor menuju by pass selatan Klaten. 
Nutrisi by pass Klaten, Pom perut
Sembari mengisi bahan bakar dan mendinginkan mesin, di by pass selatan Klaten terdapat SPBU yang merangkap sebagai ATM center dan terdapat mini market. Tiba saatnya mengisi bahan bakar sendiri dengan minuman dingin agar stamina bisa bangkit kembali. Perjalanan lanjut kembali dengan tujuan Kridosono sebagai garis akhir dan tempat memulihkan stamina. Saat melintas Jalanan Klaten-Jogja, ada pemudik motor dengan nopol N yang melintas di sebelah dengan kecepatan yang relatif sadis. Adegan fast furious kembali berlangsung sampai kawasan Bandara Adi Sucipto setelah itu kehilangan jejak dan memperhatikan kondisi lalu lintas yang ramai padat. 
Mission Complete
Akhirnya sore sekitar pukul 17:00 WIB telah sampai pada tujuan akhir yaitu GO Kridosono Jogjakarta, tiba saatnya untuk melepas lelah dan mengembalikan stamina agar dapat beraktivitas mengajar, belajar plus mengerjakan tugas akhir (tesis). Akhirulkalam, hikmah dari arus mudik-balik via motor adalah sluman,slumun,slamet plus sadar (kondisi, cc, body dan marka).
 Bonus Track
Oleh-oleh dari hasil bumi
 


Subscribe to receive free email updates: