Setahun Letusan Kelud (Reportase dari Yogyakarta)

Postingan ini adalah refleksi yang mengingatkan kita bersama akan kedasyatan alam terutama letusan gunung. Valentine day 2014 menjadi momen bagaimana alam membuktikan kasih sayangnya dengan memberikan berjuta-juta material vulkanis yang dapat menjadi pupuk alam. Abu gunung sangat membantu kesuburan tanah yang menjadi layer baru dalam kelangsungan bercocok tanam. Semoga dapat menjadi pelajaran berharga akan pentingnya hidup yang harmonis dengan alam semesta.
Namaste

Wates, 13 Februari 2014
Malam Jumat, saat itu masih saya ingat ketika berada di kantor wates sampai malam hari saya putuskan untuk kembali ke kos Tamantirto karena ada tugas kuliah termasuk mengumpulkan proposal tesis. Tanpa disadari beberapa hewan masuk ke kantor dengan woles, bagi saya ini adalah pertanda alam. Hewan seperti kupu-kupu seolah memberi kabar akan datangnya 'sesuatu'.
"Firasat alam...
Kos Tamantirto-Bantul,14 Februari 2014
Malam sebelumnya di telivisi diberitakan tentang erupsi Gunung Kelud, saya berpikir kalau meletus Jogja mungkin tidak terkena dampaknya. Malam hari itu pula mengamati jejaring sosial semua posting status tentang gunung meletus. Ada teman yang tinggal di sekitar lereng merapi mengatakan sedang mendengar suara seperti petasan kala tahun baru dari arah timur nun jauh di sana selepas jam sepuluh malam.
...langit Jumat pagi...

..jejak abu...



...sudut lain...

..dari depan kamar kos...

...Husen yang bermasker dan berpayung...
Pagi hari teman-teman kos sudah heboh dengan warna langit yang tidak seperti biasanya. Saya membuka kelambu biru kamar kos dan terbukti sampai jam tujuh pagi langit tetap tidak berubah keabu-abuannya.
..patroli...
..di depan tukang print...
Abu semakin menebal, setebal tekad saya untuk berangkat ke kampus UGM mengumpulkan proposal tesis. Keinginan untuk bertemu dosen pembimbing seperti tidak terhalangi oleh hujan abu sekalipun. Padahal sebelumnya teman-teman GO Jogja telah mengirim sms bahwa pada 14 Februari 2014 segala kegiatan perkantoran di Jogja raya diliburkan mengingat bahaya hujan abu. Wis gak atek mikir langsung berangkat ke kampus. Dan terbukti sesampainya di kampus, tidak ada orang yang lalu lalang dan pintu tertutup rapat untuk seorang mahasiswa pasca yang nekad.
...I will survive with Mie Instan...

...sepatu baru di Manding...

..Sepatu model Prof Heddy yang 'putih'...
Sepanjang melintasi jalanan jogja sungguh pengalaman yang keren karena jarak pandang yang minim, abu semakin menggila dan semua orang menggunakan mantel walaupun hari itu tidak hujan air. Di perempatan ringroad arah pasar gamping, kendaraan melintas dengan laju yang serba kebingungan, dari seorang bapak-bapak yang mengendarai mobil yang terus menembus jalur lain. Hampir semua orang nyaris tabrakan, saya sendiri diseruduk oleh sebuah sedan tua dan nyaris menyeruduk seorang polisi yang berdiri di tengah jalanan dengan menggunakan mantel berwarna putih.

..abu depan kantor..

...Tiwul and Pray for Kelud...

...daun abu-abu...

...depan mushola..

...air dan abu...

...armada galon...

...disisihkan...

...komputer absensi..

...abu dan keyboard di mesin absensi,..

...abu depan kantor Yos...

..batang abu...

..rambutan dan tandon...

...pekat...

...libur bekerja karena abu..seloday...

....gambar yang tertutup..

...tumpukan abu...

,..sisi selatan Stadiun Kridosono...

...abu dan jalanan,.
...buah perjuangan Alex dan Tri mencari makanan...

...bahu membahu...

..disiram dengan rata.,..


15 Februari 2014
Selepas menghadapi abu di pusat kota, saya berangkat menuju ke kantor wates- kulon progo tentu saja dengan bermasker dan menggunakan jas hujan, Jarak pandang yang terbatas membuat perjalanan menjadi lebih lambat termasuk kendaraaan besar yang melintas. 
...matoa...

...revo kesayangan...

..hasil pengumpulan semalam...

...pagi yang menggeliat di jalan Yos Sudarso...

..motor pak satpam...

..depan kantor wates...


...astronot depan kantor...

...rapat pasca erupsi...

...makan duren...

...belakang kantor Wates...

...tertutup...

...selimut abu...

...Ring road UMY pasca erupsi kelud.

Alam dan manusia tidak bisa dipisahkan, berdampingan dengan alam, manusia harus bisa membaca apa yang menjadi geliat dan perilaku alam.

Subscribe to receive free email updates:

1 Response to "Setahun Letusan Kelud (Reportase dari Yogyakarta)"