Cerita Sidang Tesis. 26 Januari 2015


Sabar menanti. Bukan hanya sebagai tulisan di belakang bak truk seperti yang bisa kita lihat di jalan. Setelah menantikan sekian lama, akhirnya pada tanggal 11 boelan 12 tahun 14 tesis disetujui oleh pembimbing Dr. Lono Lastoro Simatupang M.A. untuk proses pendadaran. Pada tanggal itu pula teman-teman Persatuan Kartunis Indonesia (PAKARTI) sedang pameran dalam meramaikan festival anti korupsi di UGM. Sesampainya di stan teman-teman PAKARTI saya melihat seorang tukang gambar yang telah tersohor dengan karikatur mautnya. Seperti telah menjadi kebiasaan sesama tukang gambar untuk melakukan duet maut menggambar, saya menantang sang master untuk saling menggambar dalam tempo sesingkat-singkatnya dan muka dibuat sehancur-hancurnya.
Hari ACC Sidang dan Pengesahan bersama Prof. Jiwenk @Pameran Pakarti-UGM 111214...
Sebuah penghormatan dapat mengisi lembar kosong, lembar pengesahan di tesis dengan karikatur diri hasil duel maut dengan 'Prof' Jiwenk, seorang master karikatur asli Sukabumi. Artinya karya ilmiah ini telah disahkan oleh seorang guru besar terlebih dahulu sebelum disidangkan. Sebuah kepuasan batin yang tiada tara.
Setelah itu saya mulai mengurus segala hal yang berkaitan dengan sidang pendadaran dan menunggu kapan untuk tanggal pastinya. Tanggal 20-an Januari 2015 adalah masa pingitan, masa di mana saya tidak boleh bepergian jauh, bekerja keras dan berpikir terlalu keras pranikah. Pada masa pingitan itulah saya tidak berangkat bekerja di Jogja, lebih banyak menghabiskan waktu di Malang. Tanggal 21 Januari 2015 iseng-iseng saya menelpon bagian akademik dan secara mengejutkan jadwal sidang adalah tanggal 23 Januari, artinya harus melanggar masa pingitan. Sedikit dilema antara melanggar pantangan dan kewajiban untuk mengakhiri masa kuliah.

Jogjakarta, 23 Januari 2015
Suatu pagi di Gamping, selepas turun dari Mbak Rosi (Bus Patas Rosalia Indah-Red) secara kebablasan di depan kampus UMY akibat ketiduran yang seharusnya turun terminal. Karena benar-benar tanggung sebagai antisipasi agar tidak kebablasan tidur, kaki saya arahkan ke warung Burjo tidak jauh dari kos, segelas capucino dan beberapa helai gorengan menjadi sarapan pengganjal perut.

ri
Persiapan tempur...
Sesampai di kos, saya teringat bahwa motor masih berada di parkiran terminal. Atas pertolongan teman kos, Firman, saya minta tolong untuk diantar menuju parkiran Giwangan. Motor sampai berdebu karena setelah beberapa hari menginap di terminal.


 Beli perbekalan...
Sebuah kebiasaan yang tidak bisa ditinggalkan kala ujian tulisan ilmiah adalah beli jajan, perbekalan secukupnya untuk penguji dan yang menyaksikan ujian kita. Awalnya saya membeli variasi jajanan di kawasan Abu Bakar Ali, seberang kantor Ganesha Operation pusat. Setelah  itu melanjutkan membeli makanan spesial.

..belanja camilan @abuBakarAli...
 untuk ketiga penguji tidak lupa saya membeli makanan berat dan nikmat. Tidak ada maksud untuk gratifikasi karena sebagai bentuk penghargaan atas proses sidang yang akan berlangsung. Datang agak kepagian akhirnya saya mendapat menu seadanya di warung makan yang cukup bergengsi di kalangan masyarakat Jogja yaitu Mirota yang juga tidak jauh dari jalan Abu Bakar Ali. Inginnya membelikan penguji nasi Bungkus Mbok Beruk, langganan karyawan GO kota yang super pedas, tapi takut menjadi petaka bagi yang tidak tahan pada makanan pedas.
...nasi kardus untuk penguji @Mirota Bakery...
Siap tempur...
Membawa seperangkat jajanan, nasi bungkus dan tas berisi tesis serta berkas-berkas lainnya, saya meluncur menuju FIB UGM. Semua di jalanin sendiri. Istilah lagu Punk dari Mandiri atau Mati. 
..siap tempur...
Sesampainya di parkiran, saya bertemu dengan Agus,  konco plek teman satu angkatan kuliah yang kalem dan Sholeh dari Semarang. Atas bantuannya beban bawaan saya menjadi berkurang. Setelah merapat di ruang ujian, saya sempat istirahat sejenak mengistirahatkan badan yang masih buslag dan menenangkan pikiran sebelum sidang.
...bersama Agus ..
Siap tempur
Hari itu memang banyak yang menjalani sidang, dari mahasiswa yang telah menyelesaikan tugas akhir, sampai mahasiswa akhir yang terancam dikeluarkan dari kampus jika belum lulus. Istilah teman-teman, sedang terjadi semacam cuci gudang bagi angkatan lama yang sekolah pasca di luar batas waktu maksimal. 
..yang telah disidang...Mbak Upik
Tepat pukul 09:15 WIB saya dipanggil oleh dewan penguji untuk segera menduduki kursi panas. Sidang kali ini diuji oleh tiga orang yaitu Mbak Suz (Suzie Handajani, Dr., M.A.), Mas Bambang (Bambang Hudayana, Dr., M.A.) dan Mas Lono (G.R. Lono Lastoro Simatupang, Dr., M.A.) selaku pembimbing. Setelah presentasi siap saya mendapat kesempatan sekitar 12 menit untuk memberikan pemaparan singkat hasil penelitian ngartun terhadap Tukang Gambar setanan Kaliwungu (KOKKANG). Ketika sidang saya mengibaratkan sebagai pertempuran yang harus saya lalui dengan senjata di tangan harus siap, hidup atau mati.
...harap tenang ada ujian...
Ibarat sidang di pengadilan kali ini saya sebagai terdakwa, Mbak Suz sebagai hakim, Mas Bambang sebagai jaksa penuntut umum dan Mas Lono menjadi pengacara. Selepas presentasi, jaksa penuntut umum mencercah saya dengan beragam tanggapan, kritik pada tulisan dan pertanyaan. Semua mengarah pada modal sosial (social capital) pada kehidupan kartunis Kaliwungu. Proses dakwaan ini berlangsung dengan seru nan sengit, saya sampai gelagapan karena mendapat berondongan peluru dari senjata otomatis yang terus menyerang celah tulisan saya pada seberapa jauh pemahaman saya terhadap modal sosial. Saya menekankan modal sosial dari Bourdieu, tapi jaksa penuntut umum mencecar dengan modal sosial ala Putnam (akhirnya pada saat revisi saya lebih menekankan pada modal sosial punya Bourdieu dan menghapus modal sosial dari Putnam yang awalnya sebagai tambahan dan pembanding tapi menjadi pemicu kericuhan). Ada beberapa poin penting selama sidang berlangsung yaitu dengan judul modal sosial, namun dalam penyusunan bab saya memberikan porsi modal sosial sebagai sajian penutup. Mas Bambang, menyarankan seharusnya jika menekankan modal sosial sejak awal tulisan harus memberikan penjelasan tentang itu dari awal sampai akhir tulisan. Ibarat masak, modal sosial menjadi bumbu utama yang bukan hanya dapat dirasakan tapi wajib terlihat. Giliran hakim Mbak Suz memberikan pertanyaan tentang pemahaman saya pada globalisasi, media dan bagaimana kehidupan kartunis di era generasi virtual seperti sekarang. "apakah sebelum melakukan penelitian Mas Roikan telah membuat semacam hipotesa tentang apa yang akan dituliskan disini?" itu pertanyaan pamungkas dari Mbak Suz, yang setelah saya beri jawaban, ditanggapi dengan manggut-manggut penuh senyum. Akhirnya baik Mbak Suz maupun Mas Lono memberikan masukan pada aturan penulisan khususnya pemberian keterangan waktu pada kutipan wawancara dalam tesis. Setelah sekitar 1,6 jam saya dipersilahkan untuk keluar sejenak karena para penguji akan berunding. 
Sesampai di luar ada beberapa teman satu angkatan yang ikut menunggu, saya senang dalam situasi seperti ini ada suporter. Selang beberapa detik kemudian, Mbak Suz memanggil saya dan mempersilahkan duduk di kursi panas untuk dibacakan vonis atas tesis ngartun ini. "Setelah kami melakukan perundingan, maka diputuskan Mas Roikan lulus dengan nilai B plus, B gendut. Selamat!!" demikian kata-kata pamungkas dari Mbak Suz. Saya sumringah, sebab perjuangan dua tahun dengan berjibaku antara kerja,kuliah dan mengajar telah terlewati plus setahun melakukan fokus pada lapangan dan bacaan tentang kartun dan budaya kreatif. Setelah acara salam-salaman, saya mengucapkan terima kasih sekaligus meminta doa restu karena terhitung tiga hari setelah sidang tesis saya akan melangsungkan upacara sakral lingkar hidup manusia yaitu menikah. Kontan ketiga penguji saya menjadi senang dan turut berucap syukur.
Usai pendadaran, saya menemui teman-teman sekaligus supporter yaitu Agus Y, Mbak Septi, Aryo, dan Mbak Upik. Khusus Mbak Upik telah sidang terlebih dahulu. Sehingga saya menanyakan apa saja yang harus dilakukan selepas sidang. Kata Mbak Upik:"Revisi dulu saja, nanti banyak proses yang harus dilalui". Acara selanjutnya adalah makan-makan di kantin, rehat sejenak, yang jelas satu beban telah terlepas. Walaupun beban tas mulai bertambah karena ada empat tesis dan kado dari Agus, sebagai tanda mata kelulusan sekaligus hadiah pernikahan. Suwun Gus.
..lega...with Mbak Septi dan Aryo
 "mak aku lulus..."..itu kata-kata dalam hati begitu melangkah menuju kantin. Tidak lupa mengabadikan momen ini termasuk saya membuka kancing menggunakan kaos ngartun yang sakral. Kaos bergambar bajaj ini adalah pemberian kartunis Benny Rachmadi pada saat melakukan penelitian untuk skripsi. Kaos yang sengaja saya pakai untuk momen-momen khusus.
...bersama tesis dan kaos pemberian Benny Rachmadi...
...tiga hari kemudian, 26 Januari 2015 di kantor KUA Sukun Kota Malang
...Sidang kedua untuk Ijabsah bersanding dengan Fitri Jubaidah dengan Mas Kawin: Kindle Ebook Reader lengkap berserta PDFnya. Dibayar Tunai.
Terima kasih Tuhan, tidak berhenti mengucap syukur karena pada awal tahun 2015 telah mendapat Ijasah dan Ijabsah.Betul kata lagu rohani, bahwa segalanya indah pada waktunya.

Subscribe to receive free email updates:

2 Responses to "Cerita Sidang Tesis. 26 Januari 2015"

  1. Hiwhiehihi jadi inga masa kuliah dulu. Untuk makan beratnya juga banyak yang pesan nasi padang pake kotak heihiehiehiehiehiehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul Kang Asep, sekarang menu lebih beragam yang penting variatif dan sesuai selera pengujinya :)

      Delete