Penerbangan Pagi Lion Air Bandung-Surabaya

"Sejuk suasana bandung, ringankan hatiku enggan kita tuk melabuh, selain di bandung selama kita di bandung, kita pun berlagu bernyanyi suara merdu, nada-nada syahdu la la la la la la la la la " 

(Ke Bandung - Junior Soemantri)


Kelompok Penerbang Pagi 

No penerbangan JT-918
Kelas ekonomi
bdo 06:10 - sub 07:25
9 Mei 2018

Pemeriksaan Bawaan 
Setelah melewatkan kegiatan padat selama di Bandung, pagi buta kami harus siap-siap berangkat ke bandara Husein Sastranegara Bandung. Mata kantuk sedikit pening sudah pasti karena waktu tidur yang teramat singkat. Sesampai di Bandara dalam suasana dingin subuh Bandung kami menuju tempat pemeriksaan barang lantai satu. Jika sebelumnya waktu berangkat dari Surabaya terbang malam bersama Nam Air. Keberangkatan kembali ke Kota Pahlawan menggunakan Lion Air. 
Sky Priority
Bandara Bandung jika sebelumnya dikatakan oleh banyak orang kecil. Setelah melalui proses perbaikan sejak 2016, kini bandara ini mempunyai wajah baru. Ada nuansa Art Gallery dan nyaman. Terdapat penggabungan unsur modern yang elegan  dengan keeksotisan nilai tradisional. Sungguh perpaduan yang membuat calon penumpang bisa duduk dan menunggu dengan nyaman kedatangan dan pemberangkatan pesawat.   
Menuju Boarding pemeriksaan ke dua 
Setelah melakukan serangkaian prosedur penumpang penerbangan pesawat komersial. Kami menuju lantai dua melewati ekskalator bandara. Suasana seperti tidak sedang akan berangkat naik pesawat tapi menjadi anak mall. Konsep butik bandara yang diusung bandara Husein Sastranegara mengandalkan interior yang dipadu dengan karya seni dan ada fasilitas layar besar multimedia sebagai promo pariwisata Bandung dan sekitarnya. 
Serasa mall
Area komersial yang lebih luas memberikan banyak pilihan bagi calon penumpang pesawat. Ada toko yang jual pakaian, souvenir sampai wisata kuliner bisa dilakukan di bandara ini. Soal harga semua relatif istilahnya ada harga ada rupa (ono rego ono rupo). 
Menuju Pesawat dari Pintu kelima 
Setelah menunggu panggilan dari awak Lion Air dari pintu 5 selama beberapa menit akhirnya ada pengumuman "Penumpang dengan Lion Air dengan tujuan Surabaya dipersilahkan masuk pesawat melalui pintu 5". Berduyun-duyun para penumpang menuju pintu itu dalam suasana pagi buta dengan wajah yang rata-rata masih terkantuk tipis. 
Jajaran Singa terbang 
Rombongan kami terdiri dari beberapa tentor yang tersebar di area Jawa Timur. Ada yang mengajar di Malang, Tulungagung dan Surabaya. Kebersamaan dan pertemuan kami berlangsung singkat hanya saat tugas di Bandung dan sesampai di Bandara Juanda harus berpisah untuk kembali ke tempat tugas masing-masing. 

Kontingen Jatim 
Berjalan kaki menuju pesawat dalam suasana pagi menjadi pengalaman yang berkesan. Udara dingin dan panorama fajar dari Bandara menjadikan setiap langkah kami terasa sampai mendekati badan pesawat. Saya berupaya menikmati pemandangan pagi yang sangat langka ini karena tidak terbiasa bangun pagi seperti masa muda dulu. 
Singa Terbang 
Malang punya Singo Edan. Kali ini saya naik Singo Terbang sebagai pengalaman perdana naik salah satu pesawat yang tergabung dalam Lion Air Group. Perusahaan penyedia jasa penerbangan komersial ini  menjadi sebuah perusahaan yang membawahi beberapa anak perusahaan yaitu Lion Air, Wings Air, Batik Air, Malindo Air dan Thai Lion Air.

Lewat Pintu Belakang 
Pintu yang disedikan untuk menuju badan pesawat ada dua. Depan dan belakang. Setiap penumpang harus mengetahui terlebih dahulu nomor kursi untuk memudahkan masuk dan mempercepat duduk pada kursi sesuai tertera di tiket. Seperti kursi di bus malam atau kursi bioskop ada kode perpaduan antara angka dan huruf. Angka tua menunjukan kalau tempat duduk kita berada di bagian agak belakang. Jadi ada baiknya lewat pintu belakang pesawat. 
"Selamat Datang" 
Setelah melewati pintu belakang, sudah awak kabin yang menanti dengan ramah menyapa setiap penumpang yang lewat.
Gelis 
Pramugari menjadi salah satu bagian dalam pelayanan demi kepuasan perjalanan udara setiap penumpang.  Ada beberapa maskapai yang dikenal mempunyai pramugari dan awak kabin yang ramah dan pelayanan prima.  Ada pula yang pada level biasa sampai yang super cuek dan jutek. Pagi itu saya memperhatikan pramugari cukup ramah tapi kurang lepas. Seakan ada suatu beban yang harus dilepaskan. Antara masih mengantuk berpadu dengan menahan lapar. 
Presisi Kursi dan Dengkul 
Tempat duduk yang tertata 3-3 untuk kelas ekonomi terkesan padat, namun pas. Untuk orang jangkung dengan kaki panjang, kursi di Lion Air bisa dikatakan nyaman, agak mepet tapi bisa selonjoran. Kenyamanan tempat duduk dalam suatu moda transportasi tidak hanya pada kursi yang empuk, namun presisi tingkat kenyamanan kaki dan dengkul. Bayangkan sendiri misal perjalanan lebih dari 5 jam duduk pada kursi yang sempit. Pegel linu sudah pasti.  
Melipir di samping duo Herkules C-130
Setelah ada pemberitahuan pesawat akan segera diberangkatkan dan pramugari melaksanakan kewajibannya demo alat keselamatan dan memastikan bagasi atas tertutup rapat. Pesawat mulai berjalan menuju barat, melewati dua pesawat Herkules yang terparkir di sebelah barat pintu keberangkatan.  
Cerah Ceria 
Landas pacu terletak di sebelah barat, pesawat melaju via darat menuju ujung barat lalu putar balik dan bersiap take off. Serasa naik bus awalnya, jalan pelan berhenti lalu putar balik. Itu sensasi bus mania yang biasa naik bus dengan trayek tujuan paling jauh (coretan karcis ujung ke ujung) sampai bus terparkir di terminal bahkan ikut balik ke garasi.  

Tasik,..tasik 
Setelah pesawat memutar badan, lalu melaju kencang menuju timur dalam posisi siap terbang. Take off maskapai ini cukup nyaman. Pak Pilot mengemudi dengan halus, untuk take off hampir tidak terasa proses peralihan sudut. Pesawat mulai meliuk menuju ketinggian, dari jendela saya melihat pemandangan Bandung dan sekitarnya bahkan terlihat dari jauh ada semacam markas militer lengkap beserta lapangan tembak. 
Kebesaran Tuhan 
Terbang pagi dalam cuaca cerah lengkap dengan birunya cinta, cinta Tuhan pada manusia melalui langit dengan pemandangan yang epik. Sebagai penggemar kegiatan naik gunung, tentu sangat disayangkan jika sepanjang penerbangan kurang dari dua jam ini dilewatkan dengan tidur. Belajar penginderaan jauh dengan mata telanjang via pesawat terbang.  
Arum Manis 
Pesawat melintas langit Jawa Barat melintas berbagai gunung keren seperti Gunung BURANGRANG (2.057 MDPL), Gunung TANGKUBAN PARAHU (2.084 MDPL), dan Gunung BUKIT TUNGGUL (2.057 MDPL). TAMPOMAS (1.684 MDPL). Saat itu saya penasaran dengan Gunung CIREMAI (3.078 MDPL) sebagai puncak tertinggi di Jawa Barat. Pesawat melaju berbelok agak ke utara sebagaimana jalur konvensional pesawat komersial lintas Jawa. 

Gunung Penanggungan, Welirang dan Arjuno
Sesampai di langit Jawa Timur tampak dari atas jajaran gunung yang tersebar dari perbatasan Jawa Tengah Gunung LAWU (3.265 MDPL). Ke arah timur terdapat gunung yang berdampingan, Gunung NGLIMAN (2.512 MDPL) dan Gunung WILIS (2.552 MDPL). Lebih ke timur lagi, akan ditemui pegunungan yang terdiri dari Gunung KELUD (1.731 MDPL), gunung kembar ARJUNO (3.339 MDPL) dan WELIRANG (3.156 MDPL), Gunung ANJASMORO (2.277 MDPL), Gunung PENANGGUNGAN (1.653 MDPL), dan Gunung RINGGIT (1.250 MDPL). Momen paling memukau saat melihat menengok kesebelah timur terlihat kenampakan seperti portal kokoh, itulah Gunung SEMERU (3.676 MDPL) yang merupakan tertinggi nomor satu di Pulau Jawa juga gunung berapi tertinggi nomor tiga di Nusantara.
Menara bandara yang bisa terlihat dari lantai 3 jemuran kos 
Terdengar pemberitahuan pesawat akan segera mendarat di bandara Juanda. Para penumpang mengenakan sabuk pengaman sejak memasuki langit Trosobo Sidoarjo. Proses pendaratan tidak semulus yang diharapkan sebab terasa guncangan relatif lebih keras saat singa terbang ini mulai menapakkan kakinya di landas pacu.  
Kembali ke kota Pahlawan 
Setelah dipastikan pesawat benar-benar berhenti dan terparkir, semua penumpang mulai bergerak. Naik kelas ekonomi harus mempunyai kesabaran lebih pada saat antri turun pesawat. Kursi 3-3 penumpang yang masih harus mengambil tas di bagasi serta berjalan menuju pintu itu butuh perjuangan. Karena tidak ada agenda mendesak, saya tetap duduk santai yang melihat kerumunan orang berduyun-duyun menuju pintu keluar yang telah disediakan di pintu depan dan belakang. 
pawang singa terbang di darat 
Keluar dari pesawat masih berjalan menuju pintu keluar bandara. Lagi-lagi kita harus bersabar berjalan mengantri melewati satu pintu dari melalui tangga yang pada saat kedatangan penumpang dipastikan padat. Itulah seni naik moda transportasi umum. Sabar mengantri atau tabah menanti. Penerbangan pagi yang lancar, tepat waktu dan rela menahan lapar.  Inilah pengalaman saya pertama terbang bersama Lion Air. Tips anti perut galau selama menggunakan maskapai ini, bawa makanan ringan dan minuman sendiri dalam tas kecil tanpa harus repot bongkar tas yang telah tertata dalam bagasi. 
Back to work 


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Penerbangan Pagi Lion Air Bandung-Surabaya"

Post a Comment