Terbang Malam Nam Air Surabaya-Bandung

"besok ku pergi ke bandung, bersama pacarku

hingga malam pun berlalu, kita pun tersenyum

paginya kita ke bandung, dan menembus waktu

hingga 2 jam melaju, kita tiba di bandung"

                                                                          (Ke Bandung - Junior Soemantri)

Petikan lirik Junior Soemantri menelisik dalam rencana perjalanan untuk 'tugas negara' menuju Bandung. Perjalanan dinas gratis naik pesawat terbang demi mengejar waktu, pada tugas tahun-tahun sebelumnya biasanya difasilitasi keberangkatan naik kereta Eksekutif. 
Abdi Alumni TK Dewi Sartika @Bandara Husein S - Bandung
Pada keterangan tiket tertera berangkat dari Bandara Juanda jam 5 sore. Namanya naik pesawat ada prosedur tertentu yang harus dilakukan dan membutuhkan persiapan waktu yang lebih panjang. Ijin dari kantor sudah didapat dan keberangkatan telah siap. Bertugas berdua keluar kota bersama Guru sekaligus Kolega dan senior pemancing: Pak Putut. 
Menuju terminal 1 
NAM Air
No penerbangan IN-376
7 Mei 2018
Seharusnya sub 17:50 - bdo 19:10

Sesampai di pemeriksaan barang bawaan, kami berjalan menuju pengecekan tiket berlogo NAM Air. Saat itu saya baru tahu kalau Nam Air satu perusahaan dengan Sriwijaya Air. Sebuah maskapai yang saat bertugas mengajar di Bangka Belitung dari Jogjakarta, menambah keterlambatan pesawat karena salah dengar pengumuman. Kata Pangkalpinang terdengar mirip dengan kata Palembang. Tunggu cerita gokil sekelompok tentor yang nyaris mengganggu penerbangan nasional di Cengkareng. Setelah pemeriksaan tiket, saya diberitahu jika pesawat datang terlambat. Tidak dalam satuan menit tapi jam. 4 jam lamanya kami harus rela menunggu. Delay istilah untuk keberangkatan yang tertunda. 

Membunuh waktu saat delay 
Dengan langkah gontai kami memutuskan untuk keluar kembali dari bandara. Sempat bertemu dengan sepupu yang bekerja menjadi trollyman, ditawarkan untuk nitip tas di dalam sembari menunggu waktu. Akhirnya berdua kami membunuh waktu di ruang tunggu bandara sambil melihat aktivitas dan fenomena sekitar ruang tunggu. Ada yang menjemput, ada yang mengantar keluarga, ada yang berangkat sendiri. Semua berkelindan dalam satu kepentingan berangkat/datang menggunakan transportasi udara. Moda transportasi yang semakin digemari oleh masyarakat yang ingin ketepatan dan kecepatan berpindah tempat. 
Menuju Boarding Pass
Awal malam memasuki ruang tunggu depan, sang sepupu trollyman sudah beranjak istirahat dengan rekan kerjanya dengan membawa segelas kopi menuju ke arah utara. Matahari telah jauh menuju peraduan. Kami masuk kembali menuju gerbang pemeriksaan lantai satu, pemeriksaan barang lagi. Lepas jaket lagi. Lalu menuju lantai dua untuk pemeriksaan barang dan badan yang kedua kali. Pemakaian ikat pinggang dapat sedikit memperlambat waktu pemeriksaan. Jadi saat memasuki ruang pemeriksaan barang segala ikat pinggang dan barang dalam kantong langsung dimasukan ke keranjang plastik. Jika membawa laptop, harus dikeluarkan untuk dipindai oleh petugas. Teringat saaat berangkat ke Bangka di Cengkareng, saya sampai dikejar petugas pasca pemeriksaan pertama. Disuruh periksa tas lagi sampai tiga kali dipindai, karena ada barang yang dicurigai. Usut punya usut ternyata benda tersebut adalah sebuah jangka logam yang dalam peralatan gambar saya. Wajah pucat panik terpancar dari muka saya kala itu. 
Seperti masuk mall
Masuk bandara menuju ruang tunggu pesawat yang dengan rela dan legowo kami tunggu sampai habis dua album The Doors dan satu Album Leo Kristi. Masuk bandara Juanda seperti masuk pasar tingkat orang kota (mall). Apapun ada di sini mulai toko makanan, souvenir sampai galeri lukis. Tahun 2008 adalah momen saya pertama kali masuk ke dalam bandara ini sekaligus saat pertama naik pesawat terbang Merpati jurusan Surabaya- Jakarta. Lagi-lagi tugas kantor dan gratisan. 
Penumpang terdampak delay: marah berjamaah 
Begitu memasuki ruang tunggu, penuh sesak orang sudah berada di sana.  Kalau yang duduk menampakan wajah lelah biasa. Berbeda dengan yang berdiri di sekitar petugas. Mengerubuti petugas dengan wajah lelah campur marah. Karena menjadi salah satu bagian penumpang yang keberangkatan tertunda sesaat saya menuju petugas dengan wajah santai. Sambil bilang: "Jurusan Bandung yang delay sejak jam 5 sore tadi". Petugas mencoret tiket dan memberikan nasi bungkus kompensasi keterlambatan. 
Nasi Kotak Kompensasi Keterlambatan 
Sudah ada peraturan yang berlaku meregulasi kompensasi keterlambatan bagi moda transportasi udara. Delay 30 -60 menit dapat minuman, 60-120 menit dapat minuman dan makanan ringan, 120-180 menit dapat minuman dan makanan berat, delay 180-240 menit dapat minuman, makanan ringan plus makanan berat. sementara delay 240 menit sampai batal terbang mendapat ganti rugi uang tunai 300 k bisa juga dialihkan ke penerbangan berikutnya atau refund ticket
Landasan malam 
Setelah habis satu porsi nasi ayam panggang kompensasi keterlambatan, saya berkeliling sejenak menyaksikan adegan drama kolosal. Penumpang yang terlambat dan merasa dirugikan dari sisi waktu, secara bergantian complain, ngomel bahkan marah-marah dihadapan petugas yang berjaga. Semua gaya omelan dengan berbagai logat bahasa ada di sini, suara sampai membahana ketika ada penumpang lain yang menjadi juru sorak. Haaa Huuu Haaa Huuuu. Sementara yang duduk dengan wajah pasrah menunggu kedatangan pesawat, dan ingin segera diberangkatkan. Salut untuk profesionalisme dan mental baja dari petugas garda depan (front office) yang dengan tenang menerima omelan secara membabi buta.
ala karpet merah 
Akhirnya pesawat NAM Air No penerbangan IN-376 diumumkan tiba dan siap berangkat. Terbang juga semua angan saya untuk jalan-jalan malam santai di kota Bandung seperti yang tertera di tiket pukul 19:10 WIB. Para sahabat Bandung dari komunitas Taman Kota saya kasih kabar bahwa pesawat datang terlambat dan sampai Bandung lebih malam. Untungnya mereka maklum. 
disambut Tete berambut merah 
Menyusuri karpet merah ala gala premiere, kami berjalan menuju lambung pesawat. Disambut oleh Pramugari bercat rambut merah dengan mengucapkan selamat malam, selamat datang. Para penumpang dengan dingin langsung masuk menuju kursi masing-masing, mungkin sedikit kecewa karena keterlambatan. Saya membalas sapaan pramugari NAM Air berbaju biru bergaya casual itu. Maskapai ini terbilang istimewa bagi kaum hawa, karena memperbolehkan pramugarinya mengenakan hijab. 
dalam pesawat 
Penerbangan kelas ekonomi terbagi dalam tempat duduk tiga ke kanan dan tiga ke kiri. Saat verifikasi tiket saya sengaja memilih hot seat yaitu kursi yang terletak dekat jendela. Kursi idola busmania maupun aviation vlogger. Bisa leluasa melihat jendela. Bisa menyapa orang-orang di desa dari udara. 

menjelang take off
Setelah intruksi menuju terbang di sampaikan, dan para pramugari melaksanakan tupoksinya (memimpin doa, memperagakan alat keselamatan penerbangan dan menutup rapat bagasi di atas). Pesawat siap melaju melewati langit Surabaya menuju Bandung. 
presisi dengkul dengan kursi depan 
Untuk kelas ekonomi, NAM Air sudah menawarkan kenyamanan untuk orang berkaki jangkung. Jarak antar kursi terbilang jauh. Tidak ada adegan adu dengkul dengan kursi di depan. Berbeda dengan naik moda transportasi darat kelas ekonomi yang menyakitkan untuk orang jangkung berkaki panjang. Sepanjang perjalanan menahan nyerinya adu dengkul dengan kursi di depan. 
dapat makanan ringan 
Setelah perbaikan gizi dengan nasi kompensasi keterlambatan sebelumnya, saat lampu tanda pemasangan sabuk pengaman dimatikan. Pramugari membagikan snack berisi roti dan minuman pada setiap penumpang. Salah satu bentuk pelayanan istimewa dari Sriwijaya Air dan NAM Air, penumpang kelas ekonomipun mendapat makanan ringan. 
sesampainya di Bandung 
Penerbangan malam melihat keluar isinya gelap dan kilau lampu di darat, sementara di dalam pesawat sebagian penumpang memilih untuk tidur. Penerbangan yang tidak sampai 1,5 jam bagi saya sangat disayangkan kalau dilewati dengan tidur., kecuali naik Sumber Selamat 7110 Bungurasih-Giwangan sampai mimpi sepanjang aspal. Saya konsentrasi melihat ke bawah menerka  di atas langit daerah mana pesawat ini terbang. Pak Putut sudah asyik ngorok beberapa menit sejak pesawat diterbangkan. 

Wilujeng Sumping 
Malam itu kami tiba di Bandara Husein Sastranegara Bandung. Bandara yanag bergabung dengan kompleks pangkalan udara TNI AU. Pada sisi sebelah barat ada dua pesawat Herkules terparkir rapi. Karena sudah menjadi warga Malang, suasana Bandung tidak ubah seperti Malang Kota. Dingin tapi tidak telalu menggigil. Sejenak menunggu jemputan dari sopir kantor. Akhirnya kami diantara menuju tempat singgah dalam rumah yang lucu. Penginapan Rumah Tawa Bandung. Malam itu kami mendapat makan lagi, seporsi nasi timbel. Total sejak keberangkatan sudah banyak asupan gizi dan kalori yang masuk kedalam tubuh untuk aktivitas sehari penuh (tambah setengah malam) keesokan harinya.  

Nasi Timbel di tengah malam 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Terbang Malam Nam Air Surabaya-Bandung "

Post a Comment