Sebuah aktivitas mulia baru saja terjadi dalam jagad perkartunan Indonesia. Beberapa tukang gambar (kartunis-karikaturis) mengadakan acara seru baru-baru ini, bertajuk NGABAR (Ngarikatur Bareng) di taman Suropati-Menteng-Jakarta. Menurut saya ini adalah bentuk pengembangan diri sekaligus sosialisasi kepada khalayak umum tentang bagaimana karikatur itu sendiri. Karikatur dapat menjadi sesuatu yang bukan hanya seni untuk ekspresi namun dapat menjadi pilihan, pilihan hidup dan sandaran sepi kalah sendiri (mengutip kata-kata kolega yang suka bilang butuh sandaran sepi).
Ngabar Full Team |
Kegiatan berjamaah ini dilaksanakan pada tanggal 17 November 2013 yang diikuti oleh master-master kartun dan karikatur kebanggaan bangsa seperti Toni Malakian, Pratiwi Ambarwati, Agung SW, Eko Fazra, Romeo Jericho dan lain-lain (mungkin ada yang belum saya sebut, mohon dimaafkan). Dengan mengusung karikatur di tempat (on the spot) kegiatan ini memberikan andil pada pengembangan karikatur itu sendiri. Kopi darat (Kopdar) antar artis, tentu saja artis karikatur untuk saling berbagi wacana, pamer karya, saling mengisi dan bisa iseng-isengan.
Fokus, Ngartun on The Spot |
Lalu apakah karikatur itu? apa bedanya dengan kartun dan komik? Menurut literatur yang pernah saya baca, karikatur dengan komik dan kartun mempunyai perbedaan tapi ada pula kesamaan. Beda penyajian dan teknik visualisasi namun satu basic yaitu seni ilustrasi sebagai percabangan dari seni rupa. Karikatur merupakan gambar yang berbentuk ilustrasi potret wajah yang diberi muatan lebih sehingga anatomi wajah tersebut terkesan distorsif karena mengalami deformasi bentuk, namun secara visual masih dapat dikenali obyek aslinya. Kata karikatur berasal dari bahasa Italia caricature,
yang bersumber dari kata caricare yang berarti memberi muatan atau tambahan
ekstra bahkan berlebihan (Setiawan, 2002: 46). Dalam karikatur kita berhak untuk mendistorsi wajah sasaran dengan sehancur-hancurnya, tentunya tetap mengandalkan aspek humor. Diharapkan orang yang kita gambar tetap tersenyum walaupun wajahnya telah kita rombak.
Dalam postingan kali ini saya lebih menyoroti kegiatan ngabar sebagai upaya untuk menyatukan satria karikaturis di Indonesia khususnya Jakarta. Dengan kesibukan masing-masing, tidak ada salahnya jika pada saat hari libur bisa menyatu di satu tempat untuk berkarya bersama. Secara psikis, seperti halnya yang saya alami ketika berkarya sendiri dengan keroyokan, semangat akan lebih terpacu jika dilakukan secara bersama, apalagi secara on the spot. Lebih penuh tantangan dan terpacu untuk menggambar lebih rapi dan baik setelah melihat karya orang-orang di sebelahnya.
Dalam postingan kali ini saya lebih menyoroti kegiatan ngabar sebagai upaya untuk menyatukan satria karikaturis di Indonesia khususnya Jakarta. Dengan kesibukan masing-masing, tidak ada salahnya jika pada saat hari libur bisa menyatu di satu tempat untuk berkarya bersama. Secara psikis, seperti halnya yang saya alami ketika berkarya sendiri dengan keroyokan, semangat akan lebih terpacu jika dilakukan secara bersama, apalagi secara on the spot. Lebih penuh tantangan dan terpacu untuk menggambar lebih rapi dan baik setelah melihat karya orang-orang di sebelahnya.
Sesama Tukang Gambar Dilarang Saling 'Mendahului' |
Lalu apa manfaat ngabar (ngarikatur bareng) ini sendiri? Saya pernah menulis jika salah satu manfaat dari kartun dan jajarannya termasuk karikatur adalah Media untuk berekspresi dan bereksploitasi. Ekspresi itu berasal dari hati dan eksploitasi untuk pengembangkan diri. Dasarnya adalah upaya agar kita tetap produktif berkarya. Manusia pada dasarnya adalah makhluk yang menyukai keindahan yang diwujudkan dalam bentuk ekspresi. Ekspresi adalah penyaluran hasrat maupun manifestasi dari imajinasi maupun tanggapan terhadap berbagai fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan seorang kartunis untuk menertawakan selain mengecam, dapat menjadi sarana pelepas kelelahan masyarakat, sehingga kartun dapat menjadi salah satu alternatif untuk melepaskan tekanan dari rasa khawatir (Roikan 2007: II-18).
Berdasarkan penjelasan di atas, ngabar menjadi media untuk pelepasan tekanan dari rasa khawatir terhadap keberadaan karikatur itu sendiri. Meskipun ada fitur dari salah satu media chat dalam virtual technology yang dapat membuat karikatur (lebih tepatnya semacam sketsa wajah digital) secara mekanis dan instan, namun beberapa orang masih menganggap bahwa karya manual dengan tangan menjadi sesuatu yang spesial. Harapan saya, semoga kegiatan ini terus berlanjut dengan rutin dan menjalar pada kota-kota lain (setahu saya selama ini yang telah melakukan hal yang sama adalah Solo dan Semarang) agar ada regenerasi dan pemasyarakatan seni ilustrasi terutama kartun dan karikatur. Salam Ngartun.
Bonus Track :
Berkarya Bersama |
Briefing Komandan, Toni M |
Referensi
Foto dari 'nyolong' Fbnya Mas Agung SW dan Romeo Jericho
Foto dari 'nyolong' Fbnya Mas Agung SW dan Romeo Jericho
Roikan. 2007. Angkutan Umum dan Gaya Hidup Metropolitan (Studi Etnografi Semiotika Kartun Benny Rachmadi dalam Seri Lagak Jakarta Edisi Transportasi). Skripsi sarjana. Surabaya: Jurusan Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga
Setiawan,
Muhammad Nashir 2002.
Menakar Panji Koming: Tafsiran Komik
Karya Dwi Koendoro Pada Masa Reformasi Tahun 1998. Jakarta: Penerbit Buku
Kompas.