Murah Meriah ! Kereta Komuter Arjonegoro Commuter Line. Surabaya Lamongan Hanya 6 Ribu Saja

Budal peteng muleh peteng. Prinsip para pencari nafkah lintas kota harian. Bayangkan pulang ke rumah hanya numpang istirahat dan setelah itu balik kerja kembali. Bukan satu kota tapi antar kota dalam provinsi. Itulah kenyataan yang dihadapi para kaum komuter. Demi kedekatan dengan keluarga rela luar kota setiap hari. Kebersamaan dengan keluarga menjadi yang utama, kereta lokal yang murah meriah menjadi pilihannya. 
   

Baru-baru ini karena ada kepentingan mendadak. Saya harus pulang ke Lamongan. Maksud hati ingin bermotor apalah daya badan sudah capek. Kereta api lokal menjadi pilihannya. Setelah cari-cari via aplikasi KAI acces tercetus naik kereta sore lokal dan menjadi kereta terakhir. Argonegoro Commuter dulu yang disebut kereta Sulam (Surabaya – Lamongan). Kini menjadi Argonegoro dengan perjalanan Pasar Turi menuju Babat Lamongan. Tiketnya sangat terjangkau, tidak sampai 10 ribu hanya 6 ribu. Kapan lagi hanya dengan uang segitu bisa menempuh perjalanan dari Surabaya menuju Lamongan. 

Begtu kereta datang, para penumpang berlarian. Berebut tempat ala film perang. Semacam penumpang kereta lokal di Jakarta. Saya ikut tergopoh-gopoh dan melebarkan kaki sampai di depan kereta mencari pintu dan masuk tanpa tangga. Tidak membayangkan bagaimana jika penumpang membawa bocil atau yang sudah rentah. Tentu berlatih fisik dan berjibaku demi bangku. Tenang saja jika hari kerja, kereta ini tidak seberapa ramai. Bahkan ada bangku kosong karena masih stasiun pertama. 


Kereta melaju, ada wajah-wajah lelah di dalamnya. Para pencari nafkah yang rela budal peteng muleh peteng (berangkat subuh pulang maghrib) untuk mencari sesuap berlian dengan UMR Kota Surabaya yang lebih tinggi dibanding kabupatennya. Kereta api berwarna hijau dengan sistem tutup pintu otomatis dan yang paling unik tentu suara bel yang tidak biasa. Bercampur dengan suara gaduh, lelaki di kursi sebelah yang menggunakan ponsel pintarnya untuk melihat media sosial joget-joget tok tik dengan suara maksimal. Ingat loh Kang, teknologi TWS terkini atau sedotan suara diciptakan untuk hiburan diri sendiri dan kenyamanan makhluk hidup disekitarmu. Kualihkan kegeraman ini dengan pushrank MLBB pegang hero fighter walaupun berakhir kalah. Tapi setidaknya ada pelampiasan daripada gegeran dalam kereta. 


Memasuki stasiun demi stasiun, ada yang turun dan ada yang naik. Hingga sampai di Stasiun Cerme yang artinya tujuan saya sudah dekat. Mencoba tetap terjaga karena setelah daerah Not You (Duduk Sampean) sudah masuk Lamongan City. Saya punya kebiasaan mengantuk saat dekat lokasi tujuan ketika menaiki transportasi umum. Ngantuk di Klaten begitu hendak masuk Jogja atau Singosari ketika menjelang Kota Malang. Padahal di awal pemberangkatan mata segar bugar sampai separuh perjalanan. Pada akhir perjalanan tibalah di Stasiun Lamongan, sebuah kota yang penuh kenangan. 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Murah Meriah ! Kereta Komuter Arjonegoro Commuter Line. Surabaya Lamongan Hanya 6 Ribu Saja "

Post a Comment