Pesan Pendek dari Meja Belajar

Sudah bukan menjadi rahasia umum lagi dalam masyarakat. Anak bungsu (bontot) dikenal sebagai anak yang cenderung bandel dan sedikit manja. Saya termasuk di dalamnya. Lahir sebagai anak bontot dari dua bersaudara. Bandel dan banyak tingkah itu sudah pasti. Terbukti saat habis sunatan sebelum era dokter sunat via laser butuh satu bulan lebih untuk proses kesembuhan karena terlalu banyak bergerak. Mulai lari-lari, main bola sampai memanjat pohon asam.  Sejak kecil 'bakat' banyak tingkah sudah terdeteksi, malah saat balita pernah dilarikan ke rumah sakit karena kepala berdarah sampai mendapat jahitan karena memanjat lemari kaca di salah satu rumah kerabat.

Catatan Kecil dari Bapak
Kebadungan anak bontot terus berlanjut sampai remaja. Jika libur tiba karena di desa sangat minim dengan fasilitas hiburan. Jalan-jalan ke kota dengan bersepada angin menjadi salah satu hiburan satu-satunya. Pulang terlambat sudah pasti. Alhasil berbagai omelan dan teguran menjadi makanan sehari-hari. Anak bontot dari dua bersaudara laki-laki cenderung lebih dekat dengan Ibu.

Ketika membuat kebadungan, omelan dan nasehat Ibu serasa angin lalu. Lain dengan Bapak yang jarang mengomel tapi mempunyai kebiasaan unik yang tidak akan bisa dilupakan. Setiap berbuat kesalahan tidak lama setelah itu, ada catatan kecil dengan media kertas. Kertas segala kertas bekas mulai bungkus obat nyamuk sampai undangan orang punya hajat. Walau dari kertas bekas, namun pesan singkat yang tertulis di atasnya memiliki kesan yang mendalam. Bapak mempunyai kemampuan menggambar. Kadang pesan singkatnya diselingi gambar yang didalamnya menceritakan perjuangan hidup masa kecilnya yang harus drop out (DO) sebelum kelas 6 SD. Masa remaja dihabiskan  merantau ke kota Pahlawan dengan berjualan roti goreng dan bakwan setelah memasuki usia remaja akhir. Ada gambar seorang anak yang sedang membawa barang dagangan roti goreng, kadang gambar seorang anak yang sedang membawa gerobak. Kadang gambar itu diselipi tulisan dengan huruf kapital dengan kalimat "BIYEN SAK UMURANMU BAPAK WIS KELILING DODOL ROTI GORENG" (dulu ketika seumuranmu Bapak sudah keliling jual roti goreng) atau "OJO NAKAL ISO SEKOLAH IKU UNTUNG" (Jangan nakal bisa sekolah itu untung). Kadang kertas-kertas itu saya buang ada beberapa yang saya kumpulkan dalam satu amplop. Sampai postingan ini ditulis saya masih mencari amplop berisi pesan-pesan fenomenal tersebut. 

Pesan pendek ini kerap ditaruh di tempat tidak terduga kadang di bawah bantal tidak jarang di meja belajar. Saya mempunyai kebiasaan belajar di meja dengan lampu baca sederhana dengan suara musik dari tape compo. Pesan pendek kertas bekas itu adalah representasi dari sahabat keluarga. Walau tidak seberapa akrab, namun melalui media tersebut dapat menjebatani hubungan batin untuk merenung atas kebadungan yang pernah saya lakukan. Sebuah komunikasi ala sahabat. 


Pesan singkat dalam kertas bekas adalah bentuk cara unik komunikasi antara orang tua kepada anak.  Komunikasi tidak hanya kata yang diucapkan tetapi lebih pada cara penyampaian.  Intonasi mewakili emosi,  bahasa tubuh mewakili perilaku dan pesan tertulis menjadi teguran unik tapi nyata.  Pesan singkat di kertas bekas menjadi upaya mengatasi kebadungan seorang anak bontot yang selalu ngotot. Kertas ini lebih keras bersuara karena untuk membuat anak lebih mengerti,  make your child listen.  Orang tua merupakan model bagi anak. Apa yang dilakukan hari ini akan dilakukan serupa kelak oleh anaknya. Senyuman dan ceria setiap waktu membangun kehangatan dalam rumah.  Do you smile when your child enters the room? 

Salam hangat. 


#sahabatkeluarga

Subscribe to receive free email updates:

4 Responses to "Pesan Pendek dari Meja Belajar "