Wawancara Eksklusif dengan Benny Rachmadi

Horreeee!!! Setelah bongkar-bongkar beberapa file lama, akhirnya saya menemukan transkrip wawancara saat mengerjakan skripsi dengan Kartunis Lagak Jakarta Benny Rachmadi. Proses untuk bisa bertemu dengan Benny membutuhkan perjuangan yang berat tapi semua kerja keras berhasil setelah pada ada kesempatan tanggal 24 Maret 2007 pukul 14:47 WIBd (Waktu Indonesia Bagian Depok) bisa bertemu dengan beliau. Berikut wawancara ekslusif saya dengan Benny
"Bisa menceritakan profil singkat dari Bang Benny mengenai keluarga, pendidikan, masa kecil serta riwayat yakni motivasi pertama ngartunnya itu gimana?"

"Lahir saya di Samarinda pada 23 Agustus 1969 terus seperti orang k kebanyakan ya sekolah terus kuliah, saya kuliah di IKJ, jurusan Seni rupa dan di Desain Grafis…. jurusannya Desain Grafis, trus kalau setelah itu saya diminta mengajar sampai tahun 2005 saya mengajar. Terus apa lagi sih ?"

"itu apa itu awalnya ngartun itu karena darimana? Apa lingkungan? Atau dari diri sendiri? Kok nggak ke Grafisnya atau melukis?"

"kalau kartun sih memang dari awal saya suka gambar kartun senang yang lucu-lucu saya juga orang yang senang bercanda, saya merasa cocok di sini, memang itu banyak pertanyaan kok larinya kok nggak ke desain atau bidang yang lain malah di kartun, memang pertama saya suka nggambar ya karena proses setiap gambar dapat dirombak dari gambar realis, gambar yang apa…bermacam gaya lah, tergantung kebutuhan. Terus saya juga pernah sempat bekerja di ilustrator buku anak-anak di Grafiti Press kalau itu dulu gaya gambarnya macem-macem"

"Grafiti Press itu yang buat tony Wung itu pak ya? Yang membuat komik-komik?"

"bukan Grafiti Press itu buku cerita anak-anak bukan komik, jad ada naskah ada gambar buku anak-anak gitu ya. Itu gaya bereksplorasi di situ Mas selain cerita dan gaya gambar, macam-macam"

"jadi berarti pernah menjadi illustrator buku anak-anak juga Pak ya?"

"buku anak-anak, ya beberapa tahun saya sempat di situ, jad ya ada naskah dikasih naskah saya suruh gambar, tergantung cerita, ceritanya tentang apa…kehidupan anak-anak di desa lain dengan di desa lainnya itu tergantung cerita."

"selain nggambar apa Mas Benny punya hobi lain?"

"nggak ada sih hobi macem-macem…ya kalau hobi sih macem-macem ya saya suka main game suka, apa ya? Ya banyak lah…hobi-hobi…kalau olah raga ndak saya nggak ada hobi olahraga".



"terus ini untuk riwayat berkarya, ngartunnya e kira-kira motivasi awal untuk terjun di dunia grafis itu karena apa Pak? Maksud saya dunia kartun?".

"nggak ada motivasi apa-apa tuh kalau saya tuh ngalir aja hidup saya nggak ada cita-cita saya harus jadi kartunis, nggak. Kebetulan saya di bidang itu dan sampai sekarang jalannya lurus-lurus aja ya sudah saya jalanin aja, nggak ada yang direncanakan gitu lah, sekian tahun saya harus jadi apa atau apa nggak, ngalir aja".

"terus ini untuk kartun kan ada aliran-aliran dari sisi visualnya dan inspirator, kan sering orang bilang bahwa kartunnya Mas Benny maupun Mice itu alirannya lebih ke Lat, kartunis Malaysia yang bernama lengkap Mohammad Nor Khalid yang menciptakan Kampung Boy, itu apa, menurut Bang Benny pandangannya gimana?"

"ya sah-sah aja orang orang berpandangan, sebetulnya tidak ada aliran di kartun, aliran apa-aliran apa, mungkin yang ngebedain tema orang ngangkat tema. Kalau gambar saya di Kompas dan di Kontan lain kan. Kalau di Kontan saya lebih ke editorial kartun, editorial kartun itu yang orang biasa sebut opini, itu ada berita ada kejadian yang hangat misalnya kelangkaan beras atau apa gitu. Kalau yang di Kompas lebih ke kehidupan sehari-hari, lebih ringan lah jadi kadang-kadang nggak ada juntrungannya memang".

"terus kartunis maupun komikus yang istilahnya menginspirasi maupun yang disukai sejak awal siapa Pak?"


"banyak ya, kalau kebetulan dosen saya Pak Priyanto yang di Tempo itu saya suka, terus kalau banyak sih..Dwi Koen itu gaya humornya saya suka gaya humornya gampang dicerna dan bagus, kalau Lat ya mungkin saya sering lihat juga ya sebetulnya dalam proses kita bisa banyak..influence lah sah-sah aja".

"terus ini mengenai proses berkarya, jadi proses berkarya Bang Benny itu kayak gimana jadi awal dari ide sampai kontemplasi sampai dieksekusi jadi kartun itu prosesnya kayak gimana? Khususnya dalam Seri Lagak Jakarta?"

"yang di Lagak Jakarta ya itu tadi saya banyak mengamati, sebetulnya saya bukan…waktu di Lagak Jakarta bukan niat bikin buku dulu ya, bukan saya bikin buku tentang Transportasi terus saya pergi keliling kota nggak begitu. Kalau yang di Lagak Jakarta itu kejadian sehari-hari jadi saya nggak perlu observasi langsung lagi, baru ad aide bikin buku kenapa yang bukan saya alami sehari-hari aja, itu sebetulnya tidak terlalu sulit saya menuangkannya ke visual karena itu da sehari-hari saya alami, dari naik ojek dari bajaj naik bus. Jadi prosesnya mungkin kebalik dengan yang Roikan lakukan ya, ada niat untuk bikin skripsi tentang kartun baru meneliti, kalau saya enggak penelitian itu sudah sehari-hari tanpa disadari jadi awal dari diri kita dari kesenangan kita mengamatilah, apa aja gitu, eksekusinya yang di buku itu. Nggak disengaja itu, penelitian yang nggak disengaja".

"kalau untuk medianya sendiri pakai apa? Tinta atau apa?"

"Kalau menurut saya pakai apa aja bisa, kalau ini dulu pakai tinta cina pakai kuas terus saya suka pakai ya Rapiddo sedikitlah pakai Boxi, Drawing Pen untuk arsir detailnya ya, kalau outline pakai tinta cina dengan kuas tapi pensil dulu".

"dalam Seri Lagak Jakarta edisi Transportasi, salah satu informan saya (Irmayanti) mengatakan ada beberapa tokoh-tokoh yang sering muncul misalnya tokoh Ibu yang memakai kebaya yang biasa dengan anak kecil, sopir bajaj yang suka menyukur jenggot dengan uang logam, tukang tidur dalam bus. Apakah tokoh-tokoh tersebut mempunyai makna tertentu dalam penyampaian pesan tertentu terhadap masyarakat atau sekadar sebagai pelengkap saja?"

"enggak itu hanya jahil-jahil aja sih, jahil-jahil saya aja, masukin aja tokoh ini lagi tidur, memang kalau kamu lihat di bus pastilah ada orang yang lagi tidur kan? Tokoh tukang bajaj sih buat jahil-jahilan aja nggak ada..itu buat memperkuat kejadian dalam buku ini, apa misalnya..ya tokoh selinganlah".

"kalau disini sendiri…gambar ini yang sering muncul juga (lelaki yang kerap mengenakan kemeja lengan panjang yang dilipat bagian sikunya dan mengenakan tas) ini apakah tokoh itu merupakan Pak Benny sendiri?"

"jaman dulu dandanan saya gitu, kenapa makanya orang suka nanya kok sering nggambar dirinya sendiri, di Kompas juga tokoh Benny – Mice juga plek dia sendiri, kok kayak kultus individual aja gitu. Sebenarnya enggak kenapa di Kompas ya kenapa kita buat seperti itu, biar kitalah menjadi pelengkap penderita bukan pelengkap penderita sih tapi jadi obyeknya juga, subyeknya..obyeknya kita yang apes sudahlah kita sendiri nggak usah orang lain, disamping itu kita untuk menertawakan diri kita sendiri kan katanya bagus kalau kita bisa begitu, kan jadiin diri kita sendiri aja. Kan kalau mungkin kartunis lain bikin tokoh sendiri tokoh siapa atau ngeledek tokoh, kalau kita ya kita sendiri aja lah saya lebih suka yang begitu. Ya itu nggak semua orang bisa ya, tidak semua orang mau meledek dirinya sendiri, coba aja kamu tes kamu lagi gambar diri kamu lagi kejebur got misalnya, pasti malu kan".

"kenapa dalam Lagak Jakarta edisi Transportasi kok nggak ada kereta api?"

"kereta api maksudnya Jabotabek?"

"KRL?"

"KRL waktu itu belum ini, belum tersebar, ngak tersebar. Tapi KRL itu dari Bekasi, Depok, Bogor gitu kan muternya di situ-situ aja, di rel aja kan mondar mandir di rel aja di satu jalur yang nggak bisa diubah-ubah. Saya dulu merencakan satu buku, episodenya tentang KRL sendiri, pernah, tapi mungkin belum tepat sana aja . sebenarnaya kalau KRL kayak itu tadi alasannya di jalur yang sama ini itu aja bolak balik di situ aja di satu rel, mungkin kalau orang berbicara soal rel soal KRL mungkin orang yang di daerah Tanjung Priok belum pernah merasain bolak-baliknya KRL artinya di daerah dia nggak ada, kalau kayak bajaj kan di mana-mana ada. Pernah berencana untuk menyelesaikan satu episode Lagak Jakarta itu KRL sendiri".

"pembuatan Lagak Jakarta itu sendiri apa atas dasar inisiatif Bang Benny atau langsung diminta oleh penerbit (KPG)?"

"saya diminta dulu, dulu dia rencana mau bikin apa nih, makanya itu saya bilang kamu harus kenal banyak orang, saya diminta diajak ngobrol kita bikin apa nih, kebetulan saat itu KPG belum berdiri jadi belum banyak yang diterbitkan. Kita diminta terus kita berembug bikin apa yang belum ada nih buku yang mengupas kehidupan Jakarta, itu terus tiga orang yang diminta bukan bukan saya yang ngajuin sendiri, yang lain juga gitu, di Kompas saya diminta, di Kontan saya diminta akhirnya merembet terus di majalah Jakarta saya diminta. Itu proses dulu saya juga pernah mengaju-ngajukan sih ya waktu jamannya kayak kamulah bikin kartun dikirim kemana ya perjuanganlah".

"pandangan Bang Benny terhadap masyarakat metropolitan dilihat dari mobilitas masyarakatnya itu gimana?"

"orang Jakarta itu…saya ini aja memakai kacamata saya, saya bukan sosiolog. Orang Jakarta itu isinya bukan..ya orang Jakarta itu isinya orang macem-macem daerah ya, jadi ya contohnya orang kalau lebaran Jakarta sepi kan? Jadi multikultur memang campuran budaya gitu kan. Kadang-kadang juga yang di sebut orang Jakarta itu apa saya juga bingung, siapa itu? Orang betawi? Bukan… Orang Jakarta…penduduk asli mungkin ya. Itu isinya orang sekarang sudah orang daerah semua juga. Ya itulah perpaduan budaya itu yang menjadi apa sih ketemunya jadi apa makanya suka aneh-aneh. Makanya budaya Jakarta itu apa sih, budaya metropolitan itu budaya campur aduk, orang Jakarta begini ya belum tentu juga. Yang dia orang Jawa, dia orang Batak, macem-mecem…kalau misalnya orang Batak di Jakarta maaf mungkin yang biasa jadi supir kalau yang kerenan dikit jadi pengacara yang menengah jadi penyanyi yang kaya jadi pengacara paling bawah jadi sopir, garong..mohon maaf ya. Orang Jawa juga macem-macem ada yang jual soto, menteri ada, macem-macem. Orang Cina juga kalau orang Chinese tetap ya jadi pengusaha. Mungkin skalanya aja ya, kalau kita bicara kota metropolitan dengan kota yang kecil, skalanya aja yang beda ukuran kotanya, tapi isinya manusianya ya sama kultur percampuran budayanya sama sih".

"kalau untuk masalah kebiasaan menggunakan angkutan umum dari penumpang maupun awaknya gimana menurut Bang Benny?"

"kalau yang menggunakan itukan masalah mobilitas yang butuh cepat kadang-kadang menyetop kendaraan di sembarang tempat itukan ya masih wajar-wajar aja lah. Cuman ya kebutuhan dianya aja lah, kalau nyetop harus jalan dulu ke halte kan capek, kecuali bus way. Kalau kayak nyetop bajaj dimana aja juga berhenti, mikrolet di mana aja juga berhenti".

"Kalau dari awaknya gimana?"

"sama, ya bedanya kalau mikrolet kalau angkot dimana saja dia mau berhenti ya berhenti yang belakang marah-marah dia nggak peduli kan. Apalagi bajaj..waduh. kecuali yang apa, kalau taksi dia berhentinya disiplin berhentinya nggak selalu di sembarang tempat, kalau bus masih bisa di halte".

"pertanyaan berikutnya masalah pemahaman terhadap gaya hidup, menurut pandangan Bang Benny bagaimana hubungan antara gaya hidup dengan penampilan luar masyarakat luar?"

"relatiflah kalau itu, tergantung dari kebutuhannya, kalau dia kekantor ya musti rapi kalau dia kekampus ya mungkin agak santai. Itu ya relatif orangnya lah ada yang peduli ada yang nggak peduli".

"kalau pandangan Bang Benny mengenai gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat terkait dengan angkutan umum? Apa mereka masih milih-milih ataua gengsi terhadap angkutan umum?"

"itu tergantung ya, ya tergantung tingkat ekonominya, taraf ekonomi tergantung keadaan, misalnya gini yang penghasilannya di bawah satu juta sebulan mungkin dia memilih untuk naik angkot, naik bus, seadanya angkot yang lewat ke tujuan dial ah, nggak mungkin dia naik taksi bolak-balik yak an. Tapi juga kadang-kadang dia naik taksi tergantung keadaan, misalkan tengah malam atau dia lagi bawa barang beli teve. Bisa aja orang yang tingkat ekonominya kurang bisa aja naik taksi jadi milih-milih sangat relatif, kalau naik bus kota bisa jadi yang ini..apa…ya semuanya tergantung tingkat penghasilanya. Yang gengsi memang ada tiap hari naik taksi bolak-balik, tapi nggak bisa disalahin juga mungkin ia lebih aman naik taksi, dia takut senggol-senggolan di dalam bus atau dia karena emang gengsi kan macem-macem. Kalau dibandingkan dengan naik kendaraan pribadi kan lebih ngirit naik angkot apalagi naik kendaraan pribadi misalkan punya mobil, mungkin sebulan bisa habis dua juta sendiri tuh buat bensin itu untuk maintenance kendaraan. Gitu".

"Apakah ada hubungan antara angkutan umum dengan gaya hidup masyarakat ?"

"hubungan antara gaya hidup sama angkutan umum, kalau saya rasa ya tergantung kebutuhan sih kalau dia perlu cepat kadang-kadang dia yang berdasi juga perlu naik ojek kok, naik ojek misalkan dari sini ke jalan Sudirman, naik ojek sampai deket-deket gedungnya gitu terus dia naik taksi kan bisa jadi kan, jadi sambil ngirit sambil sambil gengsi juga. Atau dia pertama naik bus dari sini sampai Blok M terus dia nyambung lagi naik taksi biar kelihatan naik taksi, jadi tergantung kepada kebutuhannya. Gaya hidup ..kalau gaya hidup ya ada orang yang nggak gengsi juga naik bus banyak kok".

"bagaimana pandangan Bang Benny terhadap kartun, apakah kartun itu bisa sebagai media untuk merepresentasikan atau media pendidikan untuk menjelaskan suatu fenomena di masyarakat itu?"

"bisa namun tergantung yang ingin dicapai dulu kita mau cerita apa yang ingin dicapai mereprensentasikan apa gitu, tujuan yang ingin dicapai untuk apa..supaya orang ketawa, supaya orang paham sambil mesem-mesem aja, gitu apa supaya orang tersentuh, supaya disinggung tapi nggak marah, fungsi kartun kan di situ. Jadi kembali ke ininya lagi gaya kita menyampaikannya, menyampaikan sambil marah-marah ya orang bisa marah-marah juga pada yang buat gambar kartun, buat supaya orang lihatnya lucu gitu kan orang bisa nggak jadi marah".

Demikianlah wawancara saya dengan Benny Rachmadi, di sela-sela wawancara saya mendapat hadiah berupa kaos gambar bajaj (saya sebut kaos keramat karena saya pakai saat tertentu yang spesial saja misalkan sidang skripsi,wisuda, mengambil hadiah lomba karikatur), Kalender meja yang berisi kartun-kartun Benny dan tanda tangan di halaman depan Buku Lagak Jakarta Edisi Transportasi.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Wawancara Eksklusif dengan Benny Rachmadi"

Post a Comment