Ngartun dalam Lemari (Ngartun Part 21)

Tidak terasa rublik ngartun di blog ini sudah mencapai chapter yang ke-21. Ngartun memang bukan sekadar menggambar yang membuat orang lain melihat menjadi tertawa, namun saya ingin menguak lebih dalam dari sisi tekstual dan kontekstual secara seimbang dan beragam. Membuat gambar kartun bukan hanya di kertas, namun bisa di beragam media. Kalau kertas atau kanvas sudah biasa kita bisa mencari obyek lain. Seperti yang pernah saya lakukan: di tembok rumah kos karangmenjangan Surabaya ketika jaman kuliah yang sangat didukung oleh Bapak Kos asal menggambar sesuatu yang berhubungan dengan jamu. Bapak Kos (Bapak Jasla) kebetulan penjual jamu, jadi saya menggambar sosok laki-laki (yang sebetulnya diri sendiri) sedang memegang botol jamu pada tangan kiri dan tangan kanan tengah memperlihatkan otot yang kekar, meskipun dalam tubuh yang kerempeng. Sayangnya gambar mural pertama saya itu sudah hilang karena temboknya keburu di cat.
Media lain yang pernah saya pakai adalah helm. Helm butut hadiah dealer motor yang selama 2 hari saya kerik dengan amplas sampai semua catnya mengelupas. Setelah itu, seluruh bagian luar helm saya gambar dengan tokoh-tokoh filsuf terkemuka. Ada Sigmund Freud yang sedang merokok kretek 76, Sokrates yang sedang pidato, Machiavelli, Francis Bacon, Rene Descartes, John Locke, Immanuel Kant, Jean Paul Sartre dan tentu saja Nietzsche dan Karl Marx. Tapi sayang sekali lagi, helm filsuf yang saya kerjakan selama setengah minggu itu raib ketika saya parkir di FISIP kampus B Unair (Semoga yang mencuri dapat belajar banyak dan dapat menjadi filsuf kelak).
Setelah tembok dan helm, media menggambar saya jatuh pada pintu lemari. Pemilihan pintu lemari cukup beralasan karena untuk kenang-kenangan. Kebetulan saya mau pindah kos setelah beberapa tahun hidup dalam keprihatinan di kos Ijo Mojo. Kos Ijo adalah tempak yang penuh kenangan pada masa tumbuh kembangku sampai menjadi sarjana dan menekuni dunia kartun. Tempat ini penuh dengan rasa persaudaraan yang setiap hari tumbuh berseri dengan main game bersama (CS dengan kabel Lan), masak bareng sampai bersenda gurau tiada henti. Jadi sebelum pindah harus meninggalkan kenang-kenangan yang unik. 
 Ngartun dalam Lemari Step 1
Dalam menggambar kartun tepatnya karikatur di lemari saya ditemani oleh salah satu teman kos yang bernama Andika yang dikenal dengan Andik Lilis sebagai juru foto. Tujuan di foto setiap saat biar ada kesan on the spot alias menggambar langsung selesai seperti afdruk kilat. Media yang saya pakai adalah tinta cina alias tinta dragon dengan sapuan kuas yang biasa digunakan untuk cat air. Tokoh yang saya tampilkan adalah Karl Marx dan F. Nietzsche. 
Karl Marx dengan Tinta Cina dan Kuas

Karl Marx adalah seorang filsuf yang kompleks dan terpengaruh oleh idealisme Jerman, Ekonomi kolitik Inggris dan Rasionalisme Prancis. Buku yang terkenal di tulisnya berjudul Das Kapital yang dikenal sebagai kitab sucinya para kaum sosialis. Pemahaman Marx mengenai kenyataaan hidup kaum proletar sangat dibantu oleh pengalaman langsung dengan F. Engels. F. Engels adalah manager dalam perdagangan tekstil di Manchester. Marx tinggal di London dalam kondisi yang serba kekurangan dan dia hanya mengandalkan bantuan dari sahabatnya F. Engels. Walaupun begitu Marx tidak pernah berhenti belajar dengan selalu membaca dan menulis. Hingga lahirlah buku yang cukup fenomenal Das Kapital yang pada masa pemerintahan orba dilarang keras untuk beredar apalagi membacanya, karena bisa di tuduh fans berat sosialis dan komunisme. 

Tidak Seleluasa Menggambar di Kertas
Friedrich Nietzsche (1844-1900) adalah filsuf yang nyentrik dengan gagasan yang fenomenal tentang kematian Tuhan (Tuhan Telah Mati) dan menemukan kriteria manusia super (Superman). Ia adalah filsuf yang berhasil menulis buku yang tertuang ajaran nihilisme di antaranya: The Birth of Tragedy dan Sabda Zarathusta. Nietzsche kuliah di Universitas Basel dengan prestasi yang sangat cemerlang bahkan pada usia ke 24 tahun ia sudah menjadi profesor. Pada tahun 1889 ia dinyatakan 'sakit' setelah berjalan-jalan tidak menentu arah untuk berdiskusi dengan banyak orang. Dalam bukunya Sabda Zarathusta ia memandang bahwa manusia mulia atau Superman (Ubermensch) adalah orang-orang mulia, manusia kuat, keras dan kalau perlu kejam. Banyak yang bilang jika gagasan ini kemudian diadopsi oleh Hitler sebagai salah satu dasar pembentukan Nazi hingga pecahnya Perang Dunia II. 

Nietzsche Setelah Sakit Mata (Mata Memerah)
...Kebenaran, seperti moralitas merupakan sesuatu yang relatif: tidak ada fakta, hanya intepretasi..Bahasa memalsukan kebenaran...(Friedrich Nietzsche 1844-1900).
Mbah Jenggot dari Jerman
...Bukan kesadaran manusia yang menentukan keberadaan mereka, tetapi, sebaliknya, keadaan sosial mereka yang menentukan kesadaran mereka..(Karl Marx 1804-1872). 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Ngartun dalam Lemari (Ngartun Part 21)"

Post a Comment