Cerita di Kali Siliran-Karangsewu Galur (Ayo Memancing VI)

Spot mancing yang ini terletak agak jauh dari Kota Wates. Sebelum kita menuju ke Banaran Trisik  di daerah Galur ada kawasan Karangsewu. Spot mancing idaman keluarga. Kalau hari libur tidak jarang pinggir kali penuh oleh pemancing. Ada yang solo karir, duo, trio sampai mancing ramai-ramai bersama keluarga.

Gotir in action
Spot kali Siliran termasuk surga untuk pemancing dengan sasaran ikan air tawar: gabus (kutuk), bader, keting dan lele. Itu ikan yang biasa didapat oleh pemancing. Spot mancing ini terletak di sisi sebelah selatan jalan Dendles. Sebuah jalan gedhe tapi relatif sepi. Saya beberapa kali memancing di sini bersama Tri Gotir. Sampai tidak jarang tertidur di pinggir kali.
Bader imut di malam hari
Mancing malam mempunyai sensasi tersendiri karena melatih kita untuk peka dan kebal. Peka pada suara klinthing dan gerak-gerik fosfor. Kebal pada angin malam, kebal pada berbagai 'godaan' penghuni kali selain ikan.
Kali Siliran
Sungai ini bermuara langsung menuju tempuran Banaran. Memiliki banyak jembatan yang bisa jadi tempat mancing tengahan termasuk untuk spot tidur pada malam selagi menunggu ikan khilaf memakan umpan. 
Walaupun sudah dua tahun tinggal di Kulonprogo, tapi ada beberapa teknik memancing ala Lamongan yang masih diterapkan. Teknik uncal menjadi andalan ketika musim ikan gabus tiba. Dengan berbekal botol atau kaleng sudah dapat menjadi manual reel yang dapat menaikan ikan gabus sampai berbagai ukuran. Biasanya umpan yang dipakai adalah ulat pisang (enthung gedhang), laba-laba sampai udang kali basi. Khusus umpan yang terakhir, lebih efektif untuk memancing ikan yang hidung belang nan predator. 
Enthung Gedhang
Aneh tapi nyata, beberapa kali saya memancing ikan menggunakan umpan ulat pisang di beberapa kali Kulonprogo tapi selalu boncos. Termasuk pada 10 Mei 2015 saya menggunakan umpan ulat pisang di Kali Siliran, teknik uncal tapi yang didapat adalah gombal (pakaian bekas). Ada dua gombal yang berhasil saya angkat ke darat.
Teknik uncal yang mendapat gombal

INGAT ! memancing di kawasan ini berbatasan langsung dengan rumah-rumah penduduk Desa. Pemancing harus tetap menjaga sopan santun, ramah tamah dan tidak membuang sampah sembarangan. Termasuk untuk memancing pada malam hari. Tidak jarang ketika kita mancing, pemuda desa maupun anak-anak kecil kerap nimbrung memperhatikan kita. Pada musim panen padi, kita juga harus mengalah jika spot memancing telah menjadi tempat untuk mengeringkan gabah. Semua adalah bagian dari toleransi. Harmoni antara pemancing, kali, dan penduduk sekitar kali. 
Satu hal yang menguntungkan para kepala Desa di Kulonprogo yang mempunyai wilayah dekat sungai. Ada 'siskamling' yang dilakukan oleh pemancing yang ronda di pinggir sungai. Saya pernah memancing malam di daerah Panjatan, dan ada dua orang bermotor yang mendatangi. 
Awalnya curiga sebagai begal motor, atau begal pancing (begal joran, begal reel atau begal umpan). Ternyata di balik penampilannya yang sangar salah satu Bapak dengan ramah menanyakan: "Sampun angsal ulam nopo Mas?" ("Sudah dapat ikan apa Mas?"). Tergopoh saya menjawab: "Dereng Pak" ("belum Pak") dengan memasang wajah pucat pasi. "Gimana suasana aman?" tanya salah satu Bapak, sambil tetap menghidupkan motornya. "Aman Pak" Kata saya dengan tetap waspada seandainya malam itu diculik oleh mereka. "Kami dari warga Desa sedang melakukan ronda" sambil motor berlalu dan saya terbengong. Ternyata penduduk yang sedang mendapat tugas ronda. 
Pemancing malam adalah pihak yang turut serta dalam menjaga keamanan wilayah desa dari serangan 'drakula'. Kecuali ada oknum pemancing malam yang ditengarai mengambil rambutan yang siap panen di rumah penduduk yang mempunyai pohon rambutan siap panen di pinggir sungai. Demikian curhat salah satu siswa GO Wates (Vero, sebut saja Fatin-red) yang mengalami rambutannya turut dipancing oleh oknum manusia malam yang ditengarai adalah pemancing.


Bonus Track:

pemancing bersepatu

menanti bunyi klinting

Lele hasil umpan Jangkrik ala Ade

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Cerita di Kali Siliran-Karangsewu Galur (Ayo Memancing VI)"

Post a Comment