Wates,
Kulon Progo 26 Agustus 2015
|
Angon Iwak Pari |
Dalam
rangka memeriahkan dirgahayu kemerdekaan RI ke-70 tahun di Kulon Progo diadakan
karnaval atau pawai yang diikuti oleh puluhan peserta. Berbagai komunitas ikut
tampil, termasuk dari komunitas pemancing. Adalah Mancing Kulon Progo (MKP)
sebagai salah satu komunitas mancing yang eksis di Kulon Progo bahkan bagi
beberapa pemancing di Yogyakarta. Saya turut serta dalam acara ini. Cuti
mancing belum tentu menjauhkan diri dari dunia permancingan. Salah satunya
karnaval mancing. Fishing on the Street.
|
Persiapan |
|
Menjinakan pari |
|
miring dikit |
Berbagai
persiapan saya lakukan untuk bertemu dengan teman-teman pemancing secara nyata.
Tidak melalui grup dunia maya melulu. Saya punya keinginan untuk karnaval
sekaligus kampanye akan pentingnya kelestarian sungai. Memancing itu solusi
agar kali tetap lestari.
Terlepas dari kontroversi timbal pemberat ber-pb,
logam karbon mata kail yang kadang tersangkut dan tertinggal di dasar sungai.
Ada pula oknum pemancing yang meninggalkan sampah di spot mereka (bungkus
rokok, roti, biskuit kuning klik, plastik tempat mata kail, sampai botol
minuman). Kita perlu melakukan gerakan yang menggugah masyarakat untuk menjaga
sungai dari sampah, setrum dan potas.
|
Wani Perih |
Berbekal
misi dan visi inilah, di tengah orderan gambar yang menumpuk saya menyempatkan
membuat gambar yang menyadarkan. Sederhana yang penting mengena.
|
Berangkat lewat Palang Kereta Api |
|
Garda Depan |
|
Angon Sidat |
Kesepekatan
dengan teman-teman pemancing, berkumpul jam 8 pagi di rumah salah satu suhu
yang terletak di belakang Shinta Motor Wates Kota. Saya datang setengah jam
setelahnya, di sana telah berkumpul banyak orang berseragam MKP, seragam
kebesaran grup mancing kulon progo.
|
peralatan tempur |
Mempersiapkan
segalanya, mulai peralatan dan iuran dana tambahan. Karena tanggal tua alias
masa krisis kronis, saya membayar 10 ribu saja. Sing penting ikhlas dan demi
manfaat bersama.
|
Becak Ber-TOA |
Lalu
kita menuju lapangan voli, telah menanti dua ikan besar: Ikan Sidat dan Ikan
Pari. Walau cuma miniatur tapi telah merepresentasikan golongan ikan favorit
pemancing. Pemancing yang elit itu bukan karena piranti peralatannya yang
mahal, tapi apa yang di tangkap. Kalau yang dipancing jenis ikan-ikan favorit
yang membutuhkan kerja keras, skill dan nyali. Sidat mewakili ikan elit laut,
Pari untuk laut. Mancing sidat perjuangan tekun di kali dan melakukan ritual
patigeni (tidak boleh ada cahaya sedikitpun), Ikan Pari berjuang dalam mancing
di pantai dan bekerja keras untuk menaklukan perlawanannya saat strike.
Perlawanan bersenjata tentunya karena ikan pari mempunyai senjata cambuk
belakang yang berbisa.
|
Di bawah lindungan Ikan Pari |
Kami
berjalan pemanasan di udara yang mulai panas menuju alun-alun wates. Angon
sidat dan pari sepanjang hari. Setelah menunggu beberapa waktu, lumayan lama.
Akhirnya kami start. Menyusuri aspal, mancing di aspal, berorasi untuk kali
yang lestari, dan makan bakmi bersama (tentunya tetap di jalan).
|
Mbakmi on the street |
|
Guyup |
|
Ngantri dan Mbakmi |
Saya
termasuk penyuka kegiatan karnaval karena sejak kecil sudah terbiasa terutama
di Lamongan. TK karnaval dengan berbaju tentara. SMA karnaval plus perform
bersama teman-teman Teater Citra SMADA. Lulus SMA mendampingi karnaval teater
anak SMAGA. Terakhir karnaval bersama waria-waria salon Gondanglegi Malang
selatan saat pendampingan penelitian lapangan mahasiswa antropologi UB di
malang selatan. Kehidupan di jalanan memang keras, tapi bisa menjadi lembut,
santun dan atraktif saat ada karnaval.
|
Pulang Lewat Palang Kereta api (lagi) |
Akhir kata, terima kasih teman-teman Mancing Kulon Progo. Walau belum bisa mancing bersama, tapi setidaknya bisa berkarnaval bersama. Nanti kalau jabang bayi sudah lahiran, saya akan beli pancing pasiran.
|
Rukun agawe santoso |
Hi hi mas Roikan. Piye kabare. Iseng iseng saya buka dashboard blog ku, ada artikel terbaru di reading List ku, AKhirnya saya mampir deh.
ReplyDeleteOh ya search di Google dengan keyword tertentu eh muncul REVIEW atas ulasang beberapa gambar kartun. Salah satu gambar yang kartun yang mas Roikan ulas di blog itu kartu karya Kessusanto Liusvia dengan Judul "Teh Celup Krisis Gaza".
Hehehe Kessusanto Liusvia itu rekan kerja saya mas. Saya dan Kessusanto Liusvia satu meja yang sama di Harian Pontianak Post. Kessusanto Liusvia itu kartunis sedangkan saya Staf Sekretaris Redaksi. Tapi meja kami sama. satu meja
Salam kenal ya
Ada Pin BB atau WA ?
Asep Haryono
Staf Sekretaris Redaksi
Pontianak Post
Selamat Malam,
DeleteKabar baik dan tetap ceria. Terima kasih telah membaca tulisan saya, kebetulan saya mulai fokus tidak hanya menggambar tapi melakukan kajian terhadap dunia kartun dan segala pernak-perniknya. Wah keren kalau sekantor dengan kartunis, pasti jadi gokil suasana kerjanya? Kartun Kesusanto Liusvia bagus dan cerdas dalam teknis dan konten.
Salam kenal juga.. saya tidak pakai BB, WA belum aktif, nunggu tanggal muga karena hp rusak. silahkan kontak ke 083830253152.
terima kasih banyak telah mampir, saya tunggu diskusi-diskusi selanjutnya. Nitip salam buat Mas K. Liusvia..selamat berkarya :)
Hie iya heihe bener banged Memang gokil dah barengan satu meja dengan Kessusanto Liusvia itu Kami biasa menyebutnya Kekes.
DeleteKulon Progo juga bukan asing bagi saya mas. Saya menikah juga di Kulon Progo (west prog) tahun 2005 yang lalu. Istri saya orang Kulon Progo juga. Tepatnya di Pundak IV heheihieihehiee. Kok bisa kebetulan ya
Saya di 089-777-49155
Blog saya di www.simplyasep.com
kontak kontak ya
ternyata dunia itu kecil Mas ya...kartunis itu gokilnya kemana-mana, bukan hanya gambarnya tapi kerap kelakuannya. Wah ternyata orang kulon progo toh panjenengan. Saya di Wates cuma ngantor, pulangnya tetap ke Jatim.
Deletekontak dan blog telah saya simpan.
Kalau WA saya aktif kembali kita berkontak kontek
Selamat beraktifitas dan happy blogging