Keluarga kedua: Catatan 3 Tahun Ngantor di Wates

Tugas belajar untuk memperdalam ilmu buatku adalah satu keharusan. Karena konsekuensi menjadi seorang pengajar itu ya belajar. Carilah ilmu sampai kemanapun. Lanjutkan mencari ilmu walaupun harus berpindah tempat. Itulah tahun 2012, tahun kepindahan dari Surabaya menuju Jogja untuk belajar dan mengajar. Postingan ini bertepatan dengan hari jadi Kabupaten Kulon Progo yang ke-64, 15 Oktober sebagai hari berdirinya Kabupaten yang binangun ini. Tepatnya pada tahun 1951. Ada banyak kenangan saat bertugas di daerah paling barat dari Yogyakarta ini. Dari menjadi pemasak kantor, tempat start dan finish arus mudik-balik, tempat mengajar yang penuh petualangan, nyaris opname sampai tempat bebakaran ikan yang uhuy. Berikut saya sajikan beberapa momen dalam bentuk foto yang mewakili keseharian di Wates. 
Suatu Hari di Bulan Juli 2013
Jalanan nan besar di depan kantor berguna untuk hobi saya mengamati kehidupan transportasi umum dan barang yang lalu lalang, termasuk proyek pengadaan infrastruktur. Bisa foto sepuasnya bus yang melintas dan mengumpulkan kata-kata lucu dari bak truk yang kadang membuat kita tertawa di jalanan (bak truk quotes). 
Proyek
Cita-cita yang gagal menjadi seorang tentara pada masa remaja saya lampiaskan menjadi asisten security (askur) yang dengan gagah berani siap membantu menyeberangkan siswa yang lalu lalang masuk bimbingan. 
Askur

Soal isi dompet, sebagai mahasiswa merangkap karyawan kerap kembang kempis. Apalagi waktu tanggal tua dan yang lebih mengenaskan saat berada masa-masa pembayaran SPP. Tapi untung ada arisan mingguan, setiap hari sabtu membayar 40k dan kalau keberuntungan menerpa, dompet tidak lagi hampa.
Arisan
Kadang kecelakaan musibah datang tanpa tegur sapa. Pernah suatu kali saat sepulang dari kuliah, motor terposok dan jatuh tepat di depan kantor. Beberapa saat setelah kejadian itu, segera ada perbaikan jalan dan segala kerikil tajam telah terpadatkan. 
olah TKP
Makan, sebagai kebutuhan primer manusia dan makhluk hidup ciptaan Tuhan lainnya. Makan sendiri kurang asyik, makan ramai-ramai itu yang lebih asyik. 
Kerupuk
Hal yang tidak pernah saya lupakan dari Wates adalah kerja keras untuk segera menyelesaikan kuliah tepat waktu, Memanfaatkan segala waktu untuk gerilya mengerjakan tugas sampai tesis dengan penuh tekad yang kuat. Sing penting yakin dan disiplin. 
Nesis
Makanan kami, sebagai karyawan yang tidur dalam kantor serba seragam. Piring, sendok dan menu yang seragam. Rukun agawe santoso. 
Seragam 
Awak di kantor kami silih berganti, ada yang datang dan ada yang pergi. Pergi untuk berlayar dengan kapal yang lain ataupun tetap pada kapal yang sama namun dengan trayek yang berbeda. 
Formasi 2014

Salah satu amal yang tidak pernah putus pahalanya adalah ilmu yang bermanfaat. Ilmu yang selalu diberikan dengan ikhlas pada siapapun dan dengan piranti apapun. 

Belajar Bahasa Inggris bersama Pak Sujar
Dan di bulan April 2015, segala jerih payah telah terbayar dengan wisuda sebagai tanda kuliah telah berakhir. Ada masa tenggang yang saya berikan untuk tetap mengabdi di Wates, walaupun harus berpacu pada dua tempat yang berjauhan. Sampai formasi lengkap dan segala yang kurang telah ter-back up
Formasi tahun 2015
Tidak lupa saya haturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan saya kesempatan untuk dapat melakukan pengabdian di Jogja umumnya dan Wates pada umumnya. Semoga segala ilmu yang saya berikan selama ini dapat memberi manfaat sekarang atau di masa mendatang. Kulon Progo tetap Binangun di hati.

 Bonus Track: 
Latihan Tempur untuk persiapan laga di Tempuran

Mancing untuk Ketahanan Protein Karyawan
Swasembada Hasil Kail di Kali 


IPS W 1 yang inovatif dan aktif



IPS W 3, kelas malam yang gokil 


IPS W 2, sedikit bandel tapi bikin kangen

Inyong sudah gutul di stasiun Wates

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Keluarga kedua: Catatan 3 Tahun Ngantor di Wates"

Post a Comment