Hari Guru 2015 dan Refleksi 7 Tahun jadi Pawang Gajah

Tepat tanggal 25 November postingan ini ditulis sebagai momentum hari Guru. Hari PGRI ke-70 tahun. Kemarin 24 November 2015 menjadi momentum tahun ke-7. Dua angka tujuh yang sama satuan tapi beda puluhan. Mengajar itu pekerjaan yang menyenangkan. Tidak salah jika ada pihak yang menyatakan bahwa mengajar memberi kita banyak ruang untuk belajar tentang hidup. Mengajar itu aktivitas yang mulia, dapat menghasilkan insan yang mulia pula. 

Tim Huru-Hara Ganesha Operation Surabaya (2010)
Bergabung menjadi tentor di bimbingan belajar sejak tahun 2008, ada lika-liku tersendiri dalam proses mengajar. November 208 tepatnya tanggal 24, saya masih ingat saat pertama kali didaulat menjadi pengajar untuk bidang IPS spesial kelas SMP dan SMA. Saat itu di Surabaya kantor unit masih tidak sebanyak hari ini. Saya memilih mengajar bidang IPS hanya pada lingkup Sejarah, Sosiologi dan Geografi. Kalau Ekonomi dan Akutansi tidak mampu karena ada hitungan dan kurang teliti. Mengingat keterbatasan pengajar saat itu, saya harus rela dan tetap ceria mengajar di berbagai kantor unit mulai Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Jember, Bangkalan, Probolinggo, Mojokerto, Pamekasan, Pasuruan, Tuban dan Lamongan. Sepeda motor menjadi tunggangan andalan untuk berpindah tempat. 
Biasakan Ngopi dan Membaca sebelum Kelas (Jogja 2013)

Ada berbagai seluk beluk kehidupan yang dihadapi di jalanan maupun di kelas. Jalanan itu tempat yang keras dan penuh dengan kejutan. Saya pernah menjadi saksi kecelakaan lalu lintas karambol di jalanan Sampang-Pamekasan (Madura), kejatuhan kaleng cat untuk cuci mobil dari truk besar saat melintas di Raya Taman-Sidoarjo, melihat sendiri gerombolan orang yang berhenti mendadak lalu direrumputan mengambil sebilah sajam, clurit waktu melintas jalanan ramai di Surabaya. Belum lagi cuaca yang kadang kurang bersahabat. Ada hujan deras plus angin di jalur Bangil-Gempol yang menyebabkan saya nyaris terjun ke kali, karena jarak pandang tipis dan genangan air yang sulit dibedakan mana aspal, mana lubang dan mana bahu jalan. Ada pula banjir besar di sekitar jalanan Gresik-Lamongan yang melumpuhkan arus lalu lintas dan berusaha tetap tegar menembus banjir sampai melihat ada sekeluarga ikan bandeng melintas di bawah motor. Ada pengalaman yang tidak pernah saya lupakan saat melihat dengan mata kepala sendiri ada angin melintas dari laut menuju perkampungan dalam suasana hujan deras dan menerbangkan genteng rumah. Baru sadar kalau itu disebut angin puting beliung (angin pentil muter- dalam bahasa Pojok Kampung berita Jawa Timuran di JTV). 
Tulus mendampingi


Semua suasana dan duka cita di jalanan yang keras terobati saat kita masuk ke dalam kelas. Apakah tidak ada siswa yang bandel? tentu saja ada anak yang bandel, malas, acuh tak acuh sampai yang berusaha mencari perhatian. Tapi itu bisa teratasi dengan berbagai strategi yang disebut manajemen kelas. Supaya kelas menjadi kondusif, kegiatan belajar mengajar berjalan dengan normal. Yang terpenting tidak ada bibit kebencian siswa kepada pengajar, kelas dan teman-temannya sendiri. Itulah seni mengajar. Ada kebahagiaan tersendiri saat kita melihat anak yang semula belum mengerti menjadi paham. Antusias dan semangat belajar dari siswa juga menjadi pematik semangat pengajar. 
Mengajarlah sampai pulau seberang (Bangka Belitung 2013)

Menjadi pengajar freelance, membuat saya dengan bebas keluyuran sampai berbagai penjuru. 2008-2012 di area Jawa Timur beralih menuju barat pada 2012-2015 menuju Jogja. Patut bersyukur karena aktivitas mulia ini telah menyadarkan diri untuk tetap belajar dan mencerdaskan kehidupan anak bangsa. Karena saya berusaha mengajarkan pula nilai-nilai penting akan makna ketekunan dan kerja keras. 
Menjadi pemenang itu menjadi awal 
Pengajar yang baik itu pengajar yang mau tetap dan terus belajar. Karena ilmu semakin berkembang dan tantangan jaman harus dijawab dengan lantang. Untuk menjaga dan meningkatkan kualitas pengajar di Ganesha Operation dibuatlah ujian tahunan yang wajib diikuti oleh semua pengajar. Ujian Kompetensi Materi Pengajar (UKMP) diadakan rutin untuk meningkatkan kualitas pengajar dalam pemahaman dan pendalaman materi. Alhamdulillah di tahun 2015, saya menjadi juara wakil dari kantor Jogja untuk bidang Sosiologi. Mendapat kesempatan 'rekreasi' ke Bandung. Jalan-jalan gratisan. Tentu ini bukan akhir tapi awal untuk selalu menjadi pengajar yang selalu meningkatkan kualitas dalam materi dan cara mengajar. 
Oemar Bakri 
Sebagai pekerjaan yang mulia mengajar tentu membutuhkan dasar jiwa yang dalam. Istilah kerennya disebut passion. Bentuknya bukan motivasi untuk mencari keuntungan semata. Tapi proses mengajar memberi kepuasan batin yang tidak ternilai. Tentu saja membutuhkan komitmen yang tinggi. Christoper Day dalam bukunya berjudul "a Passion for Teaching" (2004) memaparkan beberapa hal yang berkaitan dengan passion commitment. Pertama, job satisfaction, mencerdaskan kehidupan bangsa itu tujuan utama dari mengajar, mendidik nilai yang mulai melalui prosesnya; kedua, motivational, mengajar kalau bukan panggilan hati tentu akan banyak motivasi yang tidak menenangkan dan menyenangkan hati; dan self-efficacy, menjadi pengajar yang dinamis, selalu kreatif dan inovatif. Itulah sekilas cerita saya tentang asyiknya menjadi seorang pengajar. Selamat hari Guru semoga menjadi inspirasi untuk para guru, calon guru dan peserta didik. 

Bonus Pict: 
My Teach My Jariyah 

Bersama Pak Bob Foster (Bapak seluruh pengajar GO di Indonesia)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Hari Guru 2015 dan Refleksi 7 Tahun jadi Pawang Gajah"

Post a Comment