Salah satu hiburan anak desa era tahun 90-an adalah permainan ketangkasan berbasis digital atau lebih dikenal sebagai gimbot. Lebih portable dibanding video game dengan permainan yang lebih terbatas. Tanpa kaset, satu console satu permainan. Pada masa kecil tidak semua anak mempunyai Gimbot atau bahkan videogame, hanya anak orang berada yang sanggup membelinya.
Hijet hijet |
Gimbot mulai masuk desa (semacam gerakan ABRI Masuk Desa pada era Orde Baru) merambah sampai wilayah pelosok dengan sasaran sekolah dasar dan waktu beroperasi pada jam istirahat. Saat Paklek Gimbot–sebutan untuk penyewa gamebot- datang ke sekolah, sudah ada siswa yang menyerbu dan tidak lama setelah itu membentuk kerumunan untuk beberapa saat.
Kini tersedia di Google Play Store Pelepas Kangen |
Dengan berbekal benang bol – benang putih tebal yang biasa buat sol sepatu- Paklek Gimbot memegang banyak tali benang yang dihubungkan dengan ujung console. Kalau waktu main habis, tidak segan Paklek Gimbot akan menarik paksa. “Sek Lek Diluk engkas...Sebentar Lek!” sambil tetap memegang Gimbot yang terus ditarik bahkan mengikuti kemana tarikan tali benang bol. Ada tambahan waktu tak resmi selama beberapa saat sebelum waktu bermain benar-benar berakhir dan jika ingin melanjutkan harus membayar kembali.
Ada kalahnya Gimbot tidak hanya disewa saat bermain sesaat. Atas kemurahan hati Paklek Gimbot bisa sewa sehari semalam per 6-12 jam. Semacam rental mobil. Seingat saya tarif untuk rental Gimbotharus merogoh kocek Rp 1.000 – 1.500 saja. Walau hanya satu console dengan permainan tunggal tidak bosan-bosan dimainkan sampai begadang.
Siap-siap |
Salah satu permainan yang cukup digandrungi adalah Gimbot berjudul Western Bar. Game buatan Casio ini bercerita tentang koboi yang entah mengapa di sebuah bar menjadi biang kemarahan dua pengunjung. Pasangan dua sejoli yang selalu marah-marah sambil melempar apel, mungkin mereka adalah pasangan selingkuh yang sedang mengunjungi bar tersebut dengan mood yang buruk. Bisa jadi koboi itu sedang berlatih kemampuan menembak pistol dengan pemilik bar. Selama permainan bartender hanya melempar barang pecah belah, piring dan gelas ke udara dan tugas koboi adalah menembak dengan pistol sampai pecah. Harus tetap waspada karena sewaktu-waktu sejoli pengunjung marah dan melempar koboi dengan apel. Jika terkena kepala koboi yang kelihatan gagah berani tersebut akan kesakitan dan menangis dengan sound efeck: "Hiijet hiijet". Itulah kenapa oleh anak kampung game ini dinamakan Gimbot Pijet-pijet. Bahkan ada lagunya gubahan teman-teman: Pijet-pijet Bapak Pijet, mbayar seket (Pijat-pijat bapak pergi pijat, bayar Rp 50). Semoga si bapak hanya pijat capek, bukan pijet plus-plus.
Si Bandit telah datang |
Nyawa dalam game ini hanya ada tiga biji, kalau sampai terkena apel sampai tiga kali maka harus mengulang dari awal kembali. Melewati latihan menembak barang pecah belah. Ada babak lain dalam western Bar yaitu kedatangan bandit. Jagoan tembak yang ngajak duel. Saking menakutkannya ketika bandit datang dengan ditandai soundeffect tertentu dan pintu bar terbuka, semua penghuni bar kecuali koboi bersembunyi.
Si Bandit kena tembak |
Mengawali duel ala Lucky Luck, koboi mendapat fasilitas perlindungan berupa perisai pelindung yang berasal dari meja bar. Tapi meja itu bisa hancur setelah terkena tembakan, jika lebih dari tidak tembakan berarti hanya mengandalkan strategi menyerang. Uniknya jika si bandit terkena tembakan kita, maka dia akan menggerakkan kaki dan tangan sambil melayang. Suaranya menjadi perhatian waktu kecil saya, tidak hanya lucu tapi membuktikan bahwa pemainnya jago sampai bisa menembak bandit. Jika kita telah menembak tepat bandit sebanyak tiga kali, dia akan keluar bar dan permainan berganti level. Level kedua sama seperti permainan sebelumnya, berlatih menembak barang pecah belah dengan waspada lemparan apel. Ada tambahan dinamit yang bergerak di udara dengan berlawanan barang pecah belah dan dinamit itu tidak boleh ditembak.
Game ini pernah menjadi perhatian anak-anak SD tahun 90-an. Sampai untuk bermain di paklek Gimbot kita harus rela antri. Untuk urusan rental 12 jam, game ini termasuk dalam jajaran game terlaris. Tidak jarang sampai tombolnya lecet. Kala itu dengan sabar kita bisa menanti untuk menunggu giliran bermain gamebot. Ada saling pengertian untuk berbagi. Tidak jarang jika ingin rental semalaman sampai patungan beberapa koin 100 rupiah dan nanti dimainkan bergantian. Kadang besoknya waktu dibalikin ke paklek gembot sudah kehabisan baterai. Itulah mainan anak era 90-an sederhana tapi menumbuhkan perilaku kebersamaan yang akan selalu dikenang sampai masa tua.
0 Response to "Koboi Pijet-pijet: Nostalgia Gimbot Western Bar "
Post a Comment