Potret Keliek Siswoyo |
Etnokartunologi (Kamarkos-Sby). Jagad kartun tanah air berduka karena salah satu kartunis kebanggaan Indonesia wafat pada hari Jumat, 3 Agustus 2012. Keliek Siswoyo alias Doyok, saya tidak pernah bertemu secara langsung dengan beliau, namun sempat menuliskan nama dan karyanya pada skripsi. Skripsi pada bab awal ada sedikit membahas tentang perkembangan kartun di tanah air.
"Pos Kota merupakan salah satu harian yang di Jakarta yang menyediakan lembar khusus untuk memuat kartun dan komik "Lembergar" bahkan sampai tahun 1998 menjadi satu-satunya harian yang memuat kartun, namun seiring dengan krisis ekonomi jumlah lembar makin berkurang dan tampil hitam putih" (dikutip dari Skripsi saya halaman I-6)
Meskipun tidak menyinggung Doyok atau Keliek Siswoyo, namun belakangan hari saya baru tahu kalau dibalik "Lembergar" harian itu, beliau adalah orang yang mempunyai kontribusi untuk kelangsungan rublik tersebut. Keliek Siswoyo dilahirkan pada tanggal 4 Maret dan dalam berkarya tidak pernah menanggalkan identitas Jawa. Karakter Doyok pada harian Pos Kota adalah sosok yang mewakili diri Pak Keliek sendiri, sama halnya dengan beberapa kartunis yang menggambarkan sosok dirinya sendiri dalam setiap karyanya seperti Benny Rachmadi, Mice M, GM Sudarta, Dwi Koen dan lain-lain.
Doyok digambarkan sebagai sosok Pria Jawa yang sederhana, suka memakai blangkon dan berbaju beskap dan bersandal selop. Untuk urusan pakaian bawa, kadang memakai celana ngepas bawa lutut kadang memakai Sarung. Format yang diusung Pak Keliek dalam berkarya menggunakan sidebar dan sisanya membagi frame menjadi 3 bagian. Jika saya amati konsistensi membuat format semacam ini, menurut saya merupakan upaya Pak Keliek untuk menjaga keutuhan jalan cerita agar berjalan sesuai dengan alur yang jelas (awal, pertengahan dan kejutan). Kritik yang disampaikan memuat sesuatu yang sedang menjadi isu dan wacana yang sedang berkembang di masyarakat seperti korupsi, sepakbola sampai puasa.
The Last Keliek's Artwork |
Gambar di atas adalah salah satu karya di Pos Kota dan menjadi karya terakhir karena dimuat pada tanggal 1 Agustus 2012 yang mengangkat tentang puasa dan korupsi. Gaya kritik Pak Keliek dalam berkarya mempunyai ciri yang halus dan kerap melibatkan tokoh-tokoh di luar Doyok misal Pak Lurah sampai anak-anak. Kalau anak-anak jelas sekali menggambarkan sisi kepolosan dalam berwacana sedangkan jika yang ditampilkan menemani Doyok adalah tokoh yang sudah gedhe menggambarkan ambisi dan keinginan untuk mempertahankan legitimasi suatu kepentingan.
Tentang KPK |
Selain komik strip editorial, Pak Keliek juga membuat karikatur yang mengkritisi kinerja elemen bangsa termasuk KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi yang dinilai kurang serius dalam menyelesaikan sejumlah kasus. Bicaranya KPK namun tindakannya seperti PKK (Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga) sebuah program warisan Orde Baru yang banyak menggerakkan Ibu-Ibu rumah tangga. Sebuah konsep tentang jantan dan betina, tentang maskunlin dan feminim.
Akhir kata Selamat Jalan Pak Keliek, Semoga segala amal ibadah diterima dan segala salah diampuni oleh-Nya. Semoga para generasi kartunis penerus Bapak bisa berkarya dan berdedikasi tinggi seperti Bapak. Amin.
Sumber: Poskotanews.com,
http://www.facebook.com/keliek.siswoyo, Skripsi tidak diterbitkan (Angkutan Umum Sebagai Gaya Hidup Metropolitan - Studi Etnografi Semiotika Kartun Benny Rachmadi dalam Seri Lagak Jakarta Edisi Transportasi, Roikan, Antropologi Sosial Unair, 2007).