Satpam Idaman

Etnokartunologi (Wates-DIY)  Aktivitas padat di Jogja dengan berbagai kegiatan yang menyita pikiran dan tenaga terbayar oleh kehadiran teman-teman yang setia menemani. Tidak hanya pada saat kuliah atau beraktivitas namun selepas beraktivitas. Teman-teman yang baik akan menjadi mengaman hati yang baik, membebaskan dari gangguan kamtib yang bernama galau. Adalah seorang pemuda asli Wonosari-Gunungkidul yang bernama Sujarwanto, seorang petugas sekuriti yang menjaga kantor di kulon progo. Menjadi seorang satpam di usia yang relatif muda menjadi pengalaman tersendiri bagi bujang yang rajin sholat ini (sampai saya menjulukinya sebagai takmir mushola). Dulu pernah menjadi seorang pengirim barang pada jasa ekspedisi dan kemudian keluar lalu terpanggil hatinya untuk menjadi seorang petugas keamanan dengan pendidikan khusus tentunya. 
Manusia Kepala Tutup Panci 
 Gambar di atas bukan gambar rekaan, namun behind from true story. Penjaga keamanan dengan tutup panci di kepalanya. Tutup panci bukan atribut menjaga keamanan karena tidak ada dalam parameter keamanan dunia tutup panci sebagai instrumen keamanan. Kalau menggunakan perisai masih masuk akal, namun menggunakan panci bisa masuk dapur. Keisenganku di sela-sela masa istirahat pada malam hari adalah inspirasi dari gambar di atas, setiap malam jika penyakit iseng kambuh ketika Pak Sujar tidur maka akan banyak akal untuk mengerjainnya. Salah satu ide yang memanfaatkan barang di sekitar dapur adalah tutup panci. Jika telah terpasang, maka tinggal menunggu, selang beberapa lama akan terdengar bunyi khas panci, KLONTANG !!!! ini artinya beliau sudah terbangun. 
Setia melayani dan mengamankan setulus hati 
Walaupun suka menjahili, bukan berarti saya tidak mau membantu. Karena tinggal dalam satu kantor, yang sudah dianggap sebagai rumah dan keluarga sendiri maka jika sewaktu-waktu dibutuhkan siap membantu. Termasuk dalam urusan membantu pekerjaan. Lokasi kantor yang terletak di depan jalan antar provinsi (Wates-Jogja km 2) dan berada tepat di area tikungan tajam membuat hati ini bergerak untuk membantu. Urusan menyeberangkan siswa yang keluar masuk menjadi tanggungjawab bersama demi keselamatan dan kemaslahatan umat. 
Melezatkan setiap masakan 

Urusan keamanan dan pengajaran di kantor adalah urusan masing-masing. Namun jika pada ranah dapur dan jam istirahat, tidak ada segmentasi pekerjaan yang mencolok. Kami adalah keluarga, lebih tepatnya keluarga cemara. Tidur dan makan bersama, terlebih setelah pengadaan fasilitas masak di kantor, kegiatan di dapur telah menjadi 'ritus' tersendiri dengan aktivitas memasak yang semarak. Pengalaman tinggal di kampus dan masak sendiri (tentunya atas bimbingan mbak-mbak asrama sebelah) menjadikan memasak menjadi suatu strategi adaptasi tersendiri. Dalam perhitungan ekonomi bulanan biaya makan antara masak sendiri dengan beli di luar serasa seperti langit dan bumi. Hanya dengan Rp 12.000,00 saja bisa dapat sayur seplastik plus bumbu yang layak di Pasar Kota Wates Kulone Progo (WestProg). Masak sendiri mempunyai sensasi, bukan hanya rasa yang hancur jika kekurangan bahan namun ada suatu keakraban yang tidak bisa ditinggalkan. Secara antropologis beberapa suku menanggap dapur sebagai urat nadi kehidupan dalam keluarga, sebut saja orang Tengger yang mempunyai ruang tamu di dapur, rumah khas Papua yang mempunyai dapur sekaligus sarana pengawetan makanan, strukur rumah panjang di Madura (Tanean Lanjeng) yang memiliki letak dapur yang khas. Semua itu adalah khasanah dalam memasak. 

Bonus pict: 
Salam Komando (me as security assistent officer) 

Subscribe to receive free email updates: