Tsunami Kedelai

Jatuhnya nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS berimplikasi pada berbagai sektor kehidupan, terlebih dalam bidang ekonomi dan industri. Harga-harga barang komoditi maupun hasil industri yang menggunakan komponen dan bahan impor seakan gayung bersambut turut menaikan harga. Selain barang elektronik dan suku cadang komputer, barang yang mengalami kenaikan signifikan adalah kedelai, tepung terigu, minyak serta bahan makanan. Pagi ini di koran lokal Jogja, Kedaulatan Rakyat edisi 27 Agustus 2013 berita mengenai kenaikan dolar dan berpengaruh pada keberadaan tempe menjadi 'sarapan' yang tidak gurih. Tidak sedikit pengusaha tempe yang kelimpungan karena dampak melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar. Dikabarkan jika pada beberapa hari yang lalu kedelai harganya berkisar Rp 8000 perkilogram sekarang telah menyentuh Rp 10.000 perkilogram. Menurut saya, Jogja bukan hanya kota pendidikan namun bisa dikatakan sebagai kota tempe. Setiap hari jika makan di warung manapun di Jogja, tempe beserta olahannya turut menyertai konsumsi masyarakatnya. Total pengusaha tempe di Jogja berjumlah 137 unit yang menurut KR menyebar di daerah Umbulharjo, Tegalrejo serta Merangangsan.
Maling pabrik Tempe
Gambar di atas berdasar karya lama tahun 2008 yang sengaja diposting untuk menyoroti situasi ditengah bergejolaknya tempe. Kali ini Tiwul berperan sebagai maling, memanfaatkan situasi di tengah mahalnya harga kedelai. Dengan membawa alat permalingan yaitu linggis menuju TKP yaitu pabrik tempe dengan harapan bisa mengais keuntungan sebanyak mungkin.


Tsunami Kedelai
Namun kenyataan berkata lain, bukannya mendapat barang incaran yang menjanjikan keuntungan besar, justru musibah terjadi. Begitu pintu pabrik dicongkel terjadi tsunami kedelai yang siap menenggelamkan maling jika berbuat lebih jauh. Hasilnya upaya pencurian gagal dan Tiwul lari tunggang langgang menyelamatkan diri dari amukan kedelai.  Gambar di atas merepresentasikan bagaimana gejolak yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat dapat muncul begitu saja tentu saja dengan sebuah pemicu baik sebesar gerakan sosial sampai sekecil kedelai. Tentu saja kita sikapi fenomena ini dengan tetap berpikir yang baik-baik bahwa suatu saat rupiah akan kembali stabil dan gorengan tempe di angkringan jadi melebar kembali.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Tsunami Kedelai "

Post a Comment