Pada Wisata Kartun jilid 2 dalam rangka pengumpulan data untuk tugas akhir, saya melewati trayek yang tidak jauh seperti pada etape pertama. Terasa ada beda dengan wisata kartun I, karena saya lebih mengenal medan. Motor Revo merah tetap menjadi teman setia dalam menemani, dari Jogja-Wates (mengambil sepatu gunung agar lebih bernyali)-Ngablak-Semarang-Kaliwungu.
Setelah malam harinya wawancara dengan karikaturis Suara Merdeka Mr. Djoko Susilo, kamis itu saya berangkat lagi menuju Kaliwungu untuk bertemu beberapa kartunis KOKKANG kembali. Atas rekomendasi dari pak ketua Muchid siang itu telah sampai di alun-alun Kaliwungu.
Setelah malam harinya wawancara dengan karikaturis Suara Merdeka Mr. Djoko Susilo, kamis itu saya berangkat lagi menuju Kaliwungu untuk bertemu beberapa kartunis KOKKANG kembali. Atas rekomendasi dari pak ketua Muchid siang itu telah sampai di alun-alun Kaliwungu.
Masjid Kaliwungu |
Alun-alun Kaliwungu terletak tidak jauh dari jalan provinsi arah ke Jakarta, jalur ini selalu ramai dilalui orang dan barang. Sebagai ruang terbuka bagi masyarakat khususnya warga Kaliwungu, alun-alun ini menjadi tempat untuk berkumpul dan mencari hiburan. Sore sampai malam kawasan ini menjadi seperti pasar malam dengan berbagai dagangan yang terdapat di sekitar alun-alun mulai makanan sampai VCD pengajian. Seperti kota-kota di tanah Jawa pada umumnya jika ada alun-alun tidak akan jauh dari masjid agung terutama di sebelah baratnya. Masjid Agung Kaliwungu terkesan anggun dengan arsiterkut khas timur tengah, bangunan ini serasa menjadi tetenger bahwa saat ini saya berada di kawasan kota santri.
Jika mengadakan perbandingan, saya berasumsi ada beberapa kesamaan antara Kaliwungu dengan Bangil. Kaliwungu sebagai kota santrinya Kabupaten Kendal sementara Bangil merupakan kota santri dari Kabupaten Pasuruan. Sama-sama kota santri dan sama-sama berada di daerah pesisir utara tanah Jawa.
Segar dan Mencerahkan |
Siang itu, untuk melepas penat dan panas setelah bermotor dari Semarang saya sempatkan mampir di PKL yang berjualan es buah di depan masjid. Saya memesan seporsi sop buah yang segar sekaligus mencerahkan. Kenapa mencerahkan? tepat di depan masjid ada baliho pengajian yang menghadirkan ustad kondang yaitu Syech Assegaf yang terkenal dengan tembang Padang Bulan. Saat makan serasa di doakan oleh Habib Syech biar makan sop buah makin seger waras mencari data untuk tesis.Amin.
Setelah itu saya masuk ke dalam gang kecil di selatan masjid Kaliwungu untuk menuju kediaman kartunis Zaenal Abidin. Tepat di salah satu rumah tidak jauh dari gang saya berhenti dan menanyakan rumah Zaenal Abidin. Ternyata tidak salah saya berhenti di depan rumah Zaenal Abidin namun ada secercah keraguan apa benar ini rumah kartunis Zaenal Abidin?. Sekilas saya melihat depan rumah itu dan melihat tulisan H. Zaenal Abidin, ah ini mungkin bukan rumah kartunis tapi rumah ustad. Akhirnya saya beranikan menambah pertanyaan dengan apa benar ini rumah Zaenal Abidin yang menjadi tukang gambar?, teryata ada Zaenal Abidin yang lain dan kemudian saya ditunjukan ke arah selatan tepat di sebuah rumah putih. Saya lalu menuju rumah putih yang berada tepat di tikungan jalan menuju masjid, mematikan motor dan menuju di depan pintu. Saya melihat seorang pria sedang membaca koran dan berambut gondrong. Ini pasti kartunis yang saya cari, tenyata setelah diterima oleh tuan rumah saya diberitahu jika Zaenal Abidin yang gondrong bukan tukang gambar dari KOKKANG. Selanjutnya saya diberi petunjuk bahwa rumah Zaenal Abidin yang menjadi tukang gambar adalah tepat di sebelah timur kediamannya.
Zaenal Abidin with Misri's hairstyle |
Akhirnya sampai di rumah Zaenal Abidin yang asli, asli tukang gambar dan asli anggota KOKKANG. Sebagai tukang gambar yang secara total menggantungkan kehidupan pada aktivitas kekaryaan, tingkat produktivitas dari beliau sangat mengagumkan karena sehari bisa ngartun sampai lima puluh gambar. Sebuah usaha keras yang patut diacungi jempol, namun seiring dengan berkurangnya kapling kartun di beberapa media cetak sekarang bapak satu anak ini lebih memprioritaskan untuk tetap menggambar dan mengirim di kapling yang pasti. Studio gambarnya berada di teras rumah, lesehan di antara tumpukan peralatan masak dan prasmanan mengingat rumah yang beliau tempati digunakan pula sebagai usaha katering. Menggambar di ruang terbuka dan pada malam hari dirasa lebih nikmat apalagi ditemani dengan sebatang rokok. "nek aku ora ngerokok
ora iso gambar, soale iku tantangan yo opo carane iso tuku roko" ujar lelaki penggemar olah raga bulutangkis ini. Artinya dengan merokok selain dapat membangun mood juga menjadi pematik agar produktif karena tanpa menggambar tidak akan dapat honor untuk beli rokok di kemudian hari.
Mengenai kejadian nyasar, beliau bilang kalau di kampungnya ada tiga orang yang bernama Zaenal, pertama, H. Zaenal Abidin yang rumahnya terletak dekat gang selatan masjid Kaliwungu; kedua, Zaenal gondrong yang menjadi guru musik dan mempunyai suara yang merdu (mungkin paling merdu se-kampung kauman Kaliwungu) dan Zaenal yang terakhir adalah Zaenal Abidin KOKKANG yang lahir bertepatan dengan hari pahlawan di awal era 70-an. Seorang kartunis yang kalau saya amati gambarnya menyukai tema tentara, dan pada saat mengantar saya potong rambut ke Misri KOKKANG Barbershop beliau bilang bahwa motor yang dipakai adalah hasil hadiah dari sayembara lomba kartun mancanegara. Sungguh produktifitas menggambarnya sebanding dengan prestasi yang diraih diantaranya penghargaan Knoke Heist di Belgia (1996), Juara I lomba Poster HIV AIDS (2005), Special Prize Selection Comitte Japan (2000), Juara I Kartun Sumpah Pemuda Jakarta (2008) dan Silver Prize Daejon Korea (2011).