Pramuka dan Pemancing

Salam Pramuka..!!
Sebagai organisasi kepanduan non formal yang mendukung pembentukan karakter dan mentalitas peserta didik, pramuka senantiasa berkiprah dalam segala aspek kehidupan. Jangan dilihat pramuka hanya dari tepuk pramukanya atau lagu di sini senang di sana senang semata apalagi orang awam melihat pramuka sebagai organisasi camping yang suka buat tanda/sandi dan api unggun. Pramuka unggul dalam hal tali temali, kadang ada rasa penyesalan kenapa masa muda tidak fokus terjun di dunia kepanduan setelah menekuni hobi naik gunung dan memancing. Pemancing harus menguasai teknik tali temali secara penuh. 

Pramuka di Indonesia memiliki sejarah yang cukup panjang. Berawal dari organisasi kepanduan yang dibentuk pada 9 Maret 1961 oleh Hamengkubuwono IX. Lalu kenapa tanggal 14 Agustus diperingati sebagai hari Pramuka? Secara resmi Gerakan Pramuka diperkenalkan kepada khalayak pada tanggal 14 Agustus 1961 sesaat setelah Presiden Republik Indonesia menganugrahkan Panji Gerakan Pramuka dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 448 Tahun 1961. Esensi dari gerakan pramuka adalah pengamalan dasa dharma pramuka yang menjadikan karakter penerus bangsa menjadi cinta tanah air, disiplin dan anak muda yang berprestasi. 
Pramuka itu ahli tali temali 
Masa mengenyam pendidikan dasar kurang mengenal pramuka kecuali seragam pramukanya saja. Waktu sekolah dasar tidak ada kegiatan pramuka. Mengingat jadwal belajar yang padat merayap. Pagi - Siang sekolah SD, Siang - Sore sekolah MI dan Malam lanjut mengaji di TPQ. Hanya ingat ada cerita dulunya di lapangan sekolah ada acara perkemahan sabtu minggu (persami) dengan tenda terbuat dari terpal dan tongkat pramuka dari bambu. 

Cerita Usil Persami SMP 

Masa SMP baru tahu yang namanya kegiatan pramuka yang sebenarnya. Tapi tidak aktif karena lebih eksis di ekstrakulikuler Majalah Dinding (Mading). Kalau sabtu siang suka kumpul dan mengganti edisi mading minggu lalu, disinilah kecintaan pada menggambar kartun berawal. Waktu SMP pernah ikut persami dengan base camp di lapangan belakang di komplek kelas 1. Yang tidak bisa dilupakan malam hari dikerjain sama para senior dengan sandiwara ada senior yang dibuat tengkar, muncul dua kubu. Pembela adik kelas dan satunya penentang adik kelas. Teman saya sampai dibuat nangis waktu terjadi pergulatan senior pada malam hari. Saya cuma cengengesan sambil berkata dalam hati "perasaan dua kakak ini beberapa jam yang lalu masih sangat rukun, kenapa malam ini tiba-tiba jadi akainu versus akoiji?" (tentu saja masa itu belum mengenal manga One Piece). 
Setelah melewati adegan pertengkaran antar senior, kita disuruh jalan satu-satu melewati kegelapan malam di lorong sekolah dari lapangan upacara sampai lapangan belakang. Lagi-lagi saya merasa bahwa ada sesuatu yang janggal. Kenapa harus jalan satu-satu? tadi kita diberangkatkan secara berkelompok. Karena mencium gelagat kurang beres, keusilan mulai tumbuh. 
Sengaja saya berjalan pelan karena penasaran kira-kira hambatan, tantangan, ancaman dan rintangan apa yang ada di depan. Nun jauh di depan terdengar beberapa teman sekelompok yang bengok-bengok. Teriak kaget campur ketakutan akut. Setelah beberapa langkah melewati depan koperasi di sebelah toilet ada suara batu kecil jatuh.  Dalam kegelapan malam saya berupaya melihat ke depan dan mencari sebab darimana datangnya batu kecil yang terlempar. Setelah menemukan sumber lemparan, saya mengambil batu agak besar dan melempar sebuah papan seng yang sengaja dipasang senior untuk menakuti adik kelas dengan lemparan batu. Sekencang pemain kasti, saya lempar satu batu kearah dinding dan klonthank!! suara menggelegar dalam gelap malam. Untung tidak kena kakak seniornya atau kena kaca kelas yang nanti menjadi kelas paripurna yaitu kelas 3H. Karena takut tercyduk saya meninggalkan rintangan pertama. Sambil tergopoh-gopoh saya maju hingga sampai di depan toilet dekat kelas 2 A tiba-tiba sebuah dahan pohon jambu bergerak sendiri menghalangi jalan. Awalnya kaget bukan kepalang karena secara spontan dahan depan mentiung sendiri. Setelah melakukan pengamatan tajam, ada sesosok manusia sedang memanjat dahan paling depan. Berusaha tenang dan siap bertindak. Ketika melewati pohon itu, saya tidak lari malah memegang ujung dahan yang ada orangnya lalu saya tarik sekuat tenaga. "wis Dik...ampun Dik..Lepaskan!!" ada nada permohonan dari sesosok senior yang sedang memeluk dahan. Jika tarikan kencang itu saya lepas dipastikan sesosok senior itu akan terlempar seperti dalam game angry bird. Prinsipnya sudah saya pelajari waktu pelajaran Fisika didikan Pak Rifai 

"Semakin besar gaya otot semakin besar pula energi potensial dan energi kinetik yang dihasilkan ketapel. Begitu sebaliknya, ketika gaya otot kecil maka energi potensial karet (dahan jambu) lemah dan lontaran batu atau kerikil (sesosok senior) menjadi lambat" 

Akhirnya saya lepaskan pelan-pelan pegangan ngotot di ujung dahan. Lalu secepat kilat saya berlari menuju basecamp. Karena mencium gelagat ada senior yang berupaya mengejar saya lari ke tenda kelompok lain. Seolah-olah saya anak kelas 1 H padahal aslinya kelas 1 A. Peristiwa dini hari itu tidak bisa terlupakan. 

Mencetak Pramuka Pelestasi Alam 
Adalah Mas Halim salah satu anggota sekomunitas dari Rolak Fishing Community (RFC)  Surabaya yang menjadi kakak pembina pramuka yang aktif. Pada Tanggal 11 Juni 2017 ada kegiatan dengan anak didiknya yang melibatkan pemancing yang biasa mengail di labasan jembatan rolak Gunungsari Surabaya. 
Pramuka Itu: ..2...Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia

Dengan diberi petunjuk, untuk mewancarai wong mancing biru-biru para adik-adik peserta yang nanti akan mengikuti jambore melewati malam sambil memanggul tas rangsel di depan dan memegang alat tulis. Satu persatu kawan pemancing didatangi anak muda yang dikala teman sebayanya sedang nyenyak tidur, mereka justru menempuh perjalanan melewati dingin malam. Tiba ada beberapa pramuka muda yang mendekat dengan sapaan sopan yang menyejukan. Melihat mereka keingat masa SMA dulu, namun saya lebih memilih menekuni dunia ilustrasi di majalah sekolah (Romansa Cendekia SMADA), teater dan naik gunung. Setelah mengucapkan salam pembuka para pramuka muda siap mengutarakan pertanyaan yang telah disiapkan dalam secarik kertas. Sebelum menjawab pertanyaan, saya bertanya pada mereka terlebih dahulu tentang pengetahuan seputar alam dan sungai. Mereka antusias terhadap upaya pelestarian sungai untuk kelangsungan habitat dan ekosistemnya. Pada penghujung wawancara saya membuat tantangan pada mereka: "Kalau kalian memang pramuka sejati yang cinta alam, apakah berani menegur bahkan bertindak lebih jika menemukan ada oknum pencari ikan dengan strum dan potas?".
Dirgahayu Pramuka Indonesia semoga dapat menjadi sahabat para pemancing untuk kelestarian sungai spot mancing tercinta. 


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Pramuka dan Pemancing "

Post a Comment