Sebagai salah satu hobi yang ditekuni masyarakat
memancing menjadi satu aktivitas positif sekaligus terapi psikologis. Pembentuk
jiwa-jiwa yang sabar. Rela menunggu berjam-jam sampai seharian umpan disambar
ikan. Kalau kita dengar berita “ditemukan sesosok mayat terapung di kali Jagir”
banyak khalayak yang langsung menghubungkan dengan pemancing. Dalam sudut
pandang pemancing yang setiap hari merasakan bau kali, jenazah itu belum tentu
pemancing. Bisa para tuna wisma yang terpeleset, enak-enak ngising terseret
arus. Atau yang lebih ekstrim bisa berasal dari korban pembunuhan yang terbawa
arus dari barat menuju hillir. Itulah kenapa jika sekali ujung joran tersentak
sesuatu kadang pikiran langsung berkhayal jangan-jangan nyantol mayit.
Resiko memancing berbanding lurus dengan kepuasan
yang diperoleh. Maklum kegiatan luar ruangan ya pasti ada resiko yang siap
menanti. Ndekem nang kamar sedinoan ae mengandung resiko apalagi sampai
aktivitas di alam bebas, pinggir air lagi. Pada dasarnya ada dua faktor yang menjadi
biang celaka seorang pamancing yaitu kondisi alam dan konflik dengan sesama.
Jangan salah kadang pemancing sampai gegeran di spot karena faktor salah paham
atau salah tempat memancing. Terlepas dari hal itu inilah beberapa hal yang
ditakuti pemancing:
Cuaca Buruk
Musim hujan musim yang rawan bagi pemancing. Alam
yang kurang ramah dengan adanya hujan deras yang disertai petir jelas
membahayakan pemancing. Itulah mengapa pada joran pancing yang berbahan karbon
selalu tertera simbol petir. Jika cuaca buruk disuruh ringkes-ringkes walesan
dan mencari perlindungan. Bahan karbon menjadi hantaran listrik yang dapat
mencelakakan jika nekat memancing saat hujan disertai petir. Apalagi ditambah
angin kencang kalau di Surabaya dikenal dengan angin pentil muter.
Curanmor
Ini bukan Curahan Hati dan humor dari kawan yang
suka sambat. Asli aksi kriminalitas yang masuk dalam jajaran kejahatan rawan di
Surabaya. Pencurian kendaraan bermotor juga mengintai para pemancing. Apalagi
pemancing liar yang motornya ditaruh di tepi sementara pemancingannya ndoprok
di plengsengan kali. Kunci ganda wajib digunakan sebagai langkah antisipasi.
Nek perlu pasang gembok 8 biji nang rem cakram, pasang alarm, tebar jebakan dan
kamera pengintai di sekitar motor. Bagi pemancing kali tak ada salahnya membawa
motor kelas jadul sing mbulak, body penceng kabeh. Jika masih kecurian iku apes
e peno.
Dompet Keri
Ini sama menakutkannya dengan ketinggalan alat dan
umpan saat sampai di spot mancing. Ketinggalan dompet bagi siapapun berakit
pikiran kacau, mata berkunang dan susah konsentrasi. Meskipun sudah ada duit
kontan sak gepok di dalam saku tapi masih was-was jika di jalan ada razia
polisi. SIM pun tak ada STNK entah kemana. Sudah tidak bisa berasoy geboy
ngebut di jalanan ibukota.
Salah Alat dan Salah
Alamat
Bagi pemancing jangankan merentang joran di spot,
baru berangkat saja senangnya bukan main. Pokok membuatku bahagia. Saking
bahagia e sampe melakukan dua kesalahan yang teramat fatal. Salah bawa alat,
dari rumah yakin bawa tas pancing. Setelah sampai spot ternyata tas raket tenis
atau bisa pula tas gitar. Gitare Rhoma Irama pisan sing ujunge putulan. Ada
pula salah alamat. Maksud hati ingin mancing ternyata nyasar nang omahne mbok
rondo atau nang omahe camer terus ditanya: “Kapan anakku mbok jauk?
Moncang-mancing ae”.
Demit
Ini khusus pemancing malam hari yang bermental
agak cemen pasti ada saja godaan mancing malam hari. Mulai mencium bau-bau yang
tidak biasa. Bunga, anyir sampai bau bangkai. Diisengi oleh penjaga kali,
merasa dilihatin keroso ono sing lungguh jejer. Disebul kuping sampai diseltik
daun telinga kita. Demit isenge yo kadang tak lucu. Yang paling ekstrim
langsung melihat penampakan. Mbak kunti pinggir kali, pocong si setan sugus
yang melintas di atas air, banaspati yang berbentuk api seperti kemamang..iso
gawe mbakar iwak. Arek cilik dolanan sampai demit air yang dulu sempat
legendaris pada era 90-an: Kalap Banyu.
Ditelpon bojo
Dari lima hal menakutkan di atas, bagian terakhir
inilah yang paling menakutkan. Momok terbesar bagi pemancing khususnya
bapak-bapak yang telah berumah tangga. Lagi enak-enak duduk di pinggir kali
tiba-tiba handphone berbunyi: “Pak muleh....jam piro iki???!!!!” sontak dengan
bereaksi cepat langsung membereskan semua peralatan pancing. Kadang umpan dan
air botolan ditinggalkan begitu saja. Tetangga kanan kiri sesama pemancing
bertanya: “Lapo riko Cak?”..sambil berlari kecil dan tergopoh dijawab:
“Ditelpon Bu Kapolda, wajib lapor”. Meskipun pemancing punya slogan ‘Bojo
Muring Tetap Mancing’ tapi tetap sampai
rumah dipencurengi syukur-syukur gan dibalang piring.
0 Response to "Inilah Hal yang Ditakuti Pemancing Kali "
Post a Comment