Garuda Indonesia Menerbangkan Sayapnya ...
Terminal Selatan Juanda |
5 November 2019
Atas panggilan dari Kementrian saya akhirnya berangkat ke Jakarta dengan pesawat plat merah. Garuda Indonesia salah satu maskapai yang cukup lama impikan. Numpak Garuda koyo pemain silat Indosiar ala Brama Kumbara.
Di Bandara Juanda Garuda Indonesia Airlines mempunyai titik kumpul di Terminal 2. Terminal sebelah selatan yang masih satu rumpun dengan penerbangan Internasional. Letaknya agak jauh jika harus jalan kaki dari terminal 1. Lumayan untuk membesarkan betis. Saya naik dari terminal Bungurasih via Bus Damri menuju Terminal Internasional: Terminal 2 dan pagi itu saya adalah penumpang satu-satunya. Bus serasa milik sendiri.
Pengantar Umroh |
Terminal 2 terletak berbatasan langsung dengan kompleks TNI khususnya Penerbang Angkatan Laut (Penerbal). Ini pengalaman perdana saya masuk ke terminal yang ada sudut foto dengan suasana Jawa Timur banget yaitu Kerapan Sapi.
Terminal 2 |
Ruang tunggu di terminal ini sangatlah luas. Bisa buat joging, lari-lari bakar lemak. Penumpang rata-rata para pelancong yang akan berangkat ke luar negeri termasuk yang akan menunaikan ibadah Umroh.
Setelah melewati berbagai prosedur baku, check in ticket, pemindai dan pemeriksaan bawaan tiba di ruang tunggu maskapai plat merah ini. Karena kelas ekonomi ruang tunggu cukup di luar di kursi yang berwarna kuning. Depan toko buku impor yang harganya bisa untuk beli stok gula selama tiga bulan. Saya melihat calon penumpang yang berada di ruang tunggu khusus. Ruang tunggu lounge, ruang tunggu berkelas. Yang kalau di Youtube ada piano main sendiri dan makan prasmanan,
Sambil mengantri panggilan masuk, pada pesawat yang berangkat lebih dulu saya sempat memperhatikan salah satu penumpang. Orang yang tidak asing dalam dunia komika/stand up comedy sekaligus aktor woles yang berumah di hutan: Dodit Mulyanto. Mengenakan celana pendek, kemeja pantai dan bertopi tak lupa muka kocak di balik balutan jenggot dan kumisnya. Kalau misal satu pesawat bakal saya beri satu gambar karikatur dirinya.
Panggilan menuju gerbang pun tiba. Akhirnya kesampaian bisa mengantri di terminal 2 dan masuk pesawat juga melayani penerbangan kelas sultan keluar negeri dengan tiket first class yang bisa buat bayar DP KPR. Jiwa anak kos saya terguncang dan meledak-ledak saat melihat salah satu Youtuber yang mereview perjalanan via udaranya dengan menggunakan fasilitas kelas sultan dari Jakarta menuju Eropa.
Pesawat yang saya naiki kali ini Garuda reguler dengan dua kelas, bisnis di depan yang mempunyai kursi super empuk dan besar. Sementara di bagian belakangnya kelas ekonomi, yang terjangkau semua umat dengan konfigurasi 3-3. Secara umum kursinya empuk nyaman dan cocok untuk kaki panjang jangkung.
Selain Batik Air, maskapai plat merah ini juga mempunyai layar LCD di sandaran kursi. Bisa melihat tivi selama perjalanan satu jam sekian menit menuju barat. Cuma sampai pesawat hendak berangkat tidak ada tambahan fasilitas headphone seperti saat Mas Bajindul terbang dari Korea menuju Tanah Air. Doi adalah mantan TKI, buruh migran di Korea Selatan yang sekarang memilih pulang kampung dan sempat menjadi Youtuber fenomenal.
Tugas pramugari dalam memperagakan prosedur keselamatan tergantikan oleh media interaktif yang dapat dilihat di layar depan penumpang. Salut untuk tim kreatif Garuda Indonesia Airlines yang mempersembahkan video keselamatan dengan visualisasi yang keren. Dibalik antisipasi kejadian yang menegangkan terdapat video simulasi yang santuy sambil mengenalkan ikon wisata di berbagai daerah.
Saat perut lapar karena berangkat pagi sekali, tiba-tiba para pramugari bergerak sigap membagikan apa yang kita tunggu: snack. Di bungkus dalam kantong kertas yang sayang untuk dibuka tapi mau gimana lagi perut lapar sudah melanda. Ada roti dua potong, kacang garuda - maksudnya kacang dengan label maskapai ini- dan sebotol air mineral.
Bacaan dan Daftar Belanja |
Yang spesial dari penerbangan saat ini adalah kita bisa tahu diri. Maksudnya tahu posisi pesawat secara aktual. Dari layar sentuh yang sentuhannya kadang terasa alot kita bisa mengetahui posisi pesawat sedang melintas di udara wilayah mana. Lengkap dengan informasi suhu, angin, tekanan dan kecepatan pesawat itu sendiri.
Selamat datang di Terminal Baru Soetta
akhirnya saya tiba di Jakarta setelah perjalanan yang memakan waktu hanya satu jam sekian menit. Mengagumi awan ciptaan Tuhan dan teknologi dirgantara yang membuat orang bisa berpindah tempat dalam waktu relatif singkat.
Warna Warni |
Saya berjalan mengikuti arahan petugas dan penumpang lain meninggalkan pesawat. Melewati lorong panjang dan tak lupa melepas kangen dengan toilet bandara. Setelah itu berjalan kembali melewati tempat yang menawan. Terminal 3 Bandara Soetta. Inilah bangunan baru terletak di timur. Luas dan terkesan futuristik. Kalau capek berjalan ada fasilitas odong-odong di jalanan adem berkarpet.
Terminal baru ini sempat mendapat penghargaan Best Airport di tanah air. Kenyamanan, keluasan bergerak dan efisiensi dalam menjadi salah satu daya tawar kepada para penumpang. Tempat penjemputan tas juga dibuat lebih luas dengan banyak monitor yang bisa melihat aktivitas di luar tempat penyortiran. Saran saya jika bepergian terpaksa menggunakan bagasi, berilah ciri khas pada tas dengan warna-warni yang mencolok. Agar saat tas anda mulai berjalan kita telah siap menjemputnya. Tak perlu dia berputar-putar berulang kali mencari pemiliknya. Perjalanan lanjut menuju tempat bus bandara untuk mempersiapkan diri bertemu kawan-kawan penulis, blogger dan wartawan seru yang menjadi undangan dari Kemendikbud dalam Apresiasi Pendidikan Keluarga 2019. Semoga Covid-19 segera sirna dan ada banyak perjalanan udara ala gratisan mode on bagi saya.
0 Response to "Terbang Perdana dengan Garuda Indonesia: Ketemu Dodit Mulyanto "
Post a Comment