Rahasia Ketahanan Cabe Skala Kecil

“Wis toh paling enak urip nang kene, mangan opo wae cabe, sambal dan lalapan”
(Paling enak hidup di sini, makan apapun ada cabe, sambal dan lalapan)

Sekilas obrolan singkat 13 tahun yang lalu bersama Bu Har saat saya masih bekerja sebagai guru gambar privat. Kebetulan cucu beliau menjadi salah satu murid dan beliau meminta untuk dibantu sebagai tim kreatif industri pernak-perniknya. Bukan sembarang pernak-pernik karena semuanya berkualitas ekspor dan kerap berangkat pameran ke luar negeri. Dari situlah beliau bercerita bagaimana makanan selama di luar negeri. Tidak ada yang bisa mengalahkan sambal penyetan Karangmenjangan. Sego sambel darmawangsa dan ayam pedas bumbu geprek. 





Kebun Cabe Depan Kantor


Cabe atau lombok menjadi salah satu bumbu yang wajib hadir di makanan kita. Orang Sulawesi menyebutnya sebagai rica. Kalau tambah pedas dikuadratkan menjadi rica-rica. Pedas bisa juga dari merica, tapi pedas dari cabe tiada duanya. Sebagai bumbu yang berasal dari panen petani langsung kadang cabe mengalami fluktuasi harga. Ada kala cabe harganya selangit. Ketika harga tinggi pedasnya lebih sadis. Termasuk kata-kata pedas dari penjual makanan saat kita komplain mengenai sambal ketika harga cabe melambung tinggi. 

Ada solusi untuk ketahanaan pangan skala cabe. Dalam hal ini ketahanan cabe untuk lingkungan rumahan. Kalau ada PSBB pada masa Covid-19 seperti saat ini. Ada Ketahanan Cabe Skala Kecil (KCSK). Dari mana dimulainya? Mengupayakan menanam cabe di sekitar rumah. Tidak harus hidroponik. Pakai pollybag juga oke. Syukur kalau ada lahan kecil untuk bertanam. 

Sejak 2017 saya rajin menanam cabe di depan kantor. Kebetulan ada lahan kosong hasil bongkar paving di tanah kampus. Bukan berarti saya seperti Karyawan di Tanah Jahanam –ala judul Film karya Joko Anwar-. Cabe sisa gorengan maupun sisa ketika masak. Pada mulanya bijinya saya sebar. Tumbuh dan terlahirlah beberapa rumpun tanaman cabe organik ala karyawan penggemar lalapan pedas. 

Pada tahun 2018 saya sempat berkunjung ke Brenjonk Kampung Organik Trawas Mojokerto. Sebuah organisasi yang dibentuk oleh Cak Met untuk bercocok tanam organik dari rumah hingga lintas desa.  Kunjungan singkat dari desa di bawah kaki gunung Penanggungan ini mengandung pesan moral bahwa bertanam organik itu baik. Baik untuk lingkungan dan baik untuk manusianya. Cabe tidak hanya disebar dan pasrah tumbuh seperti apa adanya. Tapi ada upaya intensif untuk merawat secara berkala. Tentunya tanpa campuran bahan kimia atau pestisida setetes pun. 

Penanaman cabe yang baik dilakukan pada awal musim penghujan. Sisihkan biji cabe hasil gorengan atau sisa bumbu yang sudah tidak terpakai. Usahakan jemur dulu sampai kering sebelum disemai. Media semai harus terjaga kelembapan dan tekstur tanahnya. Tidak terlalu basah juga tidak terlalu kering. Istilahnya nyemek-nyemek. Setelah biji ditebar akan bermunculan tunas muda. Generasi imut cabe harapan tukang lalapan. 

Pindah hasil semaian ke media tanah atau pollybag. Saat proses evakuasi lakukan dengan lembut. Jangan sampai rusak akar, batang dan daun hijaunya. Setelah nikmati prosesnya. Jangan lupa sebulan sekali dilakukan pemupukan. Saya biasa beli pupuk di daerah Barata Jaya sebagai pusat tanaman hias dan bibit apapun. Harga dibawah 10 ribu. Ada warna hijau ada yang karung plastik warna biru. Hari Jumat secara rutin merupakan hari yang asyik untuk melakukan aktivitas nyemut. Membersihkan rumput dan tanaman liar lainnya. Tidak lupa membolak balikan tanah. Tanpa plastik penutup seperti Pak Tani Cabe sungguhan. Cukup membuat saluran air macam cekungan kecil. Pagi dan sore pada masa tanam kemarau dilakukan penyiraman. Kalau musim hujan biar disiram yang di atas. Kalau malas mondar mandir nyiram. Kita bisa membasahi saluran air selama kurang lebih 15 menit. Lakukan dengan konsisten dan nikmati panennya. Ada sensasi kesegaran tersendiri saat makan gorengan kita memetik cabe terdekat dan Haup...langsung pedas segar tanpa pestisida. 


Biar Awet di Kulkas



Ketika mengambil untuk cadangan bumbu dapur. Segenggam atau dua genggam kadang sampai di rumah kita lupa langsung memasukan kulkas. Tiga hari kemudian cabe membusuk. Bagaimana kiat agar cabe awet segar dalam kulkas?

Ada dua cara. Pertama teknik rendam. Pisahkan cabe dengan tangkainya. Lalu masukan cabe gundul ini kedalam air dan tinggal simpan di kulkas. Cara ini membuat rasa pedas cabe agak aneh karena luntur selama direndam. Busuk juga bisa karena terlalu lembab. 

Cara kedua yang saya pakai terbukti cabai lebih awet segar. Pisahkan cabe dan tangkainya. Cari wadah khusus yang ada penutupnya. Siapkan beberapa lembar tisu. Ingat tisu biasa bukan tisu magic loh. Satu siung bawang putih yang telah dikupas. Bukan untuk menakuti Zombie tapi kandungan kimianya bisa mencegah proses pembusukan. Lapisi bagian bawah wadah dengan tisu. Masukan cabe sampai titik tengah masukan bawang putih. Timbun dengan cabe kembali dan bagian atas kasih tissu. Tutup wadahnya. Jangan terlalu rapat. Lalu masukan ke dalam kulkas bersama Gajah yang ulang tahun Tarzan X tidak hadir karena terjebak di frezeer. Jangan ditaruh di freezer cukup bagian lain kulkasnya saja. Itu cara jitu menjaga cabe agar awet segar dalam kulkas. Bagaimana sudah paham Ibu-ibu? []

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Rahasia Ketahanan Cabe Skala Kecil"

Post a Comment