Blogdemic Tanggap COVID-19

Tahun 2020 kita mendapat ujian bersama dalam bentuk pandemi yang melumpuhkan urat nadi kehidupan banyak sektor. COVID-19 menjadi virus yang menyebar ke seluruh penjuru dunia dan mulai membuat heboh di Indonesia sejak awal Maret 2020. 

Imbas dari pandemi ini terasa sejak diberlakukannya pembatasan sosial (social distancing dan physical distancing) sementara di beberapa negara diberlakukan  lockdown. Pertengahan Maret  perekonomian semakin melemah terutama pada sektor informal. Sektor yang mengalami keterpurukan paling terasa pada masa pandemi adalah transportasi, penerbangan, hotel, dan restoran. Banyak warga yang kebingungan ketika lapar pada malam hari karena penjual nasi goreng tidak ada akses melewatkan gerobaknya masuk ke area pemukiman. Warung kopi tempat nongkrong mengalami pembatasan operasional karena berlaku jam malam. Masker dan handsanitizer menjadi langka sesulit mencari Badak Sumatra di suaka margasatwa. 

Kata-kata adalah Senjata (ilustrasi karya Roikan)

Bekerja di rumah (Work from Home-WFH) menjadi cara untuk tetap produktif ketika pembatasan sosial. Kita diupayakan untuk senantiasa produktif tanpa harus datang ke kantor. Semua ditangani dari rumah. Produktif dan kreatif dari dalam rumah. Tapi tidak berlaku pada beberapa orang  yang harus mencari rupiah di jalanan seperti sopir pengiriman barang dan ojek daring (ojol). Bagi kita yang bisa kerja dari rumah harus bersyukur dan jika ada kelebihan rejeki mestinya berbagi dengan kawan-kawan kita yang berjibaku di jalanan saat pandemi. 

Aktivitas dalam rumah membuat kita lebih mudah dan banyak waktu untuk mengakses informasi dari berbagai media. Televisi, radio –jika masih ada yang mendengarkan- dan warta daring. Termasuk informasi dari media sosial dan WA Grup. Era pandemi menjadi era ‘banjir bandang’ segala informasi  COVID-19 yang dapat diakses dengan mudah dan bebas. Tentunya tidak semua informasi itu berdasar fakta di lapangan. Ada kabar benar dan ada pula kabar bohong. Ada kabar mengerikan ada kabar menggembirakan. Itulah pentingnya kita senantiasa berlaku bijak menampung, saring dan sharing informasi dari dan untuk beragam media. 

Miskomunikasi, informasi yang simpang siur menjadi hal yang tak terhindarkan dari banjirnya informasi masa pandemi. Saluran informasi yang dibuat pemerintah untuk mendiseminasikan ke masyarakat berbagai hal yang berkaitan dengan informasi COVID-19. Kenyataannya masih dijumpai lemahnya sistem komunikasi publik pemerintah yang berujung pada merebaknya infodemic yang sama berbahayanya dengan wabah itu sendiri. Masyarakat menjadi kurang percaya pada negara. Dari situlah kita perlu memulai meminimalisir informasi yang berpotensi meresahkan. 

Penanganan COVID-19 membutuhkan dimensi non media salam bentuk penyebaran informasi yang akurat dan sosialisasi menghadapi pandemi. Tujuannya agar tidak ada kepanikan massal dan masyarakat mengikuti protokol kesehatan serta dapat menyambut era baru. Era untuk menjadi manusia yang lebih memperhatikan kesehatan dan keselamatan bersama. Bagaimana peran para infleuencer termasuk blogger?

Bagi yang telah menonton film Contagion (2011) kita bisa melihat bagaimana peran blogger ketika masa krisis. Pandemi flu yang melanda dapat menjadikan kepanikan massal. Jika katup informasi yang menyesatkan tidak dibarengi dengan counter wacana yang baik berakibat fatal seperti kerusuhan dan ketidakpercayaan masyarakat pada pemerintah.
Apresiasi terdalam dalam film Contagion (2011) bagi saya terdapat tokoh Alan Krumwiede yang diperankan oleh Jude Law. Seorang narablog yang membawa berita dan fakta nyata tentang wabah hingga sampai menjadi buruan pemerintah karena dituduh sebagai penghasut. Kalau hari ini dikenal sebagai penyebar kabar hoax. Akhirnya blogger Alan dilepas dengan jaminan harus menyebarkan informasi yang akurat kepada ribuan pembaca tulisannya.

Blogger -hari ini disebut sebagai narablog- itu tidak hanya menulis keluh kesah dalam halaman pribadi yang dapat diakses oleh banyak orang. Narablog yang baik adalah pembawa informasi, aspirasi dan inspirasi yang memberi manfaat untuk orang lain. Refleksi pengalaman diri sendiri-entah baik atau buruk-dalam cerita singkat diharapkan dapat menjadi inspirasi agar tidak ada orang lain yang senasib. Berbagi tips dan trik untuk mengatasi permasalahan tertentu dapat menjadi nilai plus bagi seorang narablog. Konsumsi media dan literasi menjadi kebutuhan dasar dan mutlak seorang narablog untuk dapat beretorika secara cerdas.

Darimana kita memulai untuk menjadi narablog yang inspiratif yang tanggap COVID-19?. Mempunyai saluran daring sendiri menjadi kebutuhan pada era digital. Hari ini mayoritas orang mempunyai media sosial bahkan kanal multimedia di Youtube. Era blog pernah mengalami kejayaan pada tahun 2000-an. Saat ini konsumsi media khususnya di tanah air lebih pada penggunaan Youtube. Apapun video yang kita cari ada di sini dengan beragam topik. Dari video tutorial bernapas sampai ekperimen sosial yang mencampur aduk perasaan. Lantas bagaimana potensi website dan blog? Walaupun tidak sebesar dan seantusias seperti tahun 2010 tapi blog masih mempunyai napas untuk terus bergerak melewati jaman. Pengalaman menjadi narablog sejak tahun 2009 sampai hari ini masih dapat saya jumpai pengunjung/pembaca organik dari berbagai penjuru dunia. Itulah modal kepercayaan diri dari dunia blog dan website. 

Punya alamat website dengan nama dan sesuai minat menjadi kebanggaan tersendiri. Harga mahal itu hanya rumor karena semua tergantung tingkat kebutuhan. Kalau untuk perusahaan tentu lebih mahal dibanding  untuk penggunaan pribadi. Ada banyak layanan jasa yang menyediakan website sesuai dengan keinginan anda. Salah satunya dari Qwords yang menyediakan layanan Hosting Murah dengan harga yang bersahabat dan dapat disesuaikan dengan tingkat kebutuhan. Sesuai dengan slogan Reliable Fast Web With Raasonable Price !. Mempunyai empat kantor utama di Jakarta, Bandung, Surabaya dan Jogjakarta. 4 kota yang tidak hanya sebagai pusat industri dan pendidikan, tapi kota sentra kreatifitas berbasis digital. 

Narablog harus mempunyai branding diri yang unik. Orang akan lebih mengenal. Tidak harus menggunakan nama tapi kata apapun yang dianggap khas dapat menjadi alamat website kita. Misalnya Pak Paijo yang suka naik gunung dapat membuat alamat website: paijopetualang atau jejakpaijo. Untuk huruf belakang kita bisa memilih .com atau yang lain cukup dengan Cek Domain jika ketemu dan ada yang cocok tinggal kontak alamat yang tertera di website untuk proses lebih lanjut. Selanjutnya akan dilayani dan dibimbing dengan sepenuh hati agar mendapat layanan hosting dengan akses yang aman dan cepat. 

Memaksimalkan teknologi informasi di tengah pandemi. Mendukung revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan kemajuan dan penggunaan secara luas teknologi informasi. Menulis dan berbagi itu menjadi herd immunity yang dapat memberi kebaikan hati dan kekebalan dari misinformasi pada semua orang. Semoga badai pandemi ini segera berlalu dan tulis-sampaikanlah hal-hal yang baik. 

#OnlineinAja 
#LombaBlogQwords

Tulisan ini merupakan partisipasi dalam Qwords Blog Competition 2020. Berminat simak info ini:


Referensi 

2 Film tentang Pandemi Flu: Memetik Hikmah dari Film Contagion (https://www.roikansoekartun.com/2020/03/pandemi-film.html) diakses pada 14 Juni 2020 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Blogdemic Tanggap COVID-19"

Post a Comment