Tak Boleh Donor karena Kurang Darah: Saya dan Anemia

“Kepada pembina upacara...hormat gerak!!!!”

Suara lantang dari Eko, teman sekelas yang menjadi pemimpin upacara senin pagi. Saat itu kami masih berseragam putih dengan celana pendek berwarna biru. Tahun 90-an di salah satu SMP negeri di Kota Lamongan Jawa Timur. Jarak rumah dengan sekolah saya sekitar 13 km. Itu ditempuh dengan mengayuh sepeda angin. Kadang tak sempat sarapan.

Senin pagi itu sejak masuk gerbang sekolah badan saya sudah terasa lesu. Lemah dan sedikit letih. Saat pertengahan pelaksaan upacara mendadak kepala saya pusing, mata berkunang-kunang seperti ada gelembung kecil di pelupuk mata, telinga berdenging seiring tetesan keringat dingin. Hingga akhirnya saya memutuskan untuk berlari kebelakang barisan. Dijemput oleh regu UKS dan PMR di dudukan pada bangku di salah satu kelas. Kesadaran hilang sesaat. Setelah terbangun ikat pinggang saya sudah kendor, bau minyak kayu putih yang menyengat. Dalam kepala sangat pening saya dituntun untuk minum segelas teh hangat manis dari gelas kaca ibu kantin. 

Gejala Anemia Pra Pingsan

“Mau balik kelas? Apa sementara istirahat di ruang UKS?” tanya salah satu kakak PMR. Saya memilih untuk masuk kelas selepas pelaksanaan upacara. Ternyata saya tidak sendiri. Ada beberapa kawan yang balik upacara dengan muka pucat. Saya dan anemia seperti dua sisi tak terpisahkan. Efek samping saat itu –dan kadang sekarang kalau kambuh- menurunkan kebugaran serta kemampuan konsentrasi. Untungnya ketika akan pingsan saya pintar mencari tempat berbaring atau sekadar duduk bersandar yang orang kira saya hanya duduk termenung. Padahal aslinya pingsan. 

Waspada Bahaya Laten Anemia 
Masalah kesehatan dunia berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia lintas generasi. Selain bahaya stunting ada juga anemia harus kita hadapi bersama. Untuk itu, diperlukan intervensi agar dampak dari anemia, baik jangka pendek maupun panjang, tidak lagi dirasakan oleh kita maupun generasi masa depan Indonesia. Anemia adalah masalah bersama lintas generasi. Masalah kekurangan zat besi dengan prosentase 50 persen menyebabkan anemia. Secara fakta sebagaimana disampaikan oleh nutribangsa dinyatakan di Indonesia penderita anemia terbagi ibu hamil (48,9 %), remaja berusia 15-24 tahun (32 %) dan balita (38,5 %). 
Saya masuk di dalamnya



Secara definisi anemia adalah sebuah kondisi rendahnya kadar HB (Hemoglobin) dibandingkan kadar normal, yang menunjukan kurangnya jumlah sel darah merah yang bersikulasi. Itu menyebabkan jumlah oksigen yang diangkut ke jaringan tubuh berkurang.  Dengan gejala utama 5 L (lesu, letih, lemah, lelah dan lalai). Pernah tahun 2012 saya ingin mengajukan diri sebagai pedonor darah di PMI Jatim yang terletak di Jalan Kayoon Surabaya. Setelah periksa darah petugas bilang: “Tekanan darah anda belum mencukupi dan anda beresiko jika harus donor darah”. Sejak saat itu saya menjadi orang yang rajin menerima pil vitamin dan kaplet merah dari kawan-kawan pendonor darah secara cuma-cuma.

Merujuk pada Webinar (28 Januari 2021) bertajuk Peran Nutrisi Dalam Tantangan Kesehatan Lintas Generasi. Dr. dr. Diana Sunardi., M.Gizi, Sp.GK selaku Dokter Spesialis Gizi Klinik dari Indonesian Nutrition Association menyatakan anemia memiliki dampak yang kompleks jika terjadi pada ibu hamil karena berpengaruh pada kondisi fisik dan ancaman stunting pada anak kelak. Secara umum anemia mempunyai dampak jangka panjang pada penurunan daya tahan tubuh, kebugaran, kinerja dan prestasi. Serta resiko terjadinya infeksi. Terlebih pada saat pandemi sekarang ini. Masa COVID-19 jangan melupakan asupan Vitamin C pula agar selalu bugar dan lebih kebal dari lingkungan yang telah terpapar. Kita tidak boleh mudah tumbang. Itulah perlunya hidup berdampingan dengan sehat bersama anemia.
Webinar Peran Nutrisi Lintas Generasi


Pentingnya konsumsi gizi seimbang dalam asupan pangan nabati, asupan energi dan protein serta keseimbangan energi, protein dan nutrisi mikro. Anemia dihubungkan dengan masalah penyerapan zat besi. Apa pentingnya zat besi bagi tubuh? Zat besi ini penting bagi proses perkembangan kemampuan belajar, motorik dan fisiologis sel-sel saraf. Anemia dapat diatasi dengan zat yang banyak terdapat pada sayur bayam ini. Selain itu zat besi berperan pada proses metabolik seperti penyaluran oksigen ke seluruh tubuh dalam bentuk hemoglobin. Khusus untuk anak dan balita bisa menjadi anak yang sehat dan aktif. 

Makanan dan minuman sumber zat besi. Sumber hewani terdiri dari hati sapi/ayam, ikan, kuning telur, daging unggas (ayam dan bebek), daging merah (sapi dan kambing), udang dan tiram. Khusus untuk minuman adalah susu pertumbuhan yang difortifikasi. Bagi para penghayat vegan, sumber zat besi bisa didapatkan dari kacang-kacangan (kedelai, kacang hijau dan kacang merah), sayuran hijau dan biji-bijian. Gizi yang tidak seimbang dapat menyebabkan defisiensi Besi. Kurangnya asupan zat besi sebesar dua per tiga zat besi dalam tubuh terdapat dalam sel darah merah hemoglobin yang menyebabkan ancaman kesehatan dan penurunan kinerja. 

Kiprah Danone di Indonesia

Danone tidak hanya identik dengan produk makanan. Saya ingat ada Biskuit bulat yang diputar dijilat terus dicelupin. Ada kompetisi menjaring pesepak bola muda dengan Zidane di dalamnya. Seiring berjalannya waktu Danone menghadirkan produk bernutrisi di tanah air salah satunya Susu Pertumbuhan. Biar cantik kayak Afika dan gesit seperti Zinedine Zidane. Menurut Arif Mujahidin selaku Corporate Communications Director Danone-Indonesia ada 4 pilar sebagai strategi dan komitmen untuk menjaga kesehatan planet. Iklim, air, ekonomi sirkuler dan agrikultur. Bertumpu pada hal global itu Danone berupaya memelihara penerapan kebiasaan makan dan minum yang sehat. Planet lestari berasal dari manusia yang sehat. 

Merayakan Hari Gizi Nasional, Danone Indonesia bekerja sama dengan Indonesian Nutrition Association (INA) berupaya memperkuat kontribusinya melalui peningkatan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya nutrisi dan edukasi lintas generasi untuk mewujudkan Indonesia sehat. Ada program webinar yang penuh wawasan menyehatkan. 

Danone untuk Indonesia Sehat

Upaya yang dilakukan Danone SN Indonesia telah meluncurkan program GESID (Generasi Sehat Indonesia) untuk mengedukasi remaja akan pentingnya mengonsumsi gizi seimbang agar terhindar dari masalah nutrisi. Terkait anemia pada anak dan ancaman stunting Danone meluncurkan program Isi Piringku, Ayo Minum Air (Air), Aksi Cegah Stunting dan Warung Anak Sehat. Produk susu pertumbuhan bisa kita dapatkan di toko terdekat atau via daring. SGM Aktif dan Bebelac Go yang diproduksi oleh Danone Nutricia Early Life Nutrition PT Sarihusada Generasi Mahardika. Kebiasaan makan dan kualitas diet yang baik dan benar diharapkan dapat memutus mata rantai anemia. Sehingga Indonesia akan menjadi negara yang sehat dan kuat. Salam Sehat, anti tumbang dengan gizi berimbang. 

Pesan  Khusus dari Danone Indonesia: Jangan Jajan Sembarangan





Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Tak Boleh Donor karena Kurang Darah: Saya dan Anemia "

Post a Comment