Coban Talun: Bumi Perkemahan Sejuta Kenangan di Kota Batu

Berjalan menyusuri jalan setapak membela rerumputan dengan pemandangan pohon pinus di kanan kiri. Itulah gambaran ketika kita ketika masuk di kawasan Coban Talun. Sebuah kawasan yang menyimpan sejuta kenangan bagi beberapa mahasiswa di kampus. Sering diadakan acara outdoor (MK/ospek) di sana, terutama sebelum tahun 2008. Sebab masuk di tahun 2010 sampai ke sini beberapa kampus mengurangi bahkan ada yang melarang diadakan kegiatan di luar kampus. Itulah perlunya saya melakukan napak tilas sekaligus merangkai kenangan pada pinus dengan aroma alamnya yang memukau.

Jalanan Pioner KKA 



Wana Wisata Coban Talun terletak di Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu. Dulu kawasan ini hanya digunakan untuk bumi perkemahan. Kini terus dilakukan pengembangan dan ada wahana baru di sini, Tiket masuk kawasan ini hanya 12 k per orang dan itu belum termasuk parkir. Terhitung saya ke lokasi ini sejak kuliah. Jadi panitia MK inisiasi sebagai korlap pada tahun 2004. Inisiasi tahun 2006 di kampus almamater dan menjadi dosbim pada acara inisiasi tahun 2014 di salah satu kampus negeri di Kota Malang. 

Gerbang Dalam

Kini kawasan wana wisata ini mulai berbenah. Bukan hanya air terjun dan bumi perkemahan saja yang disuguhkan. Ada wahana berbayar dengan beragam varian. Ada Pagupon (10k), Oyot (5k), Apache (10 k), Alas Pinus (5k), Rumah Terbalik (5k), Ayunan (5 k), Taman Bunga (10k). Semua fasilitas terlindung keamanannya. Yang paling mahal Adventure Jeep (400 k untuk 3-4 orang).  Yang paling mahal adalah wisata naik mobil jeep yang menyusuri sungai yang menjadi salah satu hulu sungai Brantas.


Tetap 3M

Tertanggal 1 Mei 2021 mumpung ada tanggal merah artinya waktunya berlibur. Secara spontan saya mengajak keluarga menuju tempat yang dingin. Awal kemarau memang cocok untuk main ke daerah pegunungan dengan pertimbangan akses jalan yang tidak licin ketika bermotor. Langsung motor saya arahkan ke Kota Batu. Bulan puasa tidak mengurangi antusias dan keinginan untuk nostalgia pada jalur hulu sungai Brantas. 

Penambang Pasir Sungai Brantas 


Hari menjelang siang dengan mengingat medan ala kadarnya akhirnya bisa masuk ke area Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu. Jalanan dari alun-alun Kota Batu sudah halus hanya membutuhkan sarana motor yang memadai untuk nanjak. Khusus jalanan desa masih belum berubah dengan segala aktivitas warganya yang sebagian besar menjadi pekebun buah apel dan peternak sapi perah. Tidak heran sepanjang jalan kita melihat aktivitas orang membawa rumput dan orang yang setor susu sapi perahnya di koperasi susu atau pengepul legal di daerah itu. 


Ngadem


Begitu melintas tanjakan terakhir kita disambut oleh sebuah pintu gerbang dengan sebuah pos jaga sekaligus tempat pembayaran loket. Dengan harga yang relatif terjangkau kita akan diberi selembar karcis sebagai tanda masuk sekaligus fasilitas asuransi jika terjadi apa-apa. Jangan kaget saat mengantri tiket kita melihat ada motor yang melintas dengan santai. Tenang aja, dilarang iri. Mereka adalah para pekebun wortel atau pencari rumput gajah dari warga sekitar. Dapat akses khusus keluar masuk melewati pintu gerbang secara gratis tis tis. 

Turunan Jembatan


Tidak jauh dari tempat pos tiket kita langsung diarahkan belok kiri menuju tempat parkir. Dahulu kala tempat ini hanya sebuah hamparan lapangan bumi perkemahan. Kini menjadi area parkir motor dan mobil dengan jajaran warung yang menawarkan wisata kulineran sambil menikmati udara lereng yang jauh dari polusi dan hiruk piruk kendaraan. 

Pemandangan dari Warung


Lokasi pertama yang saya tuju adalah area camp ketika saya menjadi panitia bagian korlap di KKA inisiasi tahun 2004. Menuju jalan turunan di jembatan yang sekarang ada aktivitas penambang pasir. Pasir asli hulu sungai Brantas. Saya naik menuju deretan pinus yang sangat indah. Postingable banget. Karena seperti lorong alami yang ijo royo-royo. Moana sangat senang berada di sini karena udara dingin. Maklum sebagai sesama manusia tidak kuat kepanasan atau berada dalam ruang yang gerah kita berdua sangat menikmati. 

Memanjakan Anak


Setelah puas berada di kawasan pinus kami kembali menuju area awal. Langsung menuju warung untuk jajan seadanya. Si kecil sudah komplain lapar dan haus. Akhirnya ada warung di sudut yang paling ujung dekat sungai. Menyajikan menu berat seperti nasi rawon, nasi pecel dan gorengan yang langsung dibuat dari warung. Harga relatif murah untuk sebuah daerah wisata. 

Rumah Kelinci


Kami kembali berkeliling melihat beragam wahana baru. Karena banyaknya pilihan dengan waktu yang terbatas akhirnya kami memutuskan untuk memilih salah satu wahana saja yaitu wahana Pagupon. Sebuah hotel mini dengan bangunan rumah imut. Wisata buatan ini semacam taman bermain yang menjajikan arsitektur rumah minimalis, rumah kelinci, kolam ikan, kebun, miniatur odol merah dan taman baling-baling. Lumayan cukup menyenangkan untuk orang yang sering ke gunung dan sangat memuaskan untuk anak-anak kecil. Karena waktu semakin sore akhirnya kami memutuskan untuk pulang. Bagi yang ingin menikmati wana wisata ini usahakan berangkat lebih pagi dan ada baiknya membawa perlengkapan camping sekalian menginap di bumi perkemahan yang telah disediakan. 

Bonus Pict: 
Malinowski dan Sepeda Ferum Gang Wesi 



Rumah Pagupon



Bukan di Belanda



Pakan Ikan di jual di Cafe




Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Coban Talun: Bumi Perkemahan Sejuta Kenangan di Kota Batu"

Post a Comment