Acara akhir dari Borobudur Cartoonist Forum (BCF) II adalah lomba ngartun on the spot. Jika pada BCF 2017 menggambar bersama di area wisata Candi Borobudur, kali ini pindah di tempat di Camera House: sebuah wisata atraktif yang penuh visualitas. Ada beberapa hal yang menarik selama BCF II, termasuk dalam serangkaian lomba menggambar yang diikuti oleh para tukang gambar.
Panitia memberikan tantangan kepada peserta BCF II untuk menggambar bebas dengan tema: Pilpres damai, Borobudur dan mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Gambar di buat selama beberapa jam di tempat bebas asal masih dalam area Rumah Kamera.
Pengalaman menggambar on the spot saya dapatkan sejak kecil, saat masih aktif ikut lomba menggambar. Menggambar dengan waktu tertentu dan harus jadi secara sempurna sebelum waktu habis. Teknik yang digunakan bebas dan manual. Kalau kartunis tinta dan spidol adalah kunci utama.
Fokus |
Kala umur bertambah, saat kuliah pernah menjadi duta kampus untuk seleksi lomba kartun strip dalam PEKSIMINAS 2006. Setelah menjadi finalis lomba karikatur untuk PIMNAS saya mendapat mandat mewakili Universitas Airlangga dalam lomba menggambar kartun strip. Lomba berlangsung di Kampus Seni Rupa Universitas Negeri Surabaya sektor barat (Lidah Wetan). Walaupun kalah, ada pengalaman tersendiri bagaimana mengikuti perlombaan menggambar di tempat dalam kurun waktu tertentu dan harus selesai tepat.
BCF II memberi warna tersendiri dengan membuat lomba kartun on the spot. Memberikan pengalaman dan bisa mengintip secara langsung ilmu, teknik dan perilaku menggambar dari masing-masing kartunis tanah air. Cara duduk dan menggambar para kartunis bervariasi dari yang lesehan, sila, tiarap sampai memanfaatkan meja-kursi demi kesehatan dan kelurusan tulang belakang. Karena tidak sedikit dari ngartun menjadi aktivitas utama dari tulang punggung keluarga.
Minggu siang tepat 23 September 2018, para peserta dimobilisasi menuju Rumah Kamera. Hanya cukup membawa alat perang sendiri, karena kertas sudah disediakan oleh penitia dengan stempel khusus. Sebelumnya ada briefing dan pembagian kaos putih sebagai peserta yang legal. Setiap peserta sebelum berangkat mendapat satu name tag dan disuruh untuk menulis nama lengkap dengan kota asal.
Sesampainya di Rumah Kamera tepat pada waktu yang telah ditentukan. Peserta berpencar mencari tempat ternyaman untuk menggambar. Jatah panitia memberi waktu cukup longgar. Padahal secara teknis, dengan ajaib para kartunis dapat memindah ide keresahannya dan kelucuannya ke dalam selembar kertas gambar dalam hitungan maksimal 40 menit. Itu yang saya amati waktu mengikuti lomba ini. Tidak lupa setelah gambar sendiri selesai saya berkeliling untuk melihat secara langsung proses kreatif dari semua peserta.
Gondrong yang menyendiri di atas. |
Karena dikejar waktu, setelah acara menggambar selesai. Saya nebeng mobil rombongan dari Solo untuk kembali ke timur mempraktikan ilmu dan wacana baru yang telah diperoleh selama BCF II. Sampai jumpa pada BCF selanjutnya, semoga lomba ngartunnya semakin seru.
Selamat kepada Para pemenang Ngartun On The Spot BCF II
0 Response to "Ngartun on the Spot: Lomba BCF II "
Post a Comment