Visualitas Humor dalam Kontes Kartun Jawa Tengah Sumringah 2018

"Art objects and art styles can serve as carriers of cultural identity"

Sebuah kartun dihasili melalu proses kreatif yang rumit. Itu sudah terbukti. Beragam ide dan narasi diringkas dalam selembar gambar. Menggambar bagi sebagian orang hanyalah sebuah hobi atau aktivitas meluangkan waktu. Menggambar kartun tidak sekadar hobi, jika mau menekuni dapat menjadi sesuatu yang menghasilkan. Kartun menurut Terence Sack (2008) adalah sebuah gambar humor seri atau tunggal yang menceritakan suatu fenomena atau menyampaikan suatu pesan tertentu. Penerapan kartun bisa pada beragam media:koran, majalah, buku, kalender, company profile sampai film animasi. 

Jawa Tengah Sumringah adalah lomba yang menjadi tindak lanjut Borobudur Cartoonist Forum (BCF) 2018. Pak Ganjar, selaku Gubernur Jawa Tengah membuktikan janjinya. Menciptakan sinergi antara pemerintah daerah dengan kartunis beserta karya kartunnya. Lomba ini diikuti terbuka untuk umum, seluruh kartunis se Indonesia dengan total peserta 142 orang. 

Analisis Visualitas 
Dalam seni barat terdapat lima model estetika: mimesis, representasi, instrumental, emosional dan formalis. Secara keseluruhan karya-karya yang dikirim 142 peserta telah memenuhi setidaknya beberapa syarat pada model esterika di atas. Namun, adanya dewan juri yang terdiri dari kartun dan praktisi visual  terdiri dari Darminto M Sudarmo (kartunis senior dan pemerhati humor dari Semarang), Nurhidayat (praktisi media dari Jakarta) dan Itok Isdianto (pegiat literasi visual dari Jakarta) tentu ada kriteria tersendiri. Kemampuan menerjemahkan ide yang dapat bersinergi dengan gambar menjadi pertimbangan utama penentuan juara. Tentunya setiap karya harus mempunyai dampak emosional yang tidak jauh dari filosofis yang menggelitik, tersenyum sekaligus merenung.  Kabarnya karya-karya para pemenang rencananya dijadikan sebagai ilustrasi kalender Pemerintah Provinsi Jawa Tengah tahun 2019. Inilah salah satu implementasi media kartun untuk berbagai bidang kehidupan, sekaligus pengukuhan lebih lanjut Jawa Tengah sebagai Ibukota Kartun di tanah air. Dewan Juri telah menetapkan beberapa juara dalam Lomba Kartun Jawa Tengah Sumringah., diantaranya: 
Kapal Jawa Tengah (A. Cholid)
Juara pertama diraih oleh Achmad Cholid, kartunis asal Kampung Sampangan, Demak, Jawa Tengah. Sebuah gambar merepresentasikan keadaaan sekaligus harapan Jawa Tengah secara representatif dan komprehensif. Kapal besar menjadi kendaraan bersama yang diharuskan setiap awak dan penumpangnya mempunyai kesadaran bersama untuk mengarungi lautan kehidupan. Kapal besar -Jika dalam ajaran Budha termasuk Mahayana- bermakna kebersamaan yang dalam mmebangun segala bidang. Cholid dengan sangat jeli dapat melihat berbagai bidang yang potensial di Jawa Tengah dari geografis, keberagaman masyarakat, infrastruktur penunjang, pariwisata, Sumber Daya Manusia sampai penegakan hukum dengan keberadaan koruptor yang tidak bisa ditinggalkan. Dipisah namun tetap dibina di dalam kapal besar itu. 
Sego Segawe Rakyat (Sungging P) 
Juara kedu adalah kartun karya Sungging Priyanto, warga Perum Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang, Banten. Secara prinsip estetika, karya Sungging P ini mempunyai kehandalan dalam aspek instrumental dan emosional. Ada kehangatan dan harmoni antara pemimpin dengan rakyat. Pak Ganjar membonceng Semar menyiratkan sinergi atas dasar prinsip saling berbagi antara pejabat dengan punakawan yang tidak lain adalah representasi dari rakyat kecil. Gambar ini lebih ciamik saat jika kita mencermati dialog dalam teks balon kata: "Selamat Datang di Jawa Tengah" dan "Jateng Gayeng Jawa Tengah Sumringah". 
Estetika Tata Kota (Taufiq W) 

Juara ketiga diberikan untuk karya Taufiq Wadjdi, warga Perum Pondok Benda Indah, Pamulang, Kabupaten Tangerang, Banten. Gambar yang merepresentasikan bagaimana suatu tata kota tidak boleh melupakan masa lampau. Kelestarian cagar budaya sebagai situs bersejarah yang menjadi aset budaya. Tampak seorang pelukis yang sedang live drawing pada keramaian, sekitar lingkungan kota dengan bangunan artistektural gaya barat. Namun, pada kanvas pelukis sedang menggambar salah satu cagar budaya di kawasan kota lama Semarang yaitu Gereja Blenduk: Gereja Kristen tertua di Jawa Tengah yang dibangun oleh masyarakat Belanda yang tinggal di kota itu pada 1753, dengan bentuk oktagonal.
Batik Jawa Utara (Ikhsan D)
Selain juara utama, dewan juri juga memilih beberapa juara harapan. Juara Harapan I dimenangkan oleh  Ikhsan Dwiono (warga Jalan Taman Seri Rejeki Semarang). Gambar seorang wanita yang sedang membatik di tepi lautan. Sekilas gambar ini absurd bahkan terkesan surealis. Namun jika ditelisik lebih lanjut. Jawa Tengah, pesisir dan batik menjadi sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Batik menyebar dan dikembangkan secara luar biasa di kawasan pantai utara dari Pekalongan, Tegal, Banyumas sampai Lasem. Melalui proses difusi yang panjang secara kesejarahan. Masyarakat melakukan modifikasi dalam bahan dasar, pewarnaan sampai motif yang tidak meninggalkan sistem nilai yang diwariskan secara turun temurun.  
Literasi Digital vs Literasi Tradisional (Djoko S.) 
Juara Harapan II diraih oleh Djoko Susilo, kartunis dari Bumi Plantaran Kendal, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal. Saat masyarakat berubah sejak perkembangan internet mengalami perkembangan yang masif. Literasi masyarakat beralih dari buku/media cetak menjadi media digital. Fenomena ini sulit terbendung karena suratan jaman. Kesenian tradisional semakinditinggalkantermasuk segala petuah dan filosofi adiluhung sudah dilupakan. Djoko Susilo secara cermat menangkap fenomena ini dengan gambar seseorang -figur Djoko sendiri- yang sedang tersenyum manis berdiri di atas tumpukan smartphone dengan memegang gunungan wayang. Gunungan wayang merepresentasikan kearifan lokal yang dapat menjadi penyelamat eksistensi kebudayaan di tengah arus globalisasi yang tidak terbendung. Pelestarian kesenian tradisional dan lokalitas adalah koentji untuk menghadapi berbagai perubahan. 
Gulung Korupsi (Joko Luwarso)
Juara Harapan III dimenangkan oleh Joko Luwarso. Warga Poltangan, Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Menggambarkan Pak Ganjar yang sedang berjalan sembari menggulung karpet merah. Bayangan siluet khas Jawa Tengah dengan Borobudur, Pegunungan khas Jateng dan Kawasan Kota lama. Karpet merah adalah simbol penghormatan, jalan akses khusus untuk tamu agung. Pak Ganjar dengan sumringah mempersilahkan pihak lain untuk berjalan bersama melewati karpet merah. Ada Investor, pengusaha dan masyarakat. Misi menggulung habis kemiskinan dan korupsi tidak hanya jargon semata, tapi ada upaya dari pemerintah untuk bersinergi dengan investor dan pelaku industri. Semua untuk kesejahteraan masyarakat dalam peningkatan mutu pendidikan, pengembangan SDM dan kewirausahaan. 

Bonus Pict: Karya saya sendiri sebagai bentuk partisipasi pada lomba Kartun Jateng Sumringah. Daerah yang menjadi 'surga' bagi para pemancing di berbagai spot dan segala usia. 
Tua-tua Keladi, Masin Tua berangkat uncal lagi 




Subscribe to receive free email updates:

2 Responses to "Visualitas Humor dalam Kontes Kartun Jawa Tengah Sumringah 2018"

  1. Keren-keren ya karya kartunnya para juara, mas. Dalam banget maknanya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. oleh karena itu karya mereka layak disebut kartun juara...cerdas visualitasnya Mbak Dewi Rieka. Tersenyum sekaligus merenung.

      Delete