Tahun 2015 wisata kartun berlangsung kembali. Secara spontan pada suatu jumat yang terik saya memutuskan menggeber motor menuju kakak seperguruan pendekar kartun gondrong dari kaki gunung merbabu. Nank ngablak. Orang lebih mengenalnya. Terbaru doi punya slogan Mrenges Is Good.
Kadang tak kenal orangnya tapi tahu karyanya. Itulah dunia kartun. Saya juga mempunyai teman kartunis juga bermula dari pengamatan karyanya. Termasuk nank ngablak. Dari Intisari, majalah Bog-Bog sampai rublik Senyum Itu Sehat Jawa Pos.
Sejarah pertemuan saya dengan Nank Ngablak cukup panjang dan berliku, sama seperti rute menuju ke rumahnya yang berada di kaki gunung Merbabu.
Akhir desember 2013 saya pertama kali bertemu dengan tukang gambar berpostur tinggi besar ini. Gondrong dan terlihat galak dari luar, tapi sangat lemah lembut dan baik hati. Pertemuan berlanjut pada april 2014 saat melakukan wisata kartun kembali.
Ngablak yang ber'salju' |
Tahun 2015 saya memutuskan untuk berangkat anjangsana dan sowan pada pendekar gunung. Ada sebuah upeti yang harus diserahkan dalam bentuk Buku Perdana hasil cipta, rasa dan karsa selama menempuh pendidikan di bulak sumur.
Laju motor merah kesayangan terus menderu. Saat melintasi tanjakan terjal di perbukitan menoreh. Rute yang saya ambil kali Ini menjadi rute perdana nan berliku. Wates-Pengasih-Kalibawang-Mungkid-Magelang dan Ngablak. Udara dingin mulai menusuk saat memasuki kawasan kaki gunung Merbabu. Antara lupa-lupa ingat tentunya. Intinya menuju ke arah timur melewati jalan naik turun menuju arah Koppeng. Revo merah sampai terengah, tak kuat menanjak karena belum disetting untuk medan pegunungan. Akhirnya sore itu saya sudah sampai di rumah Nank Ngablak. Ada pemandangan yang berbeda, tidak ada aktivitas warung seperti kunjungan sebelumnya. Setelah beberapa saat uluk salam dan ketok pintu, terbukalahn pintu dan keluar pria gondrong berjaket: Nank Ngablak.
Setelah melepas rindu sesaat, kami berbincang seputar kesibukan dan inovasi apa yang akan dilakukan di tengah periuk kartunis yang mulai berkurang. Kartunis sejati tentunya tidak boleh terpuruk atau menganggap ini sebagai kondisi terburuk. Ini sudah masanya, titi wancine jaman. Semua berubah dan harus berupaya. Malam itu diajak untuk menginap di studio Nank Ngablak yang dinginnya serasa musim salju. Karena ada agenda lain, saya berpamit dan memutuskan untuk kembali ke Jogja kota. Dalam temaram malam, menembus kabut. Revo merah melaju kembali dalam perjalanan paling mendebarkan antara Ngablak ke Magelang karena jarak pandang pendek ditambah lampu sorot yang terlalu lemah untuk melihat jalan, apalagi lubang. Semoga di lain waktu bisa kembali berkunjung dan merasakan sensasi dingin sore lereng Merbabu di tengah kehangatan sambutan Nank Ngablak.
0 Response to "Sapari Kartun (lagi) Wates-Ngablak "
Post a Comment