Warung Komik Jipedes Angkringan Kontemplatif di Kota Malang

Kota Malang seakan tidak akan kehabisan bahan untuk dibicarakan. Tentang tata kota, lubang di jalan yang sekarang telah disulam, kampus, tempat nongkrong dan makanannya. Sebagai kawasan yang kadang para wisatawan plat L atau plat yang lain salah kaprah, tujuan ke selecta namun bilangnya ingin wisata ke kota Malang. Mengenai cangkruk dan literasi adakah tempat di Malang yang dapat mewadahi? 

Mabes Ji Pedes 
Adalah warung Jipedes yang berpusat di kawasan Dieng. Warung  fusion ho -seperti gabungan antara Go ku dengan Krilin dalam Dragonball atau yang terbaru kata Mbah Ngrais ada gabungan antara Cebong dengan Kampret yang menjadi Cebong Bersayap-  berkonsep perpaduan antara angkringan dan warkop. Makan bisa dan ngopi nyangkrung juga monggo. Dalam penafsiran saya Jipedes bisa jadi berarti Aji Pedas. Yang punya warung adalah komikus yang jago main biola bernama Aji Prasetyo. Komiknya berisi gambar-gambar yang membawa cerita yang mencerdaskan. Ada pelajaran sejarah dan kajian kritis di dalamnya. Inilah gabungan antara Larry Gonick dengan antropolog Anna Tsing.  


Cangkrukable
Warung Jipedes menyajikan masakah khas angkringan yang terdiri dari nasi kucing berbungkus daun pisang dan tanpa staples. Dijamin evergreen dan back to nature. Pilihan nasinya juga beragam mulai tempe khas malang sampai menu dasar samudra: Iwak Laut juga ada. Semua dalam porsi imut yang untuk orang seperti saya, tidak satu tapi minimal tiga bungkus. Minuman tersedia mulai dari teh sampai kopi SDM khas Malang. Inilah salah satu cara mengobati rindu Jogja di Malang. Rekor berangkring ria semasa sekolah di Jogja menghabiskan nasi kucing sebanyak 8 bungkus. Itu tidak termasuk puluhan gorengan dan bergelas-gelas minuman. Itu terjadi saat banyak tekanan dari tugas kuliah dan tugas hidup yang lain. Tekanan hidup dapat dilarikan menuju makan dan minum yang banyak. Mabuk juga tidak apa-apa itu pilihan hidup asal tertib dan ingat restu Ibu. 

Jo lali mampir kalau ke Malang
Malam minggu pada awal Juli 2019 saya mampir bersama Tole dan Bundae Tole selepas menjemput dari kantor dekat patung singa. Sebetulnya pada kesempatan pulang ke Malang saya pernah berkoordinasi dengan Mas Aji untuk bertemu, tapi saat itu warung Jipedes masih dalam tahap renovasi. Beliau sedang mendekonstruksi warkop menjadi warkop yang mengenyangkan, penuh tantangan, menampung ekspresi dan kontemplatif. Jadilah Jipedes yang terletak di dekat Toko Buku Togamas. Sebenarnya sejak awal 2012-an di Kota Malang sudah bertebaran warung-warung ala angkringan Jogja. Meski kadang yang punya bukan orang asli Jogja ada yang Kebumen tapi menggunakan tenaga kerja orang Jogja. Apa yang beda dengan angkringan ala komikus Lesbumi ini? Saat pertama masuk saya merasakan aura diskusi yang menarik hati. Pelayanan prima dan ramah. Tidak perlu takut ketlisut karena setiap meja sudah tercatat menu apa saja yang dipesan dalam sebuah nota yang telah tersusun secara sistematif, terstruktur dan rapi. Malam itu saya diterima dengan baik oleh Mas Aji dan bertemu dengan kawan-kawan keren nan sakti. Termasuk orang media yang sekarang menjadi pelatih beladiri yang sempat merantau ke ibukota. Menjadi awak kabin majalah imut yang turut menumbuhkan semangat suka membaca dan menggambar saya: Intisari. Dari sini saya mengenal seni ilustrasi dari tangan handal bernama Anton Nugroho. Dari Intisari pula akhirnya berkenalan dengan kartun humor hingga dapat menjadi bahan penelitian tesis. Semua tidak ada yang kebetulan karena telah diatur oleh Sang Sutradara Hidup. 


Bersama Mas Aji P (Bukan Aji Pedes)
Akhirul kalam berikut adalah testimoni dari Mas Aji:

SAAT KARTUN MAMPU MEMBUAT SEORANG PEROKOK BERAT BERHENTI MEROKOK.

Sejak remaja Roykan Soekartun ingin membuktikan pada orangtuanya bahwa bakat menggambarnya kelak bisa jadi duit. Meskipun kuliahnya di jurusan antropologi, dia tetep ngotot produktif bikin kartun dan dikirim ke media. Suatu kali dia bernadzar, jika kartunnya dimuat oleh Jawa Pos, dia akan berhenti merokok.

Itu nadzar yang berat. Selain karena terlampau sulit untuk bisa lolos seleksi di antara ratusan karya yang masuk di redaksi Jawa Pos tiap minggunya, juga karena dia sudah jadi perokok berat sejak belia.

Tapi tanpa diduga suatu saat karyanya benar-benar dimuat di Jawa Pos. Tanpa banyak pikir, hari itu juga dia buang sebungkus rokok di sakunya dan tidak pernah lagi menyentuh rokok sejak saat itu.

Aku yang masih jadi perokok berat sampai sekarang penasaran. "Sampeyan total berhenti merokok saat itu juga? Tidak pakai cara bertahap?"
"Saat itu juga."
"Sanggup??"
"Sanggup, Mas. Karena buat saya nadzar itu sakral. Itu janji kepada Tuhan. Jika saya langgar, saya takut kena hukuman dariNya."

"wow,..."

Andai saja mereka pun berpikir seperti itu. Iya, mereka yang suka nadzar aneh-aneh itu, lho. Misalnya nadzar akan jalan kaki Yogya-Jakarta, akan potong penis, akan lari telanjang keliling monas, rela diperkosa orang satu pulau dll.

Tuhan saja dikadali. Apalagi yang cuma kita ini?

Terimakasih untuk @roykan, kartunis yang kini karyanya selalu tampil tiap kamis di koran Jawa Pos (mengirim kartun dan belum tentu dimuat-redP. Makasih berkenan mampir di #jipedes
dan berbagi cerita yang inspiratif.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Warung Komik Jipedes Angkringan Kontemplatif di Kota Malang "

Post a Comment