8 Inspirasi Kartun Editorial tentang Buku dan Literasi

“I find television very educating. Every time somebody turns on the set, I go into the other room and  read a book.” – Groucho Marx

Banyak membaca banyak wacana. Membaca buku merupakan garda depan dari perilaku literatif masyarakat. Membaca tidak hanya menjadikan alur berpikir kita menjadi lebih logis, namun dapat menjadi modal masa depan yang lebih baik. Membudayakan membaca dapat dilakukan dengan beragam cara, salah satunya menggugah kesadaran dengan cara canda visual melalui kartun. Mengutip definisi antropologis ala Dr. Mark Hobart bahwa kartun merupakan bentuk seni yang berbeda, mampu membuat situasi kompleks menjadi elemen yang sederhana. Keunikan dan kesederhanaan inilah yang menjadikan kartun sebagai sarana termudah yang mampu mengubah cara pandang, cara memahami dunia dengan menekankan aspek yang biasanya sulit ditemukan orang banyak. Berikut adalah kartun editorial seputar buku yang dapat menjadi inspirasi dalam mengembangkan budaya literasi khususnya dalam budaya literasi keluarga karya kartunis handal dari berbagai negara yang saya sarikan dari situs irancartoon.com:

1. Membaca menjadi penerang dunia 

Buku dan Cahaya karya Mojtaba Heidarpanah-Iran
(Sumber: irancartoon.com)
Kartun karya Mojtaba Heidarpanah menyadarkan kita semua bahwa orang yang rajin membaca buku adalah orang yang beruntung. Tidak hanya mempunyai pengetahuan yang luas, namun dapat menjadi cahaya di tengah kegelapan. Itulah mengapa pula R.A Kartini membuat sebuah judul yang fenomenal, "Habis gelap terbitlah terang". Terang didapat dari pengetahuan. Terang didapat dari membaca. Cahaya pemikiran yang berbeda dengan layar LCD gawai digitalmu yang hanya bertahan selama 8 jam. Ini cahaya yang akan selalu terang sepanjang masa. 

2. Buku membawa pesan 

Pesan digital dalam botol karya Joanna Wasiak -Polandia
(Sumber: irancartoon.com)
Era siber membawa banyak perubahan cara hidup termasuk pola literasi masyarakat. Digital semakin diminati, di lain pihak buku fisip semakin ditinggalkan. Orang lebih menyukai bahan bacaan dari gawai mereka. Kata-kata dalam buku dianggap terlalu panjang dan membosankan. Efek teknologi cepat yang membuat pola pikir dan mentalitas ingin sesuatu yang lebih praktis. Secara cerdas Joanna Wasiak menggambarkan posisi buku saat ini seperti pesan dalam botol yang terombang ambing tak tentu arah. 

3. Buku dalam era virtual 
Beda Kecepatan karya  Mahmoud Azadnia - Iran
(Sumber: irancartoon.com)
Mahmoud Azadnia membuat analogi cerdas untuk membandingkan kehidupan dan akses literasi dalam dua sisi. Digital dan virtual yang meloncat gesit bagai kelinci. Manual yang diibaratkan lamban seperti kura-kura. Sebuah perumpamaan yang beralasan. Namun jika ditelusuri lebih jauh, umur kura-kura lebih lama daripada umur kelinci. Bacaan buku manual lebih awet daripada bacaan digital yang tergantung pada sistem. Pengarsipan buku manual walau lamban tapi lebih tertata dan tahan lama. Resiko kemungkinan pada jamur, rayap, hewan pengerat dan bahaya bencana alam. Sementara jejak digital hanya pengarsipan yang cukup beresiko, jika ada virus semua file bisa terhapus. Saat sistem maintaince tanpa back up data yang kuat dikuatirkan semua bisa sirna. 

4. Kedalaman literatif dalam sebuah buku 
Buku itu.. Jugoslav Vlahovic -Serbia
(Sumber: irancartoon.com)
Ada yang bilang baca buku harus cepat sampai ada pihak yang membuat seminar sekaligus pelatihan membaca buku kilat. Jika bisa membaca dengan mendalam untuk apa membaca seperti sedang dikejar-kejar. Buku itu seperti es campur, perlu dinikmati pelan-pelan semua isinya sampai tetes terakhir. Jugoslav Vlahovic menggambarkan ujung kuning pada atas buku hanya sebagai pengantar awal. Lebih ekstrimnya ringkasan pada sampul. Tak mungkin kita bisa tahu isi sebuah buku secara menyeluruh jika hanya membaca ringkasan belakang saja. Ada bagian demi bagian yang harus diselami secara mendalam. Itulah kenikmatan membaca sebuah buku secara sistematis, terstruktur, masif dan komprehensif. 

5. Buku adalah jendela dunia 
Buku Jendela Semesta karya Valentin Georgiev - Bulgaria
(Sumber: irancartoon.com)
Optimalisasi otak kanan yang berisi fantasi dan ide liar bisa dilatih dengan kebiasaan membaca buku. Kata demi kata mengantarkan fantasi itu menurut Band Efek Rumah Kaca (ERK). Tidak salah jika ada sebutan buku adalah jendela dunia. Dengan sempurna kartunis Valentin Georgiev menggambarkannya dengan selembar kertas yang menggulung sudah menujukan dunia luar angkasa tanpa batas. Itu masih selembar halaman. Belum pada halaman lain yang ada berlembar-lembar. Tentunya akan ada jendela-jendela dan fantasi-fantasi yang lain. Itulah perlunya dalam rumah kita melakukan gerakan membacakan buku untuk anggota keluarga yang masih butuh pendampingan dini secara intensif. Salah satu solusinya adalah gagasan satu rumah satu rak buku

6. Buku dan Facebook
Face dan Book karya Mahmoud Nazari - Iran
(Sumber: irancartoon.com)
Gawai sudah menjadi benda penting yang tidak pernah lepas dari penggunanya untuk berkomunikasi secara virtual. Dunia maya dengan segala aksesnya memberi kebebasan penuh termasuk dalam berinteraksi dengan sesama melalui media sosial. Sahabat bisa didapat dari media sosial, demikian juga sebaliknya karena interaksi dalam dunia maya dapat menimbulkan permusuhan bahkan masalah yang jauh lebih buruk. Menyadari realita yang terjadi kartunis Mahmoud Nazari membuat kode perilaku yang amat cerdas sebagai solusi penggunaan media sosial yang berlebihan dan dibuat secara seimbang. Keseimbangan dan sinergi antara bacaan virtual dengan bacaan buku fisik. Diharapkan juga menyeimbangkan pergaulan dengan sahabat di media sosial dengan pihak terintim dalam hidup kita: sahabat keluarga

7. Membaca adalah proses dialektika
Diskusi Bilateral karya Saeid Farhangian - Iran
(Sumber: irancartoon.com)
Ada beragam tipe orang membaca: membaca dengan diam hanya dibatin, membaca dengan dilafalkan dan membaca dengan mencatat. Saya termasuk tipe pembaca jenis pembatin dan pencatat. Kadang ada hal yang perlu dicatat, divisualkan untuk menjadi narasi yang lebih mudah dimengerti. Saeid Farhangian membuat gambar pembaca buku dalam lingkup bayangan yang saling berinteraksi. Itulah alam bawah sadar kita yang dapat membawa sebuah diskusi dengan secara kontemplatif saat kita mencerna kata demi kata dari sebuah buku yang kita baca. Banyak membaca artinya prosees diskursus akan terus berlanjut dan semakin terasah. 

8. Beda karena membaca

Wacana yang tak tertundukan karya Mehdi Azizi | Iran
(Sumber: irancartoon.com)
Tuhan menganugerahkan segala perbedaan untuk dihargai. Berdampingan dalam sebuah harmoni antar sesama. Perbedaan pandangan didapat dari daya pikir, logika dan instuisi yang didapat tidak melalui proses penyeragaman. Proses panjang yang kaya akan penyerapan wacana. Jika disekeliling anda terdapat satu dua orang yang dianggap berbeda secara pemikiran, idealis dan ngeyelan. Bisa jadi dia beda karena beda pemikiran dengan kita. Semestinya kita melihatnya sebagai introspeksi diri bahwa wacana yang kita serap dan kita tebarkan pada yang lain belum tentu sepenuhnya baik. Kartunis Mehdi Azizi menggambarkannya dengan sangat sempurna. Membaca membuat orang menjadi berbeda dan inovatif. Salam Literasi.



"the set of abilities and skills where aural, visual, and digital literacy overlap.
These include the ability to understand the power of images and sounds, to recognize and use that power, to manipulate and transform digital media, to distribute

them pervasively, and to easily adapt them to new forms" 


                     Definition of twenty-first century literacy offered by the New Media Consortium (2009)
  


#budayaliterasi
#marimembaca
#buku
#sahabatkeluarga


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "8 Inspirasi Kartun Editorial tentang Buku dan Literasi "

Post a Comment