Jadul Mantul Rhoma Irama

Juni akhir tahun 2019 selepas pilpres tayangan televisi kembali masa sebelum gegap gempita tahun politik. Tidak sengaja sambil menata peralatan pancing karena air pasang agak malam saya menyalakan tivi di kos. Model flat yang remotenya rusak. Harus berjuang ceklak ceklik tombol belakang layar. Terhenti sejenak di channel yang dulu stasiunnya menjadi tempat bimbel gratis jaman SD, Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) yang sekarang menjadi tivi EmEnC si tivi dangdut. Sepersekian detik saya mengenali suara ini, latar musik dan tentu saja gaya khas aktornya. Rhoma Irama. Wah iki bakal jadi penunda mancing malam. 




Ingatan kembali pada kenangan masa kecil, masa hiburan di desa masih sangat terbatas. Pada musim bediding diajak Mak melihat layar tancap yang digelar di tambak yang mengering. Tidak ada panggilan, “pintu teater satu telah dibuka...gak atek karcis-karcisan”. Gratis.Tak atek pop corn, adanya suket teki dan jangkrik di sekitar rekahan tanah yang retak karena kekeringan. Nek doyan jangkrik mentah yo pasti warek. Larut dalam ingatan masa durung sunat, pancing saya taruh dan terbius di depan tivi sampai film blockbuster Rhoma Irama bertagar #jadulmantul selesai. Tidak jadi berangkat mancing malam di Jagir. 

Generasi hari ini mungkin lebih kenal film-film box office yang rela antri tiket atau booking tiket jauh-jauh hari. Urusan film nasional sebatas film populer remaja kekinian. Lain dengan arek ndeso pra milenial seperti saya. Dibesarkan pada masa orba, orde baheleu. Tanpa kuota, gadget, gak bingung paketan..kalau ke warkop pertanyaannya “Cak gak ketok bapakku toh” maklum ngopi sambil bersembunyi merokok walaupun itu sebatas utis. Ngenes pokoke. 

Kalau anak kota pada masa itu mengandalkan biosko. Lamongan punya Garuda dan LI. Surabaya ada bioskop Simo Rukun cedak pasar yang tidak mungkin lekang dari ingatan. Berposter lukisan manual dengan gambar yang menggairahkan khususnya film panas. Sepanas nonton di dalamnya karena tanpa AC. Sementara anak desa hanya mengandalkan layar tancap dan pertunjukan video kaset kotak gedhe kalau kebetulan ada yang punya hajat sebagai hadiah hiburan selepas slametan. Nonton outdoor resiko masuk angin urusan belakangan. Layar putih bergoyang kala kena angin. Satu televisi ukuran 21 inci sing nonton wong sak dusun. Khusus hiburan video ada tiga sesi, sore film action pokok gelut dan tembak-tembakan. Menjelang tengah malam, ganti film panas. Gairah malam, selir the series sampai hapal bintang film Reynaldi dan Shally marcelina. 

Kembali pada film Ma Rama (translate bebas ala bahasa Tretan Dibi untuk Rhoma Irama) tidak ada kata bosan walau nonton ping satus jaran. Hal serupa juga berlaku ketika melihat film Warkop DKI, horor Budhe Suzanna dan Bang Sabeni. Bisa mengulang hiburan di masa lampau dan melihat kondisi kota besar pada era 80-90an. Yang paling menarik, saat mengambil gambar di keramaian dijamin banyak orang melihat dari pinggir jalan. Koyo nontok wong kecelakaan. 

Bapakku beli kaset pita album soneta berjudul Menggapai Matahari. Ada gambar Rhoma membawa gitar berkaos angsang warna hitam karo kringeten mungkin habis finish gerak jalan Mojosuro. Hampir semua lagu dalam kaset rekaman dimainkan dalam filmnya. Menggapai Matahari, Darah Muda, Cinta Segitiga, Bunga Desa, Camelia, Pengabdian, Perjuangan dan Doa adalah judul film Wak Kaji Rhoma yang sering hilir mudik di stasiun tivi yang dimiliki pengusaha kelas mbois ini. Yang membuat salut dari program nostalgia ini adalah ketika adegan nyanyi tidak terpotong iklan dan ada teks ben gak bingung walau sak jane wis apal diluar kepala.  

Dari semua film, yang paling bagus menurut saya adalah Cinta segitiga. Ceritane paling nggateli. Cinta Segitiga antara Rhoma, Rika alias Dina da Kak Dendi. Kak Dendi jadi arsitek, Rhoma penyanyi dan Rika arek les-lesan jahit (mengingatkan Zaenab dalam Si Doel Anak Sekolahan) yang menjalin kasih dengan Rhoma. Akhirnya orang tua lebih memilih menjodohkan Rika dengan Kak Dendi tanpa ketahuan Rhoma. Demi menjaga perasaan orang tua Rika mau menikah asa berganti nama menjadi Dina. Rhoma kebeldosan sesuatu pas konser sampai jadi tuna netra dan yang merawat adalah Dina alias Rika pacare dewe. Ini film Rhoma tanpa adegan gelut ala Bruce Lee. Tanpa pukul-pukulan tapi ceritane njejeg telak di hati. Atauww. 

Jaman SD ada teman tetangga dusun yang jadi ABRI (Anak Buah Rhoma Irama). Sangat terobsesi Rhoma dalam segala bidang baik materiil maupun spirituil. Bagi doi Rhoma adalah figur yang mempesona. Sampai gaya diksi dan konten omongane penuh dengan nada dan dakwah. Padahal saat itu kita masih duduk di sekolah dasar. Umur piyek tapi wis iso romantis. 

Berdasarkan analisis cocoklagi saya ada beberapa hal yang menarik dari film Rhoma Irama yaitu Kalung Tasbih yang dikenakan dengan ukuran pas pernah mencoba meniru tasbih e kegeden malah koyo film shaolin, Nyanyi di segala suasana kadang di taman ada juga yang di kamar,Panggung konser menyerupai gua mungkin seperti itulah jaman mesolitikum kalau pentas seni agustusan, Saat konser penonton royokan dishooting kamera, Pacaran dengan ketemuan janji di taman (kelingan ceritaku nang pasar malam alun-alun), dan Joged kendangan klasik ala goyang dangdut nyel. Jika ada yang lain silahkan tambahkan dalam batin masing-masing. 

Alur logika dalam jalan cerita pada kebanyakan film Rhoma juga tidak jauh berbeda. Rhoma Irama plus Soneta Band, penyanyi dan band yang sedang naik panggung, nek naik daun koyo uler. Pucuk pucuk pucuk. Rhoma pacaran dengan anak SMA atau anak les-lesan, dari les jahit sampai les privat piano. Ingat Pak Guru not ini apa namanya?. Konflik dari keluarga ada pula persaingan antar grup band beda aliran. Intrik dan segala hal yang menimbulkan Rhoma marah. Seperti membunuh kucing kesayangan Rhoma, menyakiti Ibu Rhoma sampai rudo pekso gendakane Rhoma yang berujung duel maut ala Bruce lee. Polisi datang dan ditutup dengan menyanyi atau menggendong ceweknya berjalan ke ujung senja sampai muncul kata SEKIAN. Tulisan ini yo sekian.

Artikel asli sebelum tampil di dnk.id pada 16/7/2019

https://dnk.id/artikel/roikan/menyukai-rhoma-irama-bukan-soal-ideologis-tapi-dna-htV4a 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Jadul Mantul Rhoma Irama"

Post a Comment