Buku, Tole dan Toli |
Peran tambahan orang tua di era digital
dalam mendidik anak adalah mutlak harus melek teknologi. Pola asuh yang
diterapkan pada generasi milenial harus disesuaikan dengan perkembangan
teknologi dan informasi. Orang tua perlu memahami internet beserta seluk
beluknya dan mengajarkan penggunaannya kepada anak secara bijak. Orang tua era
digital juga harus mampu memilah dan memilih yang baik dan menerapkan apa yang
diserap dari media.
Buku Semakin
Ditinggalkan
Bagaimana fakta konsumsi media oleh
generasi muda kita? Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) pada
tahun 2016 merilis data pengguna internet di Indonesia sekitar 80-100 juta.
Berdasarkan usia pengguna internet yang berumur 15-40 tahun mencapai 68 persen.
Sementara di bawah 15 tahun sebanyak 10 persen dan sisanya pengguna umur 40
tahun ke atas. Data terbaru yang dirilis oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa
Internet Indonesia (APJII) pengguna internet terbanyak ada pada usia 15 hingga
19 tahun. Sementara itu, pengguna terbanyak kedua berada pada umur 20 hingga 24
tahun. Anak-anak berumur 5 hingga 9 tahun pun juga menggunakan internet, bahkan
mencapai 25,2 persen.
Pada tahun 2015 Badan Pusat Statistik (BPS)
melakukan survei tentang perbandingan konsumsi media dengan kegiatan membaca
dalam keluarga, 91,47% anak usia sekolah lebih gemar menonton televisi dan
13,11% suka membaca. Data ini kemungkinan berubah sebab televisi hari ini
terkalahkan oleh fasilitas gawai dalam bermain game daring, bermedia sosial dan
menyaksikan Youtube.
Penulis pernah melakukan tanya jawab secara random pada beberapa siswa-siswi
SMP dan SMA di Surabaya terkait cita-cita. Tidak sedikit siswa yang
bercita-cita ingin menjadi desainer,
programmer/web
developer, pembuat game daring
dan Youtuber.
Adanya internet memberi banyak inspirasi yang menggeser orientasi cita-cita
konvensional seperti menjadi dokter, insinyur dan pilot menjadi youtuber/vlogger dan
pekerjaan berbasis daring lainnya.
Kemajuan teknologi khususnya internet
seharusnya diarahkan tidak sekadar hiburan tapi untuk kepentingan edukasi dan
media pendukung tumbuh kembang anak. Melalui pembelajaran dalam rumah berbasis
teknologi informasi yang relevan dan berkelanjutan. Literasi media digital
dapat menjadi media pendukung pembelajaran, teman bermain dan belajar yang
efektif pada era digital dalam keluarga milenial. Agar optimal diperlukan
pendampingan dari orang tua senantiasa diperlukan sehingga paparan media dan
perangkat daring maupun luring dapat memberikan manfaat positif.
Pengoptimalan Ruang Keluarga
Keluarga adalah pioner dalam pendidikan
anak. Perannya sebagai pendidik pertama dan utama bagi pembentukan pribadi dan
karakter anak. Pada era digital orang tua melakukan pendampingan dan
menyelaraskan penggunaan internet dan buku. Perlunya konsensus dalam rumah
adanya area yang khusus untuk membangun kedekatan antar anggota keluarga. Ada
beberapa langkah nyata mewujudkan positive
parent-child relationships. Rutinitas makan malam dan kumpul
bersama dalam ruang keluarga perlu digalakan demi membangun kehangatan dalam
keluarga. Kedekatan diantara anggota keluarga menjadikan iklim belajar dalam
rumah kondusif.
Merujuk pada Chip Donohue dalam buku
berjudul Family
Engagement in the Digital Age (2017) bahwa keluarga sebagai
bagian dari pembelajar sejati (families
as lifelong educators) yang berpengaruh pada pola asuh dan masa
depan anggota keluarga khususnya anak. Seyogianya iklim belajar yang nyaman
dimulai dari dalam rumah. Bila perlu diberlakukan zona literasi, area khusus
untuk membaca, menulis dan fokus belajar termasuk mengerjakan tugas
sekolah.
Orang tua juga bisa memanfaatkan zona ini
untuk menyelesaikan pekerjaan kantor. Area ini dapat menjadi semacam family coworking space atau
ruang kerja bersama berbasis keluarga. Semua berpadu dalam satu ruangan yang
dapat saling berdiskusi sembari berkarya. Semua dapat mengerjakan aktifitas
literasi masing-masing tanpa melupakan pengawasan dari orang tua. Perlu
komitmen bersama untuk tidak menggunakan ruang kerja bersama untuk game dan bermedia
sosial, tapi diupayakan untuk kegiatan literatif yang produktif.
Zonasi yang diberlakukan dalam rumah
merupakan upaya penanaman disiplin dan kebersamaan yang produktif sejak dini.
Salah satu cara mewujudkan rumah yang menyenangkan merujuk pada tata ruang
dalam rumah sebagaimana gagasan oleh Bruce Feiler dalam buku berjudul The Secrets of Happy Families (2013)
terdiri dari ruang individu, ruang berbagi dan ruang publik. Sarana literasi
secara umum dapat ditempatkan pada ruang bersama (shared and public space). Pembiasaan
membaca dalam rumah menjadi salah satu implementasi dari Budaya Literasi
Keluarga (BuLiKe).
Zonasi literasi dalam rumah merupakan upaya
menciptakan produktivitas dalam keluarga yang dapat dipadukan dengan
pemberlakuan jam belajar keluarga. Orang tua mengakomodir keinginan anak dengan
memberi kebebasan yang bertanggungjawab. Alihfungsi ruang keluarga terjadi
ketika penggunaan internet semakin masif dalam rumah. Kebersamaan dalam rumah
tercerabut sejak masing-masing anggota keluarga sibuk dengan perangkat
gawainya. Hal ini dapat diperbaiki. Ruang keluarga dan pola makan perlu
direvitalisasi dengan pengoptimalan dan pendayagunaan secara afektif dan
literatif. Harapannya minat baca terbangun dan kehangatan dalam rumah semakin
terjalin.
0 Response to "Menggagas Zonasi Literasi Keluarga"
Post a Comment