Balada Tukang Gambar

"Ala gambar seperti itu saja mahal banget" Itulah kata-kata yang sering dialami oleh para ilustrator. Sebuah pesan yang getir dan dapat merusak mood menggambar. Desain Gratis Banyak Maunya, Bayar Semampunya. Sebagaimana gambar yang dibuat oleh kawan ilustrator sebagai berikut: 



Menjadi manusia yang diberikan anugrah dapat menggambar adalah spesial. Di sisi lain dianggap membuat anak asyik dengan dunianya sendiri, di sudut lain menjadikan seorang anak dalam pelajaran khususnya seni rupa. Saya mulai senang menggambar semenjak duduk di sekolah dasar. Jika ada lomba menggambar akan menjadi pihak yang dihubungi oleh sekolah untuk menjadi perwakilan. Atlet gambar sekolah istilahnya. Demikian juga saat ada pekerjaan sekolah yang menghadirkan kecekatan memainkan alat gambar. Pernah pada suatu hari dipanggil untuk membantu menggambar untuk relief, gambar bermedia tembok dengan bahan semen yang masih basah.

Lain lagi ketika masa SMP-SMA sudah senang menggambar untuk berbagai keceriaan dengan sesama melalui majalah dinding dan majalah sekolah. Menjadi ilustrator saat itu sudah menyenangkan banyak orang. Tapi masih kalah pamor dengan penggiat ekskul anak band atau basket. Vokalis atau gitaris band dan atlet basket sekolah adalah idola. Beda dengan tukang gambar, dianggap siswa seniman.

Hingga masuk masa kuliah, menggambar masih berlanjut bahkan mengarah kepada totalitas. Menggambar dapat menjadi salah satu pilihan dan sandaran hidup. Apakah harus berkuliah di bidang seni atau jurusan lain yang relevan? Belum tentu. Karena saya kuliah di FISIP tapi fantasi ilustrasi di fakultas berwarna orange ini kian meletup-letup. Hingga ada beberapa tawaran untuk membantu ilustrasi atau sekadar sketsa wajah untuk kado ulang tahun pacar teman. Sejak itu mulai sadar bahwa hobi bisa menghasilkan hingga pada tahun 2006 saya memutuskan untuk menjadikan seni kartun sebagai pilihan dan sandaran hidup.

Menerima order menggambar dengan beragam karakter pemesan. Ada yang menjadi konsumen yang penurut, pesan jadi bayar. Ada pula yang konsumen penuntut, banyak tuntutan dan revisi kanan kiri secara brutal. Ada pula konsumen yang negoisator, segalanya dinego karena dianggap menggambar adalah pekerjaan yang mudah...tinggal corat coret dan jadi. Tentu tidak semudah itu Ferguso, tidak semudah itu Bambang. Menggambar butuh proses, ide kontemplasi sampai pencarian teknik yang khas. Itulah balada menjadi seorang tukang gambar. Jika minta gratis, cukup kasih kertas dan alat gambar kita suruh menggambar sendiri. Seni itu untuk dihargai, tidak hanya semata demi uang tapi untuk diapresiasi proses kreatif. 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Balada Tukang Gambar "

Post a Comment