Sepur MRT di Jakarta Malam yang Santuy

16-17 September 2019 atas undangan dari Bekraf saya datang kembali di Jakarta. Sebuah kota yang lebih tepatnya disebut provinsi yang terlalu 'sadis' untuk dijadikan sandaran hidup, namun terlalu manis untuk dikenang. Oleh seorang sahabat yang fans berat dangdut koplo dan dakwah kocak: Sipin, saya diajak naik sepur bawah tanah atau MRT. "Sudah pernah naik MRT belum?" saya jawab belum. Kebetulan kami menginap di hotel yang sama (Century Park Hotel) dengan acara yang berbeda.  Malam itu bisa reuni tipis-tipis sambil menikmati MRT dan berfoto di air mancur Bunderan HI. 

22:30 WIB


Mass Rapid Transit Jakarta atau lebih dikenal dengan MRT adalah angkutan umum baru di Jakarta. Kereta bawah tanah ini dianggap sebagai solusi termutakhir mengurangi kemacetan. Pengalaman perdana yang sensasional. Sedikit terasa sepi karena sengaja kami naik MRT di atas pukul 22:00 WIB.

Pintu Terowongan Depan GBK


Dilansir dari situs resmi MRT bahwa Rencana pembangunan MRT di Jakarta sesungguhnya sudah dirintis sejak tahun 1985. Namun, saat itu proyek MRT belum dinyatakan sebagai proyek nasional. Pada tahun 2005, Presiden Republik Indonesia menegaskan bahwa proyek MRT Jakarta merupakan proyek nasional. Berangkat dari kejelasan tersebut, maka Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mulai bergerak dan saling berbagi tanggung jawab. 

Tangga dan Lorong

Proyek MRT Jakarta dimulai dengan pembangunan jalur MRT Fase I sepanjang ± 16 kilometer dari Terminal Lebak Bulus hingga Bundaran Hotel Indonesia yang memiliki 13 stasiun berikut 1 Depo. Untuk meminimalisir dampak pembangunan fisik Fase I, selain menggandeng konsultan manajemen lalu lintas, PT MRT Jakarta juga memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal). Pengoperasian Fase I akan dimulai pada tahun 2019.

Bersama Mas Bakul Karcis

Saya dan Sipin menjajal MRT dari stasiun GBK. Malam itu kami seperti Kura-kura Ninja kerena harus menuju pemberhentian yang terletak di bawah tanah. Salut dengan teknologi canggih yang membuat terowongan membelah jalanan ibukota dari bawah permukaan. Kereta super wuss yang sepanjang perjalanan tidak terlihat lagi pemandangan hamparan sawah yang menguning, bukit yang mulai gundul dan jalanan aspal beserta para pelintasnya. 


Pintu Masuk Berpalang

Karena baru pertama naik, dan tidak membawa kartu Brizzi saya dipinjamkan kartu khusus untuk penumpang. Sistem tanpa uang tunai mengharuskan menggunakan kartu e-money. Kartu ini hanya dipinjamkan dengan teraktivasi saldo yang nantinya akan dibalikin jika kita meninggalkan stasiun. 

Pintu Kemana Aja

MRT yang jalan sekarang adalah bagian awal dari rangkaian fase-fase panjang ke depan. Fase I mendapat dukungan dari Japan International Cooperation Agency (JICA) melalui kerja sama Pemerintah Indonesia dan Jepang. Ke depannya, pembangunan fase II yang menghubungkan Bundaran HI dan Kota juga akan didukung oleh Pemerintah Jepang.

Rute dan Peta

Dengan layanan MRT Jakarta yang tepat waktu, masyarakat dapat membuat perencanaan terhadap kegiatan sehari-harinya. Kualitas infrastruktur dan layanan yang diberikan juga membuat masyarakat saat ini bisa teratur, tertib, antre, disiplin, dan nyaman ke tempat tujuan. Walaupun masih dalam trayek terbatas, kereta ini dapat menjadi pilihan moda transportasi umum yang cepat, anti macet. Membuat badan sehat karena naik turun tangga yang terjalnya seperti naik gunung Argopuro via Bremi. Dan yang penting kereta ini dapat menjadi referensi untuk shooting film horor ala Zombie. 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Sepur MRT di Jakarta Malam yang Santuy"

Post a Comment