9 Cerita Asyik dari Apresiasi Pendidikan Keluarga 2019

Jumat pagi di lantai dingin Rumah Sakit Umum Dr. Soegiri Lamongan saya menerima kabar baik ditengah keprihatinan menjaga Emak yang saat itu sedang opname. Tahun ini blog etnokartunologi masuk nomine lomba jurnalistik Pendidikan Keluarga Kemendikbud 2019 dengan naskah "Gerakan Literasi Satu Rak Rumah Satu Rak Buku". Keberangkatan ke Ibukota sudah di depan mata. 

Jika merujuk pada Apresiasi Pendidikan Keluarga 2018 ada beberapa hal yang berbeda. Peserta tahun ini terkesan serius, mengingat keterbatasan jumlah. Saya mengamati wajah-wajah tegang dalam ruangan, semacam akan berlangsung UAS atau ujian skripsi.  Dulu lomba Jurnalistik hanya Feature, Opini dan Blog. Tahun 2019 ada kategori Vlog, pemenangnya seorang Vlogger dari Sulawesi: Yonard 'Ironman' yang mengenalkan Budaya Literasi Keluarga secara musikal. Setelah mendengar pengumuman pemenang tahun ini saya menyabet pemenang harapan. Juara berapapun yang penting senang. Tidak lupa saya haturkan selamat khususnya untuk blogger juara semua peringkat termasuk para pemenang Harapan. Postingan kali ini saya akan berbagi cerita asyik selama mengikuti kegiatan Apresiasi Keluarga tanggal 5-7 November 2019 di Hotel Menara Peninsula Jakarta. 

1. Kehadiran Pak Jendral 

Pak Guru Wiranto 
Adalah Pak Wiranto, seorang Guru Seni Budaya asal Jawa Tengah yang dengan kolom opini tentang pensil warna telah mengantarkan menjadi Pemenang Harapan Kategori Opini. Beliau sejak awal acara menggunakan blangkon Jawa dengan duduk santuy menyimak rangkaian acara. Dari balik ketenangannya menyimpan selera humor yang tinggi. Saat saya ajak kenalan "Namanya Siapa Pak?" beliau menjawab: "Wiranto". "Lho sudah sembuh Pak?" dijawab dengan santai:"Sudah, saya kan sakti". Rupanya beliau juga mengikuti berita dalam negeri terkait peristiwa penusukan Jendral Wiranto. Tidak disangka juga beliau juga kartunis yang pernah mengirimkan kartun untuk rublik Senyum Itu Sehat kartun minggu di Jawa Pos. 

2. Mak Cut dan Bawang dari Layar

Orang Tua Hebat dari Aceh 
Saat momen orang tua hebat di panggung kehormatan Balai Kartini ada yang menarik perhatian dari semua hadirin. Cerita inspiratif dari Aceh, tentang Mak Cut seorang Ibu luar biasa dari tanah kelahiran Cut Nyak Dien. Buta huruf tapi berkorban jiwa raga demi anak-anaknya dapat melanjutkan sekolah. Cerita ini makin dramatis saat diputarnya video profil singat Ibu yang sehari-hari berjualan sayur (welijo) ini. Air mata spontan menggenang di pelupuk mata saya saat adegan pesan dari anaknya yang sedang sekolah di luar negeri. Sampai spontan dalam saya mbatin, "Siapa yang menaruh bawang irisan dalam slide ini". Seluruh hadirin rata-rata tertegun dengan mata yang basah, namun berbinar. 


3. Mug Cantik
Bisa Buat Ngopi 
Jika dalam acara yang sama para nomine yang diundang mendapat payung warna merah, tahun ini mendapat payung dengan warna orange. Terima kasih panitia yang telah mengerti bahwa musim hujan telah tiba dan perangkat memancing saya bertambah. Kini bisa berganti warna merah atau orange. Saat ada teman pemancing mencari saya yang sedang khusuk di pinggir sungai di tengah rintik hujan romantis. Saya biasanya memberi petunjuk:"Seberang sungai payung warna merah berlogo ada bintang dengan lingkaran di pinggirnya." kini bisa memberi petunjuk "Seberang sungai bro berpayung warna orange".

Tole dan Payung Merah Sahabat Keluarga (lokasi Telaga Uwok Malang)

Tidak hanya itu panitia memberikan bonus satu mug cantik yang bisa untuk teman minum kopi dengan logo sahabat keluarga. Tidak perlu lagi kuatir akan bahaya laten kekurangan kopi. Sekali lagi terima kasih kepada panitia yang sudah sangat mengerti para penggemar kopi. 

4. Buku Ekslusif  4 in 1

Malinowski dan Moana Mengamati Fotonya
Tulisan dan karya semua nomine pada Apresiasi Pendidikan Keluarga 2019 dirangkai dalam satu buku dengan kemasan dan tata letak yang ciamik. Jika pada tahun sebelumnya satu kategori lomba satu buku, kali ini semua kategori terangkum dalam satu buku lengkap dengan keterangan pemenang dan gambar tampilan depan dalam website. Ada kategori Feature, Opini, Blog dan Vlog. Semoga tahun depan bisa menggunakan teknologi nirkertas dengan tablet custom berisi kumpulan tulisan dan video berbasis multimedia yang menayangkan naskah digital dari para nominee. Biar sesuai aplikasi dan visi misi Mas Menteri. 

5. Sabuk Rusak 


Tenun Ikat Lombok adalah Solusi
Tanggal 5 November 2019 saat sesi pembukaan yang dihadiri banyak orang, saya mendengar seruan. "Yang dari kategori blog coba berdiri". Malam itu saya terhuyun-huyun untuk berdiri. Bukan karena kepala tidak imbang karena sebotol anggur cap orang tua tapi ikat pinggang saya yang kurang optimal. Berdiri sebisanya sambil sesekali memegang ikat pinggang. Inilah akibat sore hari saya makan terlalu kenyang. Perut buncit saya dapat menampung berbagai jenis makanan dalam beragam kuantitas. Tidak disangka ikat pinggang saya rusak karena tidak kuasa menaham beban dari volume lingkar perut yang spontan membesar. 2 porsi nasi, beragam jajajan, buah potong yang tak terhitung dan bergelas-gelas es menjadikan cultural shock melanda sistem cerna. Malam itu saya menderita karena ikat pinggang rusak. Spontan saya teringat kain tenun pendek, pengikat kepala sekaligus penanda tas yang saya beli dari Pantai Kuta Mandalika. Oleh-oleh riset di Lombok pada bulan Oktober. Setelah memastikan panjang dan kekuatannya layak, hari kedua sampai pesawat mendarat di Surabaya saya menggunakan sabuk darurat dari kain tenun yang eksotis, Bahkan saat buang air kecil di bandara, pemipis sebelah memperhatikan sabuk kain saya. Mungkin dia berpikir saya sedang menggunakan sabuk sakti, tali ikat bertuah yang membuat pemakainya menjadi kebal bacok

6. Reuni Tipis Tipis 

Alumni 2018
Hidup ibarat roda yang terus berputar, jika sebelumnya orang-orang diatas adalah para juara utama. Tahun ini dalam Apresiasi Pendidikan Keluarga 2019 semua menyabet pemenang harapan. Hampir sepanjang rangkaian acara kami banyak bertukar pikiran. Tidak henti kami bersyukur karena bisa dipanggil ke Jakarta untuk kedua kalinya adalah sebuah suratan takdir yang tertanda dengan jelas bahwa menjadi juara bukan segalanya. Tapi membangun jejaring berkelanjutan itu yang utama menemukan saudara yang suka menulis dengan beragam pekerjaan itu menjadi anugrah tersendiri bagi saya. Everybody is winner. 

7. Mas Dosen dan Keluarga Hebat

Mas Joko S dan Keluarga Hebatnya 
Anak Polah Bapak Keprada, Bapak Hebat Anak (lebih) hebat. Malam, 6 November 2019 saat duduk di deretan kursi berhuruf F dalam Balai Kartini. Sesuai tanda yang tertera dalam undangan bahwa semua peserta mendapat jatah tempat duduk pada nomer dan huruf yang telah ditentukan. Pada malam itu kita dari peserta Jurnalistik bebas untuk memilih duduk dalam nomor berapapun selama masih deretan huruf F. Saya sengaja memilih duduk di dekat jalan pada bagian tengah bersebelahan dengan Pak Jendral. Tidak disangka saya melihat seseorang yang sering saya lihat di kampus semasa kuliah di FISIP UNAIR. Setelah memastikan bahwa mas-mas berbaju batik yang menenteng kamera tadi adalah Joko Santoso saya langsung bersalaman. Ternyata Mas Dosen HI ini sedang mendampingi kedua orang tuanya yang mendapat tempat terhormat dalam deretan Orang Tua Hebat. Sungguh dapat menjadi inspirasi dalam mengawal proses tumbuk kembang tole dan toli. Joko Santoso merupakan dosen sekaligus pemikir yang saya dengar dari teman-teman ngopi warkop gerbang barat Kampus B adalah pemuda yang menghabiskan banyak waktu, uang dan tenaga untuk buku, menulis dan berpikir. Dari balik kiprahnya sebagai akademisi handal tidak lepas dari sentuhan tangan dingin penuh kasih dari orang tuanya. Beliau sempat bercerita saat sesi berfoto di depan bahwa ayahnya hanya lulusan Sekolah Rakyat (SR) tapi berupaya mengangkat harkat hidup keluaganya melalui pendidikan. Curhatan dan testimoni Joko terhadap Pendidikan Keluarga tertulis sebagai berikut:

"Kita bisa memilih suami atau memilih istri, namun tidak bisa memilih orang tua. Karenanya, memiliki "orang tua hebat" adalah anugerah yang luar biasa.Tetapi saya percaya, setiap orang tua adalah hebat pada dasarnya.
Beberapa orang tua mungkin hanya kurang terungkapkan kehebatannya. Kami beruntung memiliki Bung Hanik Purwanto yang telah menceritakan dengan elok perjuangan orang tua kami. Tanpa liputannya, kisah mereka mungkin tidak akan pernah terdengar.
Bung Hanik benar, ini semua adalah kisah tentang mereka, bukan tentang saya, atau kami anak-anaknya. Kata-katanya itu keluar karena saya tidak kunjung memberikannya ijin menuliskan kisah orang tua kami.
Bukan apa-apa, kami merasa bahwa perjuangan kami tidak istimewa. Banyak perjuangan yang lebih layak diabadikan. Lagipula, berbagi kisah perjuangan pribadi sejatinya bukan hymne favorit dalam saga kehidupan publik yang saya yakini.
Tetapi, Bung Hanik sekali lagi meyakinkan saya bahwa ada pelajaran yang mungkin dipetik dari sana. Lagipula, menuliskan kisahnya dapat menjadi salah satu cara kita mengingat jasa besar orang tua.
Bung Hanik adalah jurnalis hebat, yang berpengalaman memimpin sejumlah majalah hebat. Instingnya luar biasa. Tetapi ada yang lebih membuatnya istimewa: ia adalah sahabat, karib seiring, dan saksi hidup perjuangan kami. Kisah perjuangan kami adalah kisahnya jua.
Hari ini, menyaksikan wajah berseri Bapak dan Ibu kala nama beliau disebut di antara penerima penghargaan orang tua hebat kemendikbud tahun ini, mengingatkan saya pada perbincangan kami sebelumnya.
Bung Hanik benar. Ini adalah kisah mereka. Tugas kita adalah mensyukuri, mengingat serta membuat cita dan perjuangan mereka tidak sia-sia. Selebihnya, biarlah masyarakat luas yang akan menilainya.
Hari ini penghargaan tinggi diberikan kepada Bapak dan Ibu kami. Tetapi kami percaya, di luar sana masih banyak orang tua hebat yang menunggu penghargaan besar kita.
Semoga lebih banyak penghargaan diberikan kepada mereka. Hormat saya kepada mereka semua"
Balai Kartini Jakarta,
6 November 2019 @ Balai Kartini - Exhibition & Convention Center
(dikutip dari Laman FB Joko Susanto)

8. Diliput Indopos dari kamar 811

Wawancara Kebut Tayang 
Setiba di Jakarta ada kawan kartunis, M Ifoed. Kartunis asal Kaliwungu yang menjadi awak media di Indopos . Mas Ifoed adalah kartunis Kokkang yang rela memberikan salah satu karyanya sebagai gambar sampul buku saya yang berjudul "Gojek Gojlok Momong: Budaya Kreatif Kelompok Kartunis Kaliwungu". Malam itu setelah insiden sabuk patah, beliau menemui saya di lobby dan atas permintaan teman sekamar: Mas Wiwit dan Juragan Pempek Palembang kami disarankan wawancara langsung di kamar hotel. Terjadilah dialog seru antar awak media. Saya yang hanya pemancing kali Jagir berupaya menjadi pendengar dan penyimak yang baik pembicaraan tentang kepenulisan di media beserta dinamikanya. Sambil menikmati Pempek asli yang jumlahnya melimpah, kami berlanjut wawancara dan divideokan melalui ponsel dan kamera. Layaknya pengambilan gambar seorang mode dan syuting sinetron ada beberapa adegan yang harus diulang. Salah satunya saat sedang asyik wawancara batuk malam saya kambuh. Stripping 'sinetron' ini berakhir pada pukul 01:00 Waktu Menara Peninsula. 

9. Sesi Corat Coret
Bosnya Grid.Id 
"Berbagilah kebaikan dan kebahagiaan dengan orang lain, walaupun itu dengan sesuatu yang dianggap kecil. Ketemu musuh dadi dulur" itulah petuah bijak dari almarhummah nenek saya. Beliau rela menjual salah satu sawahnya untuk membiayai kuliah S1 saya yang nyaris ter-DO karena keterbatasan biaya. Pesan itu saya pegang sampai sekarang. Berupaya menjadi pribadi yang dapat menyenangkan banyak orang walaupun hanya dengan selembar kartun. Kebahagiaan kartunis saat melihat orang tersenyum begitu melihat gambar kita. Itulah apresiasi yang tidak bisa dinilai dengan apapun. Sengaja saya bawa awal gambar untuk iseng corat coret dan beberapa orang telah saya gambar. Dari Pak Dirjen yang langsung saya samperin ketika selesai menyampaikan materi. Beliau kaget setelah saya beri selembar kertas yang ada coretan iseng wajahnya. "Ini masnya yang nggambar?" saya cuma manggut-manggut. Demikian juga Bu Yo, salah satu petinggi di Dirjen Paud yang sengaja saya gambar dengan membawa dua gelas kopi, karena saya mengamati beliau merupakan penggemar kopi. Begitu saya menyerahkan gambarnya, beliau bilang "Kok tahu saya suka kopi?" saya hanya tersenyum. Itulah proses kreatif seorang kartunis harus bisa membidik obyek dalam jarak berapapun dengan tepat sasaran dan sarat makna. 


Ibu Yohana Pecinta Kopi 


Pak Haris, Pak Dirjen yang tanda tangan piagam


Pak Hendra yang Humoris 


Mbak Echi yang Siap Siaga 


Mas Anton Sindo temannya teman teman


Si Cantik dari Bisnis Indonesia 


Juragan Pempek dari Palembang 


Teman Sekamar: Mas Wiwit SURYA 



Konco Ngopie Koncoku: Denza SS


Vlogger dari Bekasi 


Blogger Imut Mama Luigi Wong Banyu Urip

Ternyata Adik Kelas FISIP UNAIR

Wartawati Asli Temanggung


Inez yang memanggil saya Om



Namanya Roihan Sementara Saya Roikan 

Mahasiswanya Mas Truly dari Medan 

Mahasiswanya Mas Truly juga yang Merdeka dan Marhaenis


Akhir kata. Saya mengapresiasi perhatian kawan-kawan kartunis yang tergabung dalam grup Cartoonist Club. Wadah kartunis nusantara untuk berkarya dan belajar bersama. Dalam penutupan Apresiasi Pendidikan Keluarga saya memberikan saran kepada panitia agar disediakan rublik khusus komik atau kartun di website Sahabat Keluarga. 

"Terimakasih mas Roikan telah membawa kartun di panggung kehormatan Kemendikbud, teruji dlm Intelektual dan akademisi. Sekali lagi selamat"
                                                                        (Priyo PR - Kartunis Senior) 

Bonus track: 
Sesi hotwheeler

Back to Future

Knight Rider 
Bersama Juragan Hotwheel: Mas Verri dan Mbak Admin Blog



Subscribe to receive free email updates:

2 Responses to "9 Cerita Asyik dari Apresiasi Pendidikan Keluarga 2019"