CGV Mataram: Jalan Kaki Malam dalam Keremangan Cakranegara (Blakraan Ke Lombok Bagian 4)

Hai nakama apa kabar? sebutan umum untuk para penggemar komik dan anime bajak laut topi jerami Luffy. Awal Oktober 2019 dalam rangkaian riset ke Lombok Timur saya sempatkan untuk menonton One Piece Movie Stampede. Film ini sebenarnya telah tayang sekian hari lamanya sebelum keberangkatan ke Lombok. Takut kehabisan jam tayang, sebelum turun layar harus diperjuangkan nontons dimanapun itu. Bagaimana ceritanya? Uapik, ciamik pol gaya kocak kapten topi jerami masih banyak mewarnai setiap adegan. 

Tangga Movie

One Piece: Stampede mengisahkan kru Topi Jerami dan para bajak laut yang mengikuti festival bajak laut yang diselenggarakan Buena Festa. Harta yang dijanjikan pun ialah harta peninggalan raja bajak laut, Gol D. Roger. Bukan hanya itu saja, Douglas Bullet, mantan kru Roger yang dijuluki sebagai pewaris iblis ikut dalam perebutan harta Roger. Sudah segitu saja penjelasan sekilas filmnya. Pokok banyak kejutan bagi para pecinta One Piece. 
Simak Trailer One Piece Stampede

Perburuan Harta Roger



Selepas turun lapangan di Lombok Timur yang membutuhkan 4 jam perjalanan pulang pergi. Ada capek secara raga dan jiwa. Kejenuhan membutuhkan sesuatu bukan lagi segelas kopi. Rasa penasaran film yang ditunggu penggemar bajak laut topi jerami. Karena tidak semua bioskop menayangkan film ini hanya CGV yang mau memutar film yang kadang tidak ada di studio sebelah. Film manga, india bahkan film korea menjadi studio yang ditunggu oleh kalangan tertentu. 




Tiketnya sama dengan yang di Marvel City

Sebenarnya jarak dari daerah Balan Cakranegara ke Transmart Mataram tidak terlalu jauh. Mengingat saat itu naik mobil saat mengamati dan mempelajari lokasi jalanan Kota Mataram. Berangkat naik gojek tanpa mandi dengan menggunakan kaos bergambar one piece. Hanya 12 ribu sudah sampai di Transmar Mataram. Bioskop terletak di sebelah kiri dari pintu utama belakang kawasan resto. Jika di CGV Marvel City kita masuk lewat tangga yang menurun, di CGV Mataram kita lewat tangga yang naik. Artinya seluruh studio terletak di lantai dua. 



Counter Krupuk Jagung 

Tiket seharga 35 k dengan penonton yang saya perkirakan tidak sampai 10 orang. Studio lainnya cukup ramai kebetulan saat iut sedang tayang film Joker. Lawan Batman yang fenomenal. Sebelum nonton saya sempatkan makan sejenak dengan harga yang tanpa menebak-nebak. Ayam Goreng berbalut tepung dengan paket dan harga yang telah tertera dekat mbak-mbak kasir. 

Mural 1
Begitu panggilan untuk masuk ruang studio berkumandang. Saya langsung kursi pada nomer dan huruf seperti yang tertera dalam tiket. Benar dugaan, ternyata penonton tidak sampai 6 orang. Sebelum film mulai kami saling berpandangan dan saling melempar senyum: "gila film bagus penontonnya minimalis". Berasa memiliki studio sendiri. Bisa pindah kursi seenaknya. 

Hoomy

Film selesai menjelang tengah malam. Saya berjalan meninggalkan Transmart Mataram yang telah sepi.Ada satpam yang menunjukan jalan keluar dari kegelapan mall yang telah tutup. Begitu lihat HP baterai mengindikasikan warna merah dan paket data telah habis. Tak ada orang jual pulsa tak ada colokan listrik. Menggunakan insting bahwa lokasi hotel adalah tarikan garis lurus dari Transmart. Pokok masuk kawasan Cakranegara, itulah tekad ku. Berjalan kaki sendiri menyusuri trotoar malam kota Mataram dilengkapi gonggongan anjing penjaga rumah atau Pura. Tas slempang berisi uang jutaan rupiah sebagai biaya opeasional riset terus saya dekap. Melewati perempatan jalan mulai kebingungan. Ada jalan gelap terbentang di depan. 

Mural 2
Beruntung pernah dibesarkan di desa. Kadang berjalan sendiri menembus gelap malam menuju sawah. Zaman masih suka cari jangkrik saat musim kemarau. Karena gelap adalah sahabat. Memasuki kawasan Cakranegara yang terhampar tempat ibadah saudara kita dari umat Hindu. Serasa sedang di pulau dewata suasananya. Yang ngagetin setiap melewati rumah atau pintu pura kadang ada gonggongan anjing yang merasa gusar karena area pengawasannya saya lewati. Dua motor sempat melintas dan berhenti memotong acara jalan kaki malam saya. Bapak tadi berhenti dan mengatakan sesuatu yang tidak saya mengerti. Entah menawarkan tumpangan atau layanan jasa ojek. Bahasa yang dipakai adalah bahasa sasak. Sejauh ini saya cuma paham hanya abdi dan tiyang. Saya tolak secara halus karena menghormati kampung orang juga. Perjalanan masih panjang ternyata rute yang dilewati tidak selurus saat naik mobil di siang hari. 


Mural 3

Setelah menempuh kurang lebih 90 menit saya akhirnya menemukan hotel tempat menginap. Serasa keliling satu kecamatan. Blusukan tengah malam keluar masuk gang, mlipir dan mengabsen nama jalan yang semuanya bernuansa nama wayang. Bertanya pada PKL yang kebetulan orang Jawa tapi sayangnya masih baru tinggal di Lombok sehingga kurang tahu medan. Begitu masuk hotel saya langsung mandi selepas mengganggu inspektur Vijay yang telah tertidur dan saya beri tugas tambahan untuk membukakan pintu kamar. Jalan malam di kampung orang memang mengasyikan. 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "CGV Mataram: Jalan Kaki Malam dalam Keremangan Cakranegara (Blakraan Ke Lombok Bagian 4)"

Post a Comment