Tetralogi IP Man: The Finale (Antara Jotosan dan harga diri)

Imlek identik dengan film yang bertema Tionghoa. Sebelum musim tivi menayangkan Karate Kid, dulu ada film lokal tentang pecinan yang terkenal dengan judul Cha Bau Kan (2002). Sebuah drama romantis yang diangkat dari sebuah novel karya Remy Sylado. Ada film favorit pada tahun 2009 yang berjudul Bodyguads dan Assassins (2009) film laga yang membuat saya terkesan pada aksi Donnie Yen. Film laga yang mengandung pesan moral bahwa jotosan itu tidak hanya aspek fisik. Gak keplak-keplakan tok tapi ada aspek harga diri, politik dan gerakan sosial 
Ip Man (Karya Roikan on Pencil)

Laki-laki sulit dilepaskan dari jotosan. Kita semua dipastikan mempunyai pengalaman bertengkar di masa kecil bahkan sampai mengarah kepada adu jotos. Baku hantam mempunyai aturan dan ada seninya. Beladiri yang menjadi seni, ada unsur keindahan dibalik kekuatan dan kegarangannya. 

Ip Man merupakan salah satu film yang mengenalkan pada kita bagaimana seni bela diri berawal dari pendirian perguruan yang dalam perjalanannya mengikuti lika-liku jaman.  Jotosan lintas jaman, baku hantam yang mengikuti perjalanan lika-liku kehidupan. Ada dominasi Inggris pada IP Man 1, duel dengan  jago karate pada masa pendudukan Jepang pada IP Man 2. Ada Mike Tyson di IP Man 3 dan serdadu yang galak pada IP Man keempat. Perjuangan guru IP untuk bisa menjadikan bela diri yang diajarkan sampai menjadi salah satu bagian dari kurikulum pembelajaran calon prajurit marinir Amerika Serikat.  

Film kungfu menjadi bagian film laga yang mendapat tempat tersendiri di hati penonton. Bagi orang desa seperti saya yang masa kecilnya terkagum dengan aksi Kungfu Master ala Jet Li, jurus mabuk ala Jacky Can sampai aksi Rhoma Irama yang ketika tengkar menggunakan gaya  tarung seperti Bruce Lee. 
"Simak Trailer IP Man 4"

Mungkin tidak banyak yang tahu bahwa Bruce Lee adalah murid Ip Man. Itulah yang menjadi pengamatan saya setelah melihat film IP, respon penonton. Ada yang baru sadar jika ini kisah nyata. Di film IP Man 3 ada keterangan jika IP Man adalah guru dari seorang anak yang ingin belajar seni beladiri melawan boneka kayu. Anak yang mekitik itu kemudian di suruh kembali berguru pada saat yang tepat. Hingga dapat membuka perguruan sendiri di Amerika yang menjadi salah satu pencetus konflik dalam film IP Man 4. Bagi guru silat pemilik yayasan perguruan tindakan Bruce Lee membuka perguruan dan menerbitkan buku tentang seni bela diri Cina dianggap merusak fitrah pergelutan secara hakiki. Tafsir dan penerapan yang menyimpang kata salah satu guru silat yang mungkin sejak awal kurang suka dengan guru IP. 

Jika kembali pada episode terdahulu mulai dari diskrimasi, intrik, konflik dengan preman, sampai pendudukan bangsa lain menjadi makanan keseharian guru Ip. Film IP Man 4: The Finale selama 104 menit membawa penonton pada laga dan drama bagi mana akhir petualangan guru IP. Hingga harus datang ke Amerika Serikat untuk membantu muridnya Bruce Lee yang mendapat diskriminasi rasial karena membuka sekolah seni bela diri Wing Chun.
Poster Bioskop


Ada tiga  hal menarik yang dapat menjadi pelajaran hidup bagaimana kita menikmati hidup. Suasana ceria atau sedang ambyar berolahraga menjadi hal yang utama. Tidak harus lari pagi itupun kalau bisa bangun pagi. Nonton IP Man kita dapat menirukan adegan gelut dengan jingkrak-jingkrak nang bioskop. Awas kursi jebol atau jotosan kita mengenai penonton sebelah. Ikuti kata dan panggilan hati, mau jadi cheerleader atau meneruskan usaha bapakmu iku sak karepmu. Semua ada masa untuk memilih dan itu tidak bisa dipaksakan. Sebab passion dan keinginan dari lubuk hati yang paling dalam tidak bisa dikendalikan oleh orang lain. Terakhir film ini menghadirkan cerita utuh bagaimana biografi kehidupan guru IP dari bersama dengan istri yang kerap dibonceng sepeda pancal, ngomengan tapi cinta keluarga sampai belajar parenting bagaimana pola asuh terhadap anak ketika memasuki masa remaja. Seni beladiri itu tidak hanya olahraga karena itu juga bicara harga diri. Ciat...hup tak latihan jotosan sek...wataw !






Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Tetralogi IP Man: The Finale (Antara Jotosan dan harga diri)"

Post a Comment