Gadget dan Anak: Kartun Juara Adinegoro 2019 ala Djoko Susilo

Bersyukur sekaligus beban
(Djoko Susilo) 

Itulah status sekaligus kata mutiara dari seorang kartunis yang dua kali meraih penghargaan di ajang Adinegoro 2019. Sebuah penghargaan bereputasi kecerdasan konten dan kematangan teknik untuk para kartunis editorial di penjuru tanah air. 

Pada perhelatan menjelang Hari Pers Nasional (HPN) 9 Februari 2020, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) menyelenggarakan penghargaan tertinggi untuk karya jurnalistik di Indonesia. Kartunis KOKKANG memborong juara untuk karya karikatur opini media cetak dan media siber (AA6). Pada tahun 2018 Wahyu Kokkang memenangkan Anugerah Adinegoro dalam karya Pemilu dan Hoax.  Tahun ini penghargaan bergengsi itu diraih oleh kartunis Djoko Susilo. Total tiga kartunis Kokkang telah menyabet penghargaan bergengsi ini.

Karya Juara I 
Gambar yang di atas adalah kartun editorial yang dikirim oleh Djoko Susilo. Menyoroti bagaimana peran gawai menjadi bagian dari dunia anak saat ini. Ada pertimbangan khusus dari juri hingga kartun ini layak jadi juara. Sebagaimana catatan juri sebagai berikut: 

Catatan Juri
Karikatur Juara I: HARI ANAK NASIONAL 
Karikatur ini sangat menarik, tak sekadar tema iven tahunan tentang hari anak nasional, tetapi topik yang menarik. Yaitu kegandrungannya generasi PAUD kepada masalah gadget (smart phone dan sebangsanya), yang bisa membuatnya menjadi seorang anak yang egois, antisosial, kepada sesamanya. Maka cukup cerdas juga si karikaturis-mya mengangkat per-masalahan pada topik kegandrungan pada anak-anak PAUD pada dunia gadget pada tema iven hari anak nasional. Topik di zaman internet sekarang ini, ada kalannya ortu ikut bersalah - (mungkin saja malah sengaja memberikan HP atau gadget kepada anak usia dini, tanpa berpikir dampak buruknya). Nah satire salam karikatur ini digambarkan cukup sederhana, komunikatif dan sangat menohok banget. Bagi anak-anak PAUD yang dari kelas menengah ke atas, kecenderungan untuk pegang, main dan penggila HP itu nyata, sementara digambarkan ada satu anak (miskin, yang tidak punya HP) sedang membawa bola kaki untuk mencari teman bermain, tapi tak satupun untuk diajak main bola. Mereka yang anak-anak dari kelas menengah atas, tetap asyik masyuk sibuk menggandrungi dan tertarik dengan gadget. Disitulah tampak satirnya. Tak ada kegiatan bermain bersosialisasi dengan kawan-kawan seusianya, hanya karena pada gila gadget. Sangat satire dan ironis. 

Saya mengenal Djoko Susilo semasa mengerjakan tesis. Bertemu saat ada pameran kartun SINCE di Solo. Hingga lebih intensif saat wawancara terkait kartun cita rasa kaliwungu di rumahnya. Kami sempat mengadakan pameran bersama di galeri Raos Kota Batu. Semangat dan dedikasi Kak Joko terhadap dunia kartun patut diajungi jempol. Walau jarang menjadi kartunis kontributor untuk kartun humor ala kunyit-nyas Mas Muslih Kokkang, namun fokus pada karikatur dan sketsanya menjadikannya fokus berkarya.

Kartunis yang baik adalah kartunis yang melakukan perenungan panjang dan kontemplasi situasi sebelum membuat sebuah karya. 

"Iya koyo kartunku sing menang penghargaan nang Adinugroho, kenapa saya bisa bikin kartun seperti itu, nah sebenarnya kan di tahun 2012 itu kan sangat kompleks permasalahan..paham nggak?...banyak hal-hal terjadi tidak hanya kasus korupsi, nah kenapa saya bisa mengartikan itu ya aku kira ini persoalan moral sebenarnya yang harus didandani di DPR itu persoalan moral, jadi moralnya kalau sudah nggak benar, mangkanya tak bikin gambar sing simpel, jadi mengena..tapi analisise Muji Sutrisno iku sama dengan analisise saya waktu saya membikin gambar itu"

-Djoko Susilo
Catatan wawancara  dari Desa Plantaran, Perum Bumi Plantaran Indah Blok K-6 RT 2 RW 4 Kaliwungu pada 23 April 2014, Pukul 20:00 -

Siapa yang menyangka kartunis yang mempunyai karakter khas anak kecil udel bodhong ini lahir pada tanggal yang sama seperti saya. Lahir 30 Oktober, Hari Keuangan yang juga bertepatan dengan hari bersejarah yang mengawali Perang Surabaya tahun 45. Brigjen A.W.S Mallaby ditemukan tewas pada tanggal 3O Oktober. Dari situlah menjadi inspirasi kami pernah mengadakan pameran kolaborasi bertajuk: Pameran duo 30 Oktober di Galeri Raos Kota Batu pada 2014. Konon itu adalah pameran kartun perdana di galeri yang biasanya hanya dibuat untuk pameran lukisan atau patung. 

Kak Djoko

Sebagai orang tua baru, yang diberi amanah mengasuh dan mendidik dua balita saya menyadari keberadaan gawai menjadi tantangan besar bagi orang tua hari ini. Diberikan nanti ketagihan, tidak diberikan dibilang orang tua yang kurang mengakomodir keinginan anak dan kebutuhan jaman. Selaras dengan ha itu Kak Djoko memperhatikan dengan seksama dampak buruk ketagihan gawai hingga lahirlah sebuah gambar yang dapat mengantarkannya menjadi juara dan terbang di Kalimantan untuk menerima penghargaan.
7 Jurus Anti Candu Gawai 

Selamat Kak Djok semoga dapat menjadi inspirasi untuk kartunis yang lain khususnya kartunis muda agar lebih giat dan menghasilkan karya yang cadas dan cerdas.

Keprihatinan saya tentang ketergantungan anak-anak pada gadget, bahkan orang tua sekarang cenderung memberikan gadget mereka daripada anaknya rewel. Saya hanya mengkhawatirkan dampak yang kurang baik yang ditimbulkan bagi anak-anak karena kadang di luar pengawasan bisa saja mereka mengakses situs yang tak sesuai dengan usianya.
Bonus Pict: 

Duo 30 Oktober 




Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Gadget dan Anak: Kartun Juara Adinegoro 2019 ala Djoko Susilo"

Post a Comment