Tetap tenang dan tidak panik adalah koentji
Covid-19 menjadi pandemi 2020 yang menimbulkan ketidakpastian, cemas was was dan ketakutan. Sekolah dan kantor libur, bekerja dari rumah (WFH) bahkan membusuk di rumah. Itu istilah kawan yang suka mbolang dan berpetualang. Tapi itu lebih baik daripada keluar rumah menjadi golongan yang beresiko terkena pandemi. Lebih baik ndekem di rumah. Memancing libur dulu. Mancing via game saja dulu.
Bojo Muring Gak Sido Mancing (Karya Kartunis Jambi : Edi Dharma) |
COVID-19 pertama kali muncul Wuhan, ibu kota Provinsi
Hubei, Tiongkok, pada Desember 2019. Virus ini menyebabkan batuk, flu, demam
dan gangguan pernapasan akut parah (SARS-Cov-2) yang menyebabkan kematian.
Kasus Covid-19 di Indonesia mulai merebak sejak awal Maret 2020. Covid-19 tidak
lagi disebut wabah, tapi pandemi karena cakupan sebarannya yang mendunia.
Infeksi virus ini tidak memandang negara, status sosial dan kondisi fisik.
Dalam waktu singkat telah merambah hampir di seluruh wilayah di dunia. Siapapun bisa kena tanpa terkecuali.
Seruan di rumah saja bukan anjuran tanpa sebab. Minimal mengurangi dampak dan penyebaran virus. Itulah mengapa untuk kita kerja dari rumah, belajar dari rumah dan beribadah di rumah. Beberapa Masjid meminimalisir kerumunan, meniadakan sholat Jumat. Demikian pula Gereja berlaku kebaktian via live streaming.
Berbagai upaya telah
diusahakan untuk mencegah dan menekan persebaran virus Covid-19 dari meliburkan
anak sekolah, membatasi jam kerja dan mobilitas warga hingga upaya bekerja dari
rumah. Beberapa daerah menerapkan karantina wilayah secara mandiri yang
diakomodir oleh warga setempat. Data terbaru dari UNESCO total lebih dari 850 juta siswa di dunia tidak bisa belajar di sekolah termasuk guru bimbel seperti saya. Lupa cara menulis dan memegang spidol tiga warna.
Seluruh dunia menghadapi corona dengan beragam sikap, tanggapan dan tindakan. Ada yang cepat tanggap langsung menerapkan kebijakan lockdown sampai karantina sosial. Tapi masih ada yang nyinyir dan menganggap pagebluk sebagai ajang mencari panggung politik. Politisi harus mempunyai sikap yang tidak malah memperkeruh suasana dan menambah ketakutan. Jika biasanya nyiyir harus menahan diri demi ketenangan rakyat.
Lidah Virus, Virus Lidah (Jitet Kustana) |
Negara harus hadir dalam pandemi. Parlemen baik di
pusat maupun daerah harus mengerahkan segenap kapasitasnya untuk mendukung
secara kritis semua kebijakan yang dapat menghentikan penyebaran dan resiko penularan wabah Covid-19. Bahkan beberapa kawasan menerapkan karantina secara mandiri untuk wilayahnya. Portal di pasang di gerbang gang atau dusun. Termasuk warkop di sekitar kos saya di Rungkut terlockdown. Tidak ada aktivitas orang main ngopi, bergosip dan mabar.
Pandemi ini disikapi sebagai cobaan iman bagi umat. Petuah
kepasrahan akan kematian menjadi landasan sikapnya
yang santuy menghadapi marabahaya. Bahkan kelakar tentang sosok
Dajjal di balik wabah ini juga muncul. Sebenarnya wacana agamis akan virus ini sudah merebak di medsos,
dan netizen juga sudah menunjukkan aneka reaksi. Pendekatan agama
memunculkan logika lain dalam menyikapi pandemi ini selain logika sains dan
medis. Demikian pernyataan salah satu kolumnis Detik menganggapi pagebluk ini. Karena masih ada orang yang ngeyel. Menganggap covid adalah 'tentara' yang dikirim dari langit karena manusia penuh dosa dan noda.
Malaikat Pencabut Nyawa |
Himbauan social distancing atau menjaga jarak interaksi sosial yang
hanya mengandalkan kesadaran masyarakat tanpa kontrol ketat dari petugas
terkait tidaklah efektif menghambat penyebaran virus. Terbukti dengan
meningkatnya jumlah pasien yang positif dan meninggal dunia setiap harinya
dalam angka yang tidak sedikit. Semua harus menjaga jarak, minimal 1,5 meter. Hindari kerumunan dan usahakan selalu rajin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Tidak lebay menggunakan hand sanitizer karena dapat menyebabkan iritasi pada kulit khususnya yang berbahan dasar kimia yang panas di telapak tangan.
Mending Cari Aman (Poster Gratis karya Sukriyadi Soekartun) |
0 Response to "Kartunis Tanggap Covid-19"
Post a Comment