Free to Play: Jangan Takut Jadi Atlet Gamer

Free to Play (2014)
Gamer tidak identik dengan pemalas. Generasi rebahan atau anak warnet yang hidupnya tergantung pada sinyal dan camilan. Senasib dengan buku komik, bermain video game pada suatu masa pernah terstigma sebagai kaum pemalas. Membuat bodoh dan kurang bisa bergaul. Pada perkembangan selanjutnya muncul game PC dan Game Online yang mendominasi kehidupan anak muda pasca kejayaan rental PS.

Kala itu ada liga Winning Eleven dan Tekken yang diselenggarakan oleh para pemerhati game. Termasuk media yang konsen menjadi buku contekan para gamer dengan cheat dan walkthrough yang membuat kita tidak tersesat. Malu baca Walkthrough sesat di rental. Era 2000-an pula ketika kejayaan game online semakin merebak dengan banyaknya pengembang dan animo masyarakat yang menggangap tidak hanya untuk ajang kesenangan. Game online bisa menjanjikan rupiah bagi yang bijak dan tahu prospek jualan item. Hingga memunculkan apa yang disebut E-sport. Olah raga tanpa harus lari di lapangan. Memutar otak dan kepiawian memainkan piranti untuk memenangkan liga game terkemuka di dunia. Saya mengamati ada liga e sport yang diikuti oleh atlet (tapi gamers), gamers (tapi juga altet) seperti Starcraft, Tekken, Street Fighter dan yang terbaru Mobil Legend. 

Film Free to Play adalah film dokumenter yang membuka hati dan pikiran kita bahwa menjadi gamers itu berat. Film ini menceritakan tiga pemain video game profesional karena mereka mengatasi kesulitan pribadi, tekanan keluarga, dan realitas kehidupan untuk bersaing dalam $ 1.000.000 turnamen yang bisa mengubah hidup mereka selamanya. Bayangkan hadiah satu juta dolar. Dolar bos, duit segitu bisa buat beli alat mancing lengkap beserta kolam pemancingannya.

Film yang dirilis pada Maret 2014 ini diproduksi oleh Valve Corporation yang mengangkat kehidupan penuh ambisi unik tiga orang gamers dengan nama beken (Hyhy, Dendi -bukan Kak Dendinya Rhoma Irama dan Fear) yang berlomba di DOTA 2. Yang penah main Warcraft dan memahami cerita Lord of The Ring pasti tidak asing dengan bangsa manusia (kita sendiri), nigh elf (pacarnya Aragon), Orc (Makhluk jahat suka tebang pohon, merusak lingkungan seperti pabriknya Kaido). Film ini menggunakan tiga atlet dari Singapura, Amerika dan Ukraina. Dengan segala lika liku kehidupannya. Mereka mempunyai ambisi yang kuat dan berupaya menjadi gamers yang profesional hingga menjadi juara turnamen DOTA 2.

Film ini memberi pelajaran pada kita bahwa menjadi gamer sejati bisa dikembangkan menjadi profesional. Tidak perlu menunggu menua. Usia muda jika dibarengi tekad kuat dan usaha yang totalitas dapat menjadi apapun yang kita inginkan. 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Free to Play: Jangan Takut Jadi Atlet Gamer "

Post a Comment