Ayo Nabung di Bank Cartoon Competition 2020 (Sebuah Catatan)

"Pak beli lampu belajar yang itu berapaan?"
"15 ribu dek..."
"Ini uangnya" Sambil menyerahkan satu bungkusan berisi koin 50 dan 100 rupiah
"Ayo rek sini bantu hitung uang adek ini"
(Momen paling berkesan di akhir tahun 90-an di pasar tingkat Kota Lamongan)

Hemat bukan berarti pelit. Irit bukan berarti membiarkan perut lapar melilit. Apalah artinya menumpuk banyak uang tapi berujung masuk rumah sakit. Orang yang hebat secara finansial bukan orang yang menumpuk modal. Orang yang mempunyai tabungan, bijak mengatur pusaran keuangan adalah manusia berduit yang terbaik. Apa momen menabung terbaikmu? 


Juara I

Saya punya pengalaman bagaimana menabung itu penting untuk mewujudkan sebuah impian. Pada saat kelas tiga SMP saya berkeinginan untuk membeli lampu meja belajar. Saat itu harganya dibawah 20 ribu. Era 90-an duit 20 ribu itu banyak sekali. Akhirnya satu catur wulan saya mengumpulkan uang receh. Koin demi koin masuk dalam celengan plastik. Dan terkumpul uang receh pecahan 50 rupiah dan 100 rupiah yang pada akhirnya saya bawa ke toko elektronik. Membeli lampu belajar dengan senyum mengembang memegang satu bungkus uang celengan. 

Rajin pangkal pintar, hemat pangkal kaya menjadi slogan yang masih membekas dalam pola pikir saya. Kata itu mudah kita temui pada sampul cokat buku pelajaran kala masih duduk di sekolah dasar. Saat itu sekolah full day dan full offline. Tidak ada pembelajaran jarak jauh. Sangar dekat bahkan gurunya sendiri serasa orang tua sendiri walau tidak tertera dalam kartu keluarga. Lomba kartun "Ayo Nabung di Bank" tingkat Jawa Tengah 2020. Diselenggarakan oleh LPS, SPLM Jateng dan Gold Pencil.  Sebagai bentuk sosialisasi kepada masyarakat jika urusan menabung sudah tidak masanya disimpan di bawah bantal. Pantas pula jika kartunis Diyan Bijac meraih juara pertama karena tema yang disajikan sangat representatif dengan keadaan. 
Juara II
Juara kedua diraih oleh kartunis beken yang sudah Go Internasional dari Jambi ke Turki dan ujung bumi: Edi Dharma. Menggambarkan bagaimana seorang yang bisa dianalogikan sebagai Paman Gober yang punya uang lebih tapi sangat waspada. Tidur bergelimang uang sampai menyewa penjaga khusus. Agar asetnya tidak ada yang mengambil. Tidak tanggung-tanggung ada enam penjaga keamanan diturunkan.  
Juara III
Juara ketiga diraih oleh kartunis yang tidak asing lagi dalam jagad kartun di tanah air. Apat namanya. Maling kebingungan gambarnya. Resiko punya duit banyak adalah tuyul dan tuyul doyan nasi. Tuyul yang perlu kuota untuk dapat menghubungi teman seprofesinya: Maling. Tapi jika uang disimpan dalam brangkas yang kuat, berkode dan lapis baja tentu cerita akan berbeda. Perbandingan antara celengan ayam dengan  brangkas merupakan ide yang super ciamik dalam memberikan gambaran bagaimana tingkat keamanan menyimpan uang dalam bank. 
Juara Harapan
Terakhir adalah juara favorit atau lebih dikenal denggan juara harapan. Diraih oleh kartunis super muda. Masih ranum kalau melihat dari teknik menggambarnya. Ide yang diusung cukup inspiratif. Dimana ada keinginan disitulah kita harus mempunyai tabungan. Sebuah tangan membawa selembar uang dan di dalam ponsel pintar -setan gepeng yang bisa memfasilitasi segala keinginan dengan belanja daring- harus banyak menahan diri. Melambatkan keinginan selambat jam pasir. Selamat untuk para pemenang dan terima kasih kepada panitia serta dewan juri yang mensukseskan lomba ini. Lain kali jika ada lomba sejenis saya ikut berpartisipasi. Dari sini perlunya seorang kartunis mempunyai tabungan karya. Jika perlu membuat bank kartun dengan fasilitas tarik karya tunai dan deposito ide gokil. []
 


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Ayo Nabung di Bank Cartoon Competition 2020 (Sebuah Catatan)"

Post a Comment