Perusahaan Bereputasi Masyarakat Berseri (Kompetisi Jurnalistik GGF 2020)

Tahukah anda pisang cavendish? Pisang enak berstiker khusus ini bukan berasal dari kebun biasa. Ditanam secara khusus dengan sistem pertanian modern melalui agroindustri yang berlisensi. Termasuk salah satu produk dari Great Giant Foods (GGF). Sebuah unit korporasi dari Gunung Sewu Group dalam bidang produk makanan dan pertanian. Dua bidang menjadi penopang kehidupan masyarakat.

Pak Sarjono dan Sapinya (Sumber: ig GGF)


Great Giant Foods diluncurkan perdana sejak tahun 2016. Produk yang dihasilkan meliputi  buah segar, makanan dan minuman dalam kemasan, seperti jus, protein, dan susu. Kualitas produk bukan sembarangan karena telah melalui uji kelayakan dan standar khusus mulai masa tanam hingga pasca panen. Soal branding sudah terkenal sampai ke mancanegara seperti Sunpride, Re.Juve, Bonanza, Hometown dan Cap Kodok.  Saya tahu hanya pada pisang jenis cavendish berstiker Sunpride. Pisang yang enak untuk camilan jika kelaparan di malam hari. Ternyata ada produk unggulan lain dalam bentuk nanas kaleng. 

Nanas yang dikalengkan ini telah tersebar di lebih dari 60 negara. Luar biasa bukan? menjadi tiga besar produsen nanas kaleng di dunia dengan pengolahan limbah, pabrik, dan kebun yang terintegrasi. GGF menerapkan standar yang tinggi dan pendekatan modern terhadap praktik-praktik pertanian dan peternakan, yang memanfaatkan teknologi berkelanjutan dan ramah lingkungan, serta inovasi untuk meningkatkan ketersediaan pakan ternak. 

Semua perusahaan menginginkan keuntungan melimpah namun harus memperhatikan aspek komunitas atas dasar kemanusiaan. Apa jadinya sebuah perusahaan mendapat resistensi dari masyarakat? Apakah cukup hanya sekadar melaksanakan CSR?. Semua pertanyaan diatas terjawab dalam GGF Webinar II  dilaksanakan pada tanggal 12 Agustus 2020. Tema yang diambil tentang bagaimana meminimalisir gejolak dari masyarakat pada sebuah perusahaan. GGF membangun Sosial Ekonomi Masyarakat Melalui Program Kemitraan Perusahaan menjadi pokok bahasan yang diangkat. Saya mengikuti semua rangkaian dari webinar, namun lebih tertarik pada webinar pada hari kedua. Mengingat pekerjaan saya sebagai peneliti di lembaga riset kampus menjadi bahan pembelajaran yang sangat berarti. Kadang harus turun ke lapangan untuk pendampingan atau pengabdian masyarakat, tentunya pemahaman strategi kemitraan mutlak diperlukan. Bagaimana dengan upaya perusahaan dalam memperhatikan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar? 

Rangkaian Webinar GGF (sumber:ig GGF)

Webinar II yang dilaksanakan siang hingga sore ini menghadirkan Gilang M Nugraha (bukan Gilang bungkus yang sempat menghebohkan dunia maya) selaku Junior Manager Sustainability GGF. Vera Monika (yang kalau bicara aksen Englishnya mantap) selaku Head of Local Sourcing PT Sewu Segar Nusantara dan Sarjono sebagai peternak sapi binaan. Selaku Mitra Corporate Share Value Sapi Swadana PT Great Giant Livestock. 

Saya tertarik dan mengapresiasi sepak terjang dari Pak Sarjono yang menyebut dirinya sebagai Praktisi Ndeso. Peternak sapi yang diberdayakan oleh perusahaan sebagai mitra. Dapat ilmu, praktik sekaligus mendapatkan pengamalan baru tentang seluk beluk peternakan modern. Bukan sekadar cari rumput lalu kembali ke kandang atau hanya menjadi penggembala sapi belaka. Terjawab sudah pertanyaan masa kecil saya di desa saat ikut menggembala kambing punya tetangga ketika libur sekolah. Ternak tidak hanya menggembala atau mencukupi ruang pakan, tapi perlu berbagai pengembangan. 

Meminimalisir dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif
Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang memperhatikan kepentingan masyarakat sekitar. Tidak hanya mengejar profit tapi berupaya menjadi bagian dari komunitas secara harmonis. Corporate Social Responsbility (CSR) bukan hanya memberikan beasiswa atau pembuatan gapura desa. Tapi sebuah proses panjang agar masyarakat merasa bagian dari perusahaan dan perusahaan adalah bagian dari masyarakat. Pertanggungjawaban kapital dan moral perusahaan pada masyarakat sekitar dalam bentuk kontribusi terhadap keberlanjutan dengan manajemen dampak. 

Program CSR akan terasa prima dan berhasil implementasinya jika telah melewati dan berlanjut pada proses Creating Shared Value (CSV). Kohesi dan modal sosial berperan penuh dalam pembangunan nilai dalam bentuk program kemitraan. Masyarakat mempunyai persepsi positif terhadap perusahaan yang berproduksi di sekitar tempat tinggalnya. CSV menjadi irisan yang mempertemukan kepentingan bisnis dengan pemberdayaan masyarakat. Sesuai dengan judul tulisan ini perusahaan bereputasi masyarakat berseri. 

Komitmen tinggi dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat  Tidak sekadar bantuan tapi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Menjadi mitra masyarakat memerlukan strategi kolaboratif antara dana, wawasan, pemberdayaan dan keberlanjutan. Proses partisipasi dalam bentuk kerjasama dalam kelompok formal maupun informal untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman serta berusaha mencapai tujuan bersama. Masyarakat sejahtera berdaya, perusahaan tetap berproduksi dengan reputasi yang baik.

Keberadaan desa penyangga menjadi implementasi nyata program kemitraan. Desa yang berada di sekitar kawasan produksi perusahaan berkontribusi dalam sumber daya manusia dan aspek pendukung produksi melalui keberadaan petani. Petani dibedakan menjadi binaan dan petani lepas. Petani binaan menjadi mitra penuh dari bagian produksi. Contoh penerapan program kemitraan di Jawa Timur adalah perkebunan Pisang Mas di Dampit Malang dan Jombang.  

GGF membangun sosial ekonomi masyarakat melalui program kemitraan. Perusahaan sebagai penyokong kehidupan masyarakat. Memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat mampu menjalankan peranan dan tugas-tugas kehidupannya. Sebagaimana misi perusahaan untuk mewujudkan Trigreat: Great Lives, Great People dan Great World. 

Berbisnis bersama Tuhan 
Pengembangan usaha tidak hanya melalui diversifikasi produk dan peningkatan produksi. Tapi perlu membangun sinergitas yang harmonis dengan masyarakat. Berprinsip Our People, Our Assets menjadikan masyarakat sekitar menjadi bagian dari perusahaan. Terutama petani lokal yang perlu diberdayakan dengan menjadi petani binaan sebagai bentuk program peningkatan kapasitas pertanian baik secara kelembagaan, teknologi dan sumber daya. Agar mendapat kehidupan yang lebih baik. Itulah etika berbisnis yang humanis. 

Mengapa perlu melibatkan komunitas lokal? Sebagaimana pemaparan dari Vera Monika selaku Head of Local Sourcing PT Sewu Segar Nusantara. Ada pertimbangan khusus pelibatan lokalitas dari sebuah produksi seperti pasar, area tanam, efisiensi transportasi dan faktor agro klimatis. Karena produksi dalam bentuk perkebunan buah berbeda dengan produksi sebuah radio yang bisa memilih lokasi pabrik sesuka hati pengusahanya. 

Perluasan kemitraan dengan komunitas lokal senantiasa memperhatikan aspek sosial ekonomi. Terlebih perkembangan/pembangunan masyarakat sebagai sebuah proses semakin terciptanya hubungan yang harmonis antara kebutuhan masyarakat dengan potensi, sumber daya dan peluang.  Faktor lain juga memperhatikan aspek kelayakan usaha yang terdiri dari  Sumber Daya Manusia (SDM), potensi, modal, dan pasar. 

Cerita dari Pak Sarjono mewakili Kelompok Limousin. Kelompok peternak sapi binaan yang menjadi Mitra Corporate Share Value Sapi Swadana PT Great Giant Livestock. Kelompok tani ternak yang berbasis kewirausahaan dan menjunjung nilai berbisnis bersama Tuhan telah melakukan program pola kerjasama plasma inti. Perusahaan memberikan segala kebutuhan dari modal hingga alat, petani dengan kesepakatan khusus menjadi pemelihara ternak. Mekanisme kemitraan yang dilakukan Kelompok Limousin dengan GGF adalah proses siklus dari teknis awal kerjasama, pakan-obat-supervisi, lama penggemukan sapi, pemasaran hingga inti. Hal lain yang mendukung keberlangsungan kemitraan tani ternak adalah peningkatan dan inovasi teknologi dalam bentuk kerjasama lintas sektoral melalui pelatihan dan pendampingan

Agar hasil positif dari CSV semakin terasa tidak hanya pada kelompok kecil tapi seluruh masyarakat perlu dilakukan kerjasama antara perusahaan dengan pemerintah desa. Sinergi dan harmoni antara pemerintah desa dengan pihak swasta dapat melalui beberapa cara diantaranya kerja sama operasi (KSO), kerja sama manajemen, penyertaan modal, dan usaha patungan. Semua itu mungin tapi tidak mudah karena butuh perjuangan dan komitmen secara konsisten. 

Pertumbuhan ekonomi dalam bentuk pengembangan kelembagaan ekonomi desa, sebagai perubahan yang mendasar meliputi pertumbuhan level ekonomi dan pengembangan kewirausahaan yang didasarkan oleh pertumbuhan ekonomi, berkurangnya tingkat pengangguran, pengentasan kemiskinan dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).  Perlu dikembangkan upaya peningkatan daya guna melalui inovasi, pemberdayaan, pengorganisasian potensi lokal dan pengembangan bisnis rintisan.

Pentingnya Pelibatan Modal Sosial 
Sudah waktunya perusahaan mengimplemesikan berbagai strategi kemitraan yang berkaitan dengan peningkatan perekonomian. Tanpa melupakan prinsip dasar saling memerlukan, saling mempercayai, saling memperkuat dan saling menguntungkan. Faktor tersebut termasuk dalam implementasi modal sosial sebagai proses bridging, linking dan bonding antara perusahaan dengan masyarakat lokal. 

Modal sosial (social capital) berkaitan dengan kapasitas sosial yang tidak hanya sekadar berpijak pada dimensi manusia, fisik, finansial dan modal kelingkungan (environmental capital). Namun kepercayaan, solidaritas dan rasa memiliki menjadi pertimbangan khusus. Modal sosial dapat menjadi media revitalisasi ekonomi dengan menggunakan nilai lokal seperti kejujuran, pemenuhan tugas, saling menolong dan komitmen bersama.

Menempatkan masyarakat sebagai mitra penerima manfaat, mitra perusahaan untuk pemberdayaan dan kesejahteraan bersama. Skenario yang dapat dilakukan dengan penguatan isu lingkungan, pemberdayaan melalui mitra kebun bersama, program CSR dalam bentuk beasisswa non SPP (non biaya sekolah) atau program fasilitas pelajar desa lokal untuk kemudahan belajarnya. Pelatihan teknik bertani modern yang sadar lingkungan. 

Bermitra dengan masyarakat lokal, dalam membangun bisnisnya GGF disarankan untuk membangunnya dalam dua tahap. Tahap pertama, GGF datang sebagai mitra yang dapat menampung persoalan pertanian. Jika berhasil GGF akan menjadi leluasa sebagai mitra masyarakat. Pada tahap kedua, ketika kemitraan telah terwujud, GGF dapat mengembangkan diri sementara masyarakat berseri. Skenario ini dilakukan agar iklim usaha yang berwawasan sosial dan lingkungan terbangun sehingga berkelanjutan usaha dapat terwujud. 

Membangun kemitraan dengan masyarakat menjadi penting untuk membangun iklim usaha dan bisnis yang berkelanjutan. Menjadikan masyarakat sebagai mitra berarti membalikan tantangan menjadi sebuah peluang yang dapat memberikan nilai tambah dalam pelaksanaan bisnis. Jika masyarakat merasa menjadi bagian dari perusahaan, bisnis berjalan sehat dan penuh berkat. []

Tulisan ini diikutkan dalam Kompetisi Jurnalistik GGF 2020





Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Perusahaan Bereputasi Masyarakat Berseri (Kompetisi Jurnalistik GGF 2020)"

Post a Comment