Terperangkap Dunia Utopia dalam Serial Alice in Borderland

Anda suka main game? Bahkan kategori seorang gamer. Main berbagai macam permainan di dunia digital memang menyenangkan. Dari main dindong pakai koin sampai rental yang dihitung perjam. Kita pasti ingat bagaimana asyiknya main game sejak diluncurkannya playstation atau aneka game daring berbasis internet. Apa yang terjadi jika kita masuk dalam dunia game. Itu pernah jadi khayalan nakal saya ketika bermain Twisted Metal (game otomotif hancur-hancuran). Tentu seru kita jadi pengemudi mobil yang aneh-aneh. Ada serial dari Jepang yang menggambarkan bagaimana rasanya terperangkap dalam dunia game. 

Tampil dalam kemasan serial di Tivi daring sinema yang diadaptasi dari novel grafis berjudul serupa Alice in Borderland. Mulai tayang pada 10 Dec 2020 berbahasa Jepang dengan genre adegan gebuk-gebukan, diramu dengan misteri ada imajinasi karena berbasis fiksi ilmiah dan unsur tegangnya seru. Serial seru ini disutradarai oleh Shinosuke Sato. Ditulis secara apik oleh Haro Aso (manga). Diperankan oleh Kento Yamazaki sebagai Arisu, Tao Tsuchiya sebagai Usagi. Pada pertengahan season satu akhirnya Arisu dan Usagi menjadi dua orang yang selalu bersama. 
Alice in Borderland  (2020)



Bercerita tentang seorang pemuda bernama Arisu Ryohei (Kento Yamazaki) yang secara misterius terperangkap di sebuah dunia pararel pascakiamat. Di dunia tersebut, orang yang berada di Tokyo menghilang dan hanya menyisakan Arisu serta kedua temannya. Tak lama berselang, Arisu dan kedua temannya harus mengikuti sebuah kompetisi yang berbahaya agar bisa bertahan hidup di dunia tersebut. Apabila berhasil menyelesaikan satu gim, mereka bersama pemain lainnya akan mendapatkan visa yang berarti waktu ‘istirahat’ tanpa harus bermain dalam gim lainnya. Satu-satunya cara untuk bertahan hidup adalah harus terus mendapatkan visa dengan selalu menyelesaikan permainan yang disiapkan. Kalau visa habis akan ada sinar laser dari udara yang akan mengakhiri kehidupan seseorang tanpa bisa lolos. 

Adegan Terkeren Serasa Main Game Arcade 

Ada beragam permainan dari yang mengandalkan kekuatan fisik sampai permainan hati yang melibatkan aspek emosi. Perlu pengorbanan dan letupan emosi yang membara. Ada permainan seperti kuis cristal maze yang harus memilih dua pintu: hidup atau mati. Masuk hidup belum tentu mati sebaliknya masuk pintu mati belum tentu hidup. Untung salah satu tokoh yang seorang gamer bisa memetakan pola pintu dan kejelian yang luar biasa. 
 jangan terlalu banyak berbuat dosa dan merugikan orang lain, agar tidak dilaser oleh Yang Di atas. Sebaliknya berbuat baiklah agar selalu mendapat visa 

Pantai kobong

Awal film dimulai dari perjalanan menuju sebagai pengangguran dari tiga orang sekawan. Ada yang jago main game, bartender yang jago tawuran dan seorang karyawan IT yang melankolis. Mereka merayakan hari pertama sebagai pengangguran karena baru saja dipecat dari tempat bekerja. Tapi yang terjadi setelah menghindari kejaran polisi Stasiun Shibuya, bertiga bersembunyi di toilet. Setelah keluar dari situ ternyata semua orang telah tiada. Tidak ada listrik dan tidak ada sinyal. Semua alat yang menggunakan IC power untuk barang elektronik tidak ada yang berfungsi. Tentu ini kiamat bagi para pengguna gawai. Tidak bisa melihat medsos dan semua gelap gulita di malam hari. Malam hari adalah hari untuk bermain di permainan yang dibuka dengan mengambil ponsel yang tiba-tiba menyala dan mendaftarkan para pemain melalui pengenalan wajah. Lolos dalam permainan visa akan bertambah. 

Game on the zeppelin


Momen terkeren dalam film ini pada kejar-kejaran orang dengan datangnya air bah di sebuah jalan bawah tanah. Bayangkan anda harus berlari sampai titik tertentu dengan fisik yang terkuras penuh. Sampai pada garis finish harus balik lagi ke titik awal karena dikejar oleh air bah. Untung ada sebuah bus yang bisa menyelamatkan dari terjangan tsunami lokal dan seekor macan kumbang besar. 

Menuju Season 2 dalam permainan siang 

Jika diamati secara detail film ini menyerupai Resident Evil. Bagaimana sebuah kehidupan sosial dikendalikan oleh mesin, anak kecil hologram. Kalo di serial ini pengendalinya sudah masuk usia remaja, cewek yang mengajak keempat tokoh untuk bermain pada season 2.  Tapi kali ini berupa game dengan tingkat varian yang semuanya mengandung resiko kematian. Akhir pemainan perlu dengan adegan pembantaian dan bakar-bakar di satu tempat yang penuh orang berbaju pantai. Mirip komik Love Hina. Alasan harus berpakain pantai karena tidak bisa menyembunyikan senjata ap dalam cawet atau dari balik bikini. Kok bisa bermain tanpa lolos? ada semacam daring laser tak kasat mata berwarna merah yang membatasi gedung permainan. Semacam jaring kematian dari Deflamingo di One Piece. Melewati jaring itu langsung mati. Serial ini mengingatkan jaman sekolah SMA saat pelajaran agama? Apakah malaikat mengawasi kelakuan semua manusia dalam sebuah ruang kendali degnan banyak layar televisi? Alice in Borderland memberikan analogi semacam itu. Kehidupan ditentukan oleh visa dan setiap takdir untuk bertahan ditentukan oleh kartu setelah lolos satu permainan. Untuk itu jangan terlalu banyak berbuat dosa dan merugikan orang lain, agar tidak dilaser oleh Yang Di atas. Sebaliknya berbuat baiklah agar selalu mendapat visa. 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Terperangkap Dunia Utopia dalam Serial Alice in Borderland "

Post a Comment