Duo Zoominar Kartunis Kamis Manis: Karikatural yang Kartunal dan Jangan ada Portofolio Vertikal

Kamis malam menjadi hari spesial karena banyak kegiatan yang bisa dilakukan menjelang awal berakhir pekan. Dalam rintik hujan yang mengguyur Kota Surabaya ada dua pemberitahuan cangkruk daring. Kali ini cangkruk bukan sembarang nongkrong. Tapi cangkruk yang dapat menambah inspirasi, ide dan kesadaran bahwa berkarya juga perlu dukungan dari sesama penghobi: Tukang gambar setanan. Begitu sebutan orang Kaliwungu untuk menamai sosok kartunis. 

Duo Layar 

19:30 WIB ada zoominar perdana dari Kampoeng Semar yang bertajuk Karikatural yang Kartunal. Sebuah tema yang sangat ngartun. Diskusi singkat yang mengundang para kartunis dan karikaturis senior yang telah malang melintang dalam dunia media diantaranya Pak Itok, Pak Non O dan Pak Gatot yang sekarang tinggal di Bantul Jogja. Tidak jauh dari kos saya dulu di Tamantirto. Momen rindu mie ayam Pak Gun dekan Ringroad dan merasakan sensasi sambel mentah penyetan Cak Nur.  Hadir juga Mas Ifoed selaku kartunis pemenang Adinegoro 2020. 

Pak Gatot mengatakan bahwa dalam berkarya masih seujung hitam kuku, masih belum sebanding dengan karya teman-teman kartunis lainnya. Perlu banyak belajar. Padahal secara pengalaman, sudah 30 tahun  menjadi kartunis editorial di Suara Pembaharuan bersama Pak Pram, Non-o dan Rashid.  media yang pernah diembargo salah satu maskapai penerbangan gara-gara mengilustrasi secara karikatural gambar burung yang sakit ini. Di media ini Pak Pram selaku kartunis senior dikenal galak. Galak yang membangun, tegas dan kritikus yang handal. Bisa membuat kurang tidur karena kepikiran membuat ide yang benar-benar bisa diterima. Dalam sebuah karya kartun tidak hanya berisi gambar semata, tapi banyak pesan yang tersembunyi baik secara tersirat atau tersurat. Pak Gatot juga tengah memperjuangkan agar setiap perlombaan Adinegoro juga ada kategori untuk kartunis lepas agar tidak melulu pada kartunis yang menjadi seorang awak media semata. 

Kartunis senior Non-O menyatakan bahwa kartun yang karikatural dan karikatur yang kartunal itu bersifat komunikatif. Terangkai secara piawai dari fakta, ide, simbol dan estetika yang diramu dengan kecerdasan kartunisnya. Pesan harus mengena dan dapat diterima oleh banyak pihak. Bagaimana dengan kartun pada era digital seperti sekarang ini? 

Sebuah angin segar di tengah semakin menipisnya lahan/periuk media massa untuk kartunis kontributor. Ada media sosial yang menyediakan ruang tak terbatas bagi siapa saja untuk berkarya terlebih lagi kartunis. Namun disayangkan ruang terbatas seperti ini dimanfaatkan secara kebablasan. Ada batas etika dan standar moral yang seharusnya diperhatikan. Media sosial sebagai wadah seharusnya dimanfaatkan untuk menambah perhatian dan mendatangkan 'pasar' bukan sekadar berkarya untuk diri sendiri. Kartunis adalah manusia super yang bisa praktik berbagai disiplin ilmu dan kadang tidak disadarinya.  Untuk itu perlu kartunis bermanfaat untuk kepentingan orang banyak salah satunya dengan menjadi ilustrasi di banyak media termasuk ilustrasi buku saku BUMN. Tidak hanya sebagai tukang tata letak tapi meletakkan karya di dalamnya dengan visualisasi yagn diterima banyak orang. Pengalaman seperti ini pernah saya lakukan pada tahun 2018 saat diminta sebagai penulis modul sekaligus ilustrasi buku modul oleh Bakesbangpol Jatim. 

20:07 WIB zoominar oleh Pakarti berlangsung. Sesi dua rangkaian kegiatan penyiapan portofolio yang dipandu oleh Pak Sujendro Hery, seorang praktisi merangkap akademisi dari Trisakti. Zoominar yang terasa ujian proposal skripsi.  Acara ini kelas terbuka untuk siapa saja yang ingin belajar. Dan dalam rangka terobosan Pakarti untuk membuat database kartunis se-Indonesia. Mengingat saat ini sudah era big data, perlunya portofolio yang inspiratif dan promotif. Pembahasan, kritik dan masukan bagi contoh portofolio yang telah dikirim beberapa kartunis ke email Pakarti. Kurang dari 12 orang yang telah mengirim. Sisanya belum termasuk saya-tapi Jumat siang saya berjuang untuk menyelesaikan kurang lebih 8 lembar porto yang merangkum kekaryaan saya-. 


Berdasarkan pengamatan dan penghayatan saya selama mengikuti zoominar yang dihadiri kartunis dari berbagai daerah ini ada beberapa masukan penting dalam pembuatan porto yang baik dan 'menjual'. Cover atau sampul harus baik dan menarik. Ibarat rumah ini adalah pintu gerbang dan terasnya. Jangan terlalu menonjolkan diri, cukup satu lembar saja untuk halaman diri kita. Biar orang kenal dan dibuat penasaran. Penasaran dengan apa? tentu dengan karya. Untuk itu buat pengelompokan karya. Kartun yang pernah dimuat media, kartun pesanan, arsip ilustrasi, karya jagoan sampai piagam penghargaan layak diklasifikasi secara terperinci. Berapa halaman yang layak? kalau menurut saya tidak lebih dari 12 untuk itu perlu penomoran halaman. Apa saja tabu dalam pembuatan porto yang baik? hindari pembacaan kata secara vertikal, jangan pernah mengedit kata dan huruf dengan photoshop dan dalam satu lembar maksimal 4 gambar, itu saja sudah terlihat berantakan. Semoga akan berkesinambungan malam jumat yang bermanfaat seperti Kamis awal Maret ini. Salam Ngartun. 



Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Duo Zoominar Kartunis Kamis Manis: Karikatural yang Kartunal dan Jangan ada Portofolio Vertikal"

Post a Comment