Spirit Kebersamaan untuk Merdeka dari Pandemi dalam Semangat Berbagi

Sebuah papan berpaku terpasang di tepi jalan. Bukan papan baliho atau papan iklan. Ada tancapan paku yang terpasang rapi. Terpampang sebuah tulisan yang mengisyaratkan kita bisa bebas menaruh sesuatu dan berhak mengambil sesuatu di sana. Sesuatu itu adalah sembako dalam yang bisa digantung pada paku dalam kantong plastik. Ada mie instan dengan telurnya, beras, sayur mayur bahkan makanan kecil. 

Sedang Isoman (Karya Roikan) 


Tidak ada yang mengawasi tapi papan itu berjalan dengan penuh sinergi. Mirip kantin kejujuran di sebuah sekolah negeri yang mengajarkan semangat kejujuran dan mencegah tindak korupsi sejak dini. Papan sembako, kampung tangguh dan posko Covid-19 bertebaran di mana-mana sejak pandemi Covid-19 yang melanda negeri ini pada awal tahun 2020. Ada pula aksi yang dilakukan oleh komunitas dan individu untuk meringankan beban hidup yang semakin sulit sejak pandemi. Berbagi sembako, bantuan tenaga melalui pengantaran gratis menuju fasilitas kesehatan, menginfokan vaksinasi hingga bantuan pangan untuk yang sedang melakukan isolasi mandiri. Pandemi telah mengetuk hati nurani sebagian masyarakat untuk berinisiatif melakukan gotong royong dengan antusias yang tinggi. 

Pandemi dan  Ubah Laku Rasa Peduli 
Sebagai ujian bersama secara global pandemi berdampak pada banyak aspek kehidupan. Perilaku berubah dan hari ini masyarakat lebih sadar pada pentingnya kesehatan tanpa mengesampingkan kepedulian. Gotong royong menuju masyarakat tangguh di 'era baru'. Masa kita menjaga jarak, menghindari kerumunan tapi tetap harmoni dalam kebersamaan dan semangat berbagi. Sebuah kerja yang tanpa didasari oleh landasan pamrih atau pertimbangan untung rugi. Warga desa dan kota melaksanakan protokol kesehatan dengan  penuh semangat  Hal ini yang menjadikan warga desa selalu guyup karena mempunyai semangat komunal yang dinamakan gotong royong.

Gotong royong sebagai intisari dari kebangsaan Indonesia. Semangat gotong royong dalam pelaksanaan di masyarakat Jawa mempunyai berbagai nama misalnya gugur gunung, kerja bakti, sambatan, guyuban, njurung,  tetulung layat, kerigan, rodi, dan kompenian. Bangsa besar menurut saya bukan hanya bangsa yang menghargai jasa besar pahlawan dan mengingat sejarah tapi bangsa yang senantiasa mengembangkan aspek kebersamaan dengan memperhatikan kondisi yang terjadi. Kemerdekaan Indonesia dan upaya mempertahankannya dari gangguan dalam dan luar juga bisa diraih dari gotong royong dengan sinergi semua anak negeri. 

Pandemi masih ada dan Covid-19 muncul dengan berbagai varian baru. Mencermati hal ini kita perlu memupuk rasa kebersamaan dan meningkatkan rasa kepedulian pada sesama. Merdeka dari Pandemi berarti rasa saling peduli untuk saling membantu tanpa memandang latar belakang. Rasa peduli tidak hanya pada hari tertentu. Tapi setiap saat dan setiap waktu, dimanapun dan kapanpun. Melalui pandemi ini kita perlu nguri-nguri budaya adiluhung leluhur yang mengajarkan dan mewariskan banyak hal baik. Termasuk gemangat gotong royong pada masyarakat Jawa dituangkan dalam slogan saiyeg sekopraya, gotong royong yang secara kultural dan historis dipengaruhi oleh beberapa faktor pengikat seperti sejarah, tradisi dan religi.

Pandemi saat ini mengajarkan pada kita untuk senantiasa menjunjung tinggi nilai kebersamaan dan solidaritas tanpa pamrih untuk membantu meringankan beban sasama. Pasca lebaran tahun 2021 pandemi mengalami puncak, kabar duka di mana-mana. Setiap hari suara ambulan dan media sosial sesak dengan berita kematian. Sebagian masyarakat tersadar bahwa kebersamaan itu kunci menghindari pandemi. Perekonomian semakin susah tapi kita tidak boleh gelisah. Bahkan pandemi membawa arti sebagai agen pembawa perdamaian. Ada warga yang semula bersikap kurang akrab sampai cenderung permusuhan yang dalam bahasa Jawa dikenal dengan jothakan atau neng-nengan, setelah melakukan aksi sosial bersama menjadi rukun, guyup, adem ayem dan tentrem. Gotong royong dapat menyatukan perbedaan, meskipun dalam masyarakat tersebut terdapat perbedaan secara etnisitas, agama maupun golongan.  Papan sembako menyatukan semua. Masyarakat bersama tanpa sekat-sekat agama yang berbeda dapat lebur jika mengacu pada kegiatan bersama dalam lingkup komunitas.  

Semoga pandemi yang melanda negeri ini segera usai. Anak-anak rindu dengan bangku kelas di sekolahnya. Dan masyarakat dapat belajar dari ujian ini bahwa ubah laku rasa peduli tidak hanya dilakukan pada hari tertentu karena rasa solidaritas itu tanpa batas. 

Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Pembuatan Konten Media Sosial dalam rangka Memperingati HUT RI ke-76 dengan tema Merdeka dari Pandemi: Bersatu dalam Keberagaman untuk Indonesia Bangkit yang diselenggarakan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika DIY.

Inilah Juaranya 




Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Spirit Kebersamaan untuk Merdeka dari Pandemi dalam Semangat Berbagi "

Post a Comment