Refleksi Hidup dari Museum Etnografi: Berkaryalah Seakan Kamu Hidup Kekal dan Menabunglah Seakan Kamu Mati Besok

"Sugeng tanggap warso Museo Etno..mugi-mugi berkah lan migunani nganti jariyah koyo grojokan sewu berbagi ilmu lan kesadaran akan kematian itu kompleks (kulo nggada utang mengasuh rublik kartun komik)"

Sebuah ucapan dalam rangka merayakan HUT Museum Etnografi. Bagi yang belum tahu Museum Etnografi silahkan bergabung di laman FB Museo Etno . Museum pertama di Indonesia dengan Tema Kematian. Dulu museum ini masih terbatas koleksinya dengan penataan yang apa adanya. 
Karyaku tentang Kematian dan Humornya di 2006


Sekarang ketika kita masuk kita bisa melihat museum yang sangat berkelas dan masuk dalam standar museum internasional. Masih teringat jaman kuliah dulu di depan museum ada telpon umum pakai koin yang bisa digunakan untuk kencan virtual ala angkatan 2000-an. Ketika musim inisiasi antrop depan museum sebagai tempat untuk rapat dan sortir barang-barang yang perlu naik ke truk. Termasuk depan museum kerap dijadikan kegiatan Jumatan, ajang silaturahmi antara mahasiswa dan alumni antrop Unair ketika belum ada kuliah daring. Pada masanya dulu bangunan lama berlantai dua ini penuh kenangan. 

Kaos Baru Alhamdulillah..bisa buat naik gunung


Kematian adalah bagian dari proses kehidupan manusia. Lingkar hidup bagi yang percaya reinkarnasi dan akhir dari kehidupan menuju alam lain bagi yang percaya adanya akhirat. Jenazah, pemakaman dan masa berduka adalah bagian dari sebuah kematian yang tidak dapat dipisahkan. Setiap bangsa di dunia menanggapi kematian dengan ragam versi. Ada yang menjadi kedukaan yang mendalam dan ada yang menjadikan kematian sebagai sebuah pesta yang harus disambut dengan riang gembira. Bahkan ada yang rela mengorbankan dirinya untuk orang yang dicintai. Seperti masuk ke kobaran api pada permaisuri di masa lampau atau memotong sebagian jari di salah satu kawasan timur nusantara. Sesungguhnya kematian adalah fenomena yang kompleks dan sarat makna. 

Inilah para pemenangnya (termasuk aku)


Menang Giveaway dari Museum Etno 
Museum Etnografi merupakan tempat yang wajib dikunjungi oleh siapapun. Termasuk yang tidak percaya bahwa dirinya nanti bakal mati. Terlebih saat pandemi sekarang ini yang ketika badai Covid-19 gelombang dua melanda barusan membuat orang makin sadar bahwa kematian terutama karena wabah tidak pandang bulu. Bahkan salah seorang kawan dari kampung yang menjadi tukang gali kubur dusun mengatakan: "Gak ono wong mati koyo wingi...mosok patang dino berturut. Lempo olehku ngeduk" (Tak ada orang meninggal seperti kemarin..masak empat hari berturut-turut sampai capek saya menggali)" tutur Cak Ngewer. 

Tiket masuk tidak ada alias gratis. Ada keramahtamahan yang disajikan sejak masuk pintu depan. Tidak ada kesan horor bahkan kita bisa melihat kerangka manusia yang petakilan . Mirip jaman sekolah dasar dulu, sebuah alat peraga kerangka manusia di ruang guru saya pasang songkok (kopiah) di kepala dan rokok dari kapur tulis. Setiap tugas mengambil kapur tulis saya pamiti "Rak tengkorak nyuwun kapur tulis e nggeh". 

Di Museum Etnografi ada ragam informasi dengan poster grafis dan basis audiovisual yang membahas sisi lain dari kematian. Ada kematian yang ditangisi ada kematian yang dirayakan. Pada bagian dalam dan belakang terdapat ragam display termasuk tulang asli manusia (asli rek, bukan balungan bakso). Jika masih bingung dan ada info yang lebih lagi untuk digali kita bisa bertanya pada petugas yang sedang berjaga. Infonya akurat dan detail. Apalagi kalau di sana ada Mas Ary S. (Antrop Angkatan 2009) yang bertugas. Dijamin terhibur..syukur-syukur dikidungi. 

Akhir kata, selamat hari jadi Museum Etno. Semoga makin jaya dan mengedukasi masyarakat sejagad raya. Terima kasih kepada Mbak Tok, Mas Bayu (nang antro diceluk Uyab), Ary 'Laura', Kiki dan siapapun yang menjadi kru museum untuk saat ini (termasuk mahasiswi pengantar giveaway yang jauh-jauh -museum ke csws kurang lebih 50 km nek muter Duduksampean sik- datang ke kantor saya). Terima kasih atas bingkisannya. Kaosnya tak simpen eman je... soale kaine adem iso gawe munggah gunung. Danke Pokoke 


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Refleksi Hidup dari Museum Etnografi: Berkaryalah Seakan Kamu Hidup Kekal dan Menabunglah Seakan Kamu Mati Besok"

Post a Comment